Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

CEO Telegram Pavel Durov Diciduk di Prancis, Bagaimana Update Kasusnya?

Pavel Durov, bos Telegram, mengeluarkan pernyataannya soal penanggkapan yang dialaminya saat berada di Prancis.

10 September 2024 | 09.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri sekaligus CEO aplikasi Telegram, Pavel Durov masih berkutat dengan kasus penangkapannya di Prancis sejak 24 Agustus lalu. Dirinya dituduh dengan 12 dakwaan yang membuatnya tidak bisa meninggalkan negara tersebut hingga saat ini. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Disebutkan jika penangkapan ini merupakan bagian dari investigasi awal yang dipimpin oleh OFMIN (Kantor Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di bawah Umur) Prancis. OFMIN merupakan sebuah lembaga baru yang didirikan oleh Prancis pada November 2023. Lembaga inilah yang mengeluarkan surat perintah untuk meringkus Pavel Durov dengan menyebutkan tuduhan yang mencakup pencucian uang, perdagangan narkoba, dan penyebaran konten pelecehan seksual anak di Telegram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Pihak berwenang Prancis menangkap Durov bulan lalu sebagai bagian dari investigasi terhadap aktivitas kriminal di Telegram dan dugaan kurangnya kerja sama dengan penegak hukum.


Selain itu, otoritas peradilan kemudian menempatkan pendiri teknologi berusia 39 tahun ini, didakwa dengan kasus lain, seperti menyediakan layanan kriptografi untuk penjahat, keterlibatannya dalam menjalankan platform online yang memungkinkan terjadinya transaksi terlarang, gambar-gambar pelecehan seksual anak, perdagangan narkoba, dan penipuan.


Kasus ini kemudian sempat berhenti karena Pavel membayar uang jaminan untuk bisa bebas bersyarat. Ia harus membayar sekitar € 5 juta atau setara US$ 5,56 juta setelah empat hari ditahan, namun tetap dilarang meninggalkan Prancis. Dia diberikan pembebasan bersyarat dengan syarat harus melapor ke kantor polisi dua kali seminggu serta tetap berada di Prancis, menurut jaksa Paris, Laure Beccuau dalam sebuah pernyataan.

Penangkapan Pavel Durov memicu berbagai spekulasi. Telegram bersikeras bahwa Durov "tidak menyembunyikan apa pun." Telegram mengatakan bahwa tidak masuk akal dia harus bertanggung jawab atas konten yang tidak pantas.

Pavel Bicara Untuk Pertama Kali

CEO Telegram Pavel Durov akhirnya buka suara setelah penangkapannya oleh pihak pemerintah Prancis. Dirinya mengkritik pihak berwenang Prancis yang mengajukan tuntutan kriminal yang 'salah kaprah' terhadapnya. 


Dalam sebuah posting di Telegram pada Kamis, 5 September 2024, Durov mengatakan "mengejutkan" saat tahu bahwa ia dapat dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas kegiatan ilegal yang dilakukan oleh orang lain di platform media sosial gagasannya.


"Jika sebuah negara tidak puas dengan layanan internet, praktik yang sudah mapan adalah memulai tindakan hukum terhadap layanan itu sendiri," tulis pengusaha teknologi kelahiran Rusia ini.


"Menggunakan hukum dari era pra-smartphone untuk menuntut seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah kaprah.” lanjutnya. 


Durov mengatakan bahwa Telegram memiliki perwakilan resmi di Uni Eropa yang menggunakan alamat email yang tersedia untuk umum dan bahwa pihak berwenang Prancis memiliki "banyak cara" untuk menghubunginya secara pribadi.


Penanganan kasus ini lanjut pria ini, oleh pemerintah Prancis berisiko menghambat inovasi di bidang teknologi.


"Membangun teknologi sudah cukup sulit," tulisnya. "Tidak ada inovator yang akan membangun alat baru jika mereka tahu bahwa mereka dapat bertanggung jawab secara pribadi atas potensi penyalahgunaan alat tersebut.” ungkap Durov


Menurutnya Telegram bukan berarti diam saja saat ada banyak konten yang melanggar kebijakan mereka. 

"Kami menghapus jutaan postingan dan saluran yang berbahaya setiap hari," tulisnya.


Namun, Durov mengakui bahwa ada suara-suara yang berpendapat bahwa upaya Telegram "tidak cukup". Banyak faktor yang juga mempengaruhi masifnya konten “ Tak pantas” yang berseliweran. 


"Peningkatan jumlah pengguna Telegram yang tiba-tiba menjadi 950 [juta] menyebabkan meningkatnya rasa sakit yang membuat para penjahat lebih mudah menyalahgunakan platform kami," tulisnya.


"Itulah mengapa saya menjadikannya sebagai tujuan pribadi saya untuk memastikan bahwa kami dapat meningkatkan berbagai hal secara signifikan dalam hal ini. Kami telah memulai proses tersebut secara internal, dan saya akan membagikan lebih banyak detail tentang kemajuan kami kepada Anda segera.”

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus