Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Cuitan Ridwan Kamil Diskreditkan Orang Jakarta Beberapa Tahun Lalu, Ingatlkan Cara Bijak Bermedia Sosial

Cuitan Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, di media sosial Twitter-kini X- bertahun lalu dinilai mendiskreditkan orang Jakarta masih jadi polemik.

30 September 2024 | 16.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ridwan Kamil di GIIAS 2023. (Foto: TEMPO/ Erwan Hartawan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Cuitan Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, di media sosial Twitter-kini X- bertahun-tahun silam yang dinilai mendiskreditkan orang Jakarta masih menjadi polemik. Padahal, eks Gubernur Jawa Barat itu mengaku sudah meminta maaf hingga tiga kali, yakni pada 2013, 2018, dan terbaru pada 2024 ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sudah minta maaf tiga kali. Pertama tahun 2013, kedua tahun 2018, muncul lagi 2024, kan gitu,” kata RK, sapaan Ridwan Kamil, saat hadir di acara Kahforward di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu, 28 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Belakangan, sejak diusung oleh 12 partai anggota Koalisi Indonesia Maju atau KIM Plus sebagai kandidat Gubernur Jakarta di Pilkada Jakarta 2024, cuitan-cuitan lama Ridwan Kamil yang kontroversial mencuat. Salah satu cuitan yang paling disorot adalah saat dirinya menyentil sifat-sifat tak menyenangkan yang disebutnya sebagai karakter orang Jakarta.

“Tengil, gaul, glamor, songong, pelit, gengsian, egois, pekerja keras, tahan banting, pamer, hedon. Itu karakter orang Jakarta,” cuit Ridwan Kamil pada 6 Juni 2011 silam.

Meski cuitan tersebut diunggah lebih dari satu dekade silam dan yang bersangkutan telah berkali-kali meminta maaf, tampaknya jejak digital Ridwan Kamil bakal akan terus diungkit. Berkaca dari kasus politikus Partai Golkar ini, mencegah jelas lebih baik daripada mengklarifikasi dan meminta maaf. Apalagi, netizen Indonesia terkenal bar-bar dalam berkomentar.

Masih ingat dengan indeks kesopanan digital yang dirilis Microsoft.com. Penelitian bertajuk Digital Civility Index (CDI) itu menunjukkan warganet Indonesia mendapatkan poin paling buruk alias paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Angka paling besar 47 persen dipengaruhi oleh hoaks dan penipuan, disusul ujaran kebencian dengan angka 27 persen, dan risiko diskriminasi 13 persen.

Dilansir dari laman Tempo Institute, dari indeks tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku digital netizen Indonesia masih rendah. Jika berselancar kolom komentar berbagai platform media sosial, akan dengan mudah menemukan komentar dengan bahasa Indonesia, dan tak sedikit yang bernada negatif. Padahal perilaku digital yang sedemikian rupa dapat berdampak buruk, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain.

Menurut Dosen Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila, Diana Anggraeni, pengguna media sosial sudah semestinya berkomunikasi secara sopan dan santun, menghargai toleransi dan keberagaman, tidak melakukan perundungan maupun pelecehan, dan tidak menyebarkan kabar bohong.

“Mari menjadikan ruang media sosial yang mencerminkan nilai-nilai ke-Indonesia-an sebagai tempat belajar, berinteraksi, dan bertumbuh kembang sekaligus wadah untuk mengaktualisasikan diri sebagai bangsa yang bermartabat,” katanya, dalam lokakarya bertajuk “Netizen Cerdas: Panduan Bijak dalam Dunia Media Sosial” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Rabu, Maret 2024.

Psikolog pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, menyarankan media sosial sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang menimbulkan dampak positif. Rose Mini mengatakan asal digunakan secara bijak, media sosial bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan dan pengaruh positif kepada orang lain.

“Misalnya, dia foto makanan, dia upload, kemudian dia kasih informasi yang mendidik seperti harga dan rasanya, itu masih oke menurut saya,” ujarnya.

Seperti senjata, media sosial bisa mendatangkan kebaikan atau keburukan. Karena itu, Rose Mini mengingatkan pengguna untuk mengedepankan penyampaian konten positif di media sosial. “Gunakan media sosial untuk kasih informasi atau edukasi ke orang lain dibandingkan hanya digunakan untuk show off dan tidak ada tujuan yang bisa memberikan informasi ke orang lain,” ujar.

Menurut pengamat digital lifedata-style Ben Soebiakto, ada banyak hal-hal negatif yang bisa ditemukan di media sosial saat ini, seperti kabar bohong, konten rasisme, dan konten yang memicu perpecahan bangsa. Oleh karena itu, dia menyarankan agar para pengguna lebih kritis terhadap informasi yang mereka dapat di media sosial.

“Anak Indonesia zaman sekarang ini harus kritis dan bijak dalam menyaring informasi di media sosial atau internet. Pilih konten-konten yang mendidik karena internet kan sudah unlimited, jadi harus lebih mencari konten-konten yang bermanfaat,” kata Ben dalam peluncuran tabungan PermataME dari Permata Bank, Rabu 18 April 2018 di Jakarta.

Dia juga meminta generasi muda untuk tidak mudah terpancing komentar-komentar negatif yang sering dilontarkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. “Intinya, jangan mudah terpancing dengan apa yang menjadi isu atau perpecahan ataupun apapun yang negatif dalam dunia konten di dunia digital. Lebih banyak menyaring informasi itu akan membuat kita bijak dalam menggunakan media sosial,” kata Ben.

Selanjutnya: Cara Bijak Main Media Sosial

Dilansir dari Koran Tempo terbitan Ahad, 14 Agustus 2022, berikut kiat bijak bermedia sosial:

1. Hindari curhat masalah pribadi dan menyebarkan informasi privasi

Mudah kita jumpai pengguna memanfaatkan media sosial untuk mengeluarkan amarah atau sering mencurahkan kegalauannya. Namun beberapa orang lupa bahwa tidak semuanya harus diumbar. Perlu berhati-hati membagikan informasi, dari nama lengkap, alamat surel, nomor telepon, nomor rekening, hingga tempat tinggal. Apalagi kasus kejahatan siber tengah marak terjadi, yang salah satu bentuknya adalah phishing atau pencurian data.

2. Jangan memancing dan memulai konflik dengan siapa pun

Segala sesuatu yang kita bagikan di media sosial dapat mempengaruhi perilaku orang lain yang melihatnya. Karena itu, sebaiknya tidak membagikan informasi yang mengandung pornografi, SARA, dan hoaks. Biasakan menyebarkan hal-hal yang berguna dan tidak menimbulkan konflik antar-sesama.

3. Cek kebenaran informasi

Waspada ketika menerima informasi dari media sosial. Apalagi bila isinya menjelekkan salah satu pihak dan menjatuhkan seseorang. Pengguna media sosial yang bijak sebaiknya tidak membagikan informasi yang diperoleh secara sembarangan. Sebelum menyebarkan lagi, kita perlu mengecek kembali informasi yang diperoleh.

4. Pikir sebelum membagikan gambar

Hindari mengunggah foto kekerasan, seperti foto korban kekerasan, kecelakaan lalu lintas, ataupun kekerasan dalam bentuk lainnya. Jangan menambah kesedihan para keluarga korban dengan menyebarluaskan foto kekerasan karena mungkin saja salah satu dari keluarganya berada di dalam foto yang disebarkan.

5. Ikuti orang-orang yang menginspirasi

Dalam bermedia sosial, perlu juga menyaring akun-akun yang akan diikuti, terutama yang kedapatan menyebarkan konten negatif di media sosial miliknya. Sebaiknya, ikuti orang- orang yang menjadi inspirasi demi mengembangkan diri.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | MITRA TARIGAN | YAYUK WIDIYARTI | FRISKI RIANA | KORAN TEMPO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus