Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang tak kenal Mark Zuckerberg, bos Meta yang antara lain membawahi Facebook dan Instagram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Buku memungkinkan Anda untuk benar-benar menjelajahi suatu topik dan meresapi diri Anda dengan cara yang lebih dalam daripada sebagian besar media saat ini," tulis Mark Zuckerberg di halaman Facebook pribadinya, dikutip dari laman Bussinees Insider
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zuckerberg yang dikenal sebagai pendiri Facebook dikenal memiliki kegemaran untuk membaca buku dan ia seringkali membagikan buku-buku yang sedang ia baca kepada banyak orang.
"Saya berharap dapat menggeser lebih banyak konsumsi media saya ke arah membaca buku," tulis Zuckerberg
Rekomendasi Buku dari Mark Zuckerberg
1. The Muqaddimah
The Muqaddimah merupakan salah satu karya monumental yang ditulis oleh seorang cendekiawan Muslim terkemuka, Ibn Khaldun, pada abad ke-14. Karya ini sering dianggap sebagai salah satu karya terpenting dalam sejarah filsafat, sejarah, dan sosiologi Islam.
2. Why Nations Fail
Why Nations Fail adalah rangkuman dari 15 tahun penelitian oleh ekonom MIT Daren Acemolu dan ilmu politikus Harvard James Robinson, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2012.
Para penulis berargumen bahwa "pemerintahan ekstraktif" menggunakan kontrol untuk menegakkan kekuasaan segelintir orang, sementara "pemerintahan inklusif" menciptakan pasar terbuka yang memungkinkan warga untuk menghabiskan dan menginvestasikan uang secara bebas, dan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu menunjukkan kesehatan jangka panjang suatu negara.
Minat Zuckerberg dalam filantropi telah berkembang seiring dengan kekayaannya dalam beberapa tahun terakhir, dan ia menulis bahwa ia memilih buku ini untuk lebih memahami asal mula kemiskinan global.
3. The New Jim Crow
Alexander adalah seorang profesor hukum di Universitas Negara Bagian Ohio dan seorang advokat hak-hak sipil yang berargumen dalam bukunya bahwa "perang terhadap narkoba" telah membentuk budaya di mana pria kulit hitam non-kekerasan terlalu banyak diwakili di penjara, dan kemudian diperlakukan sebagai warga kelas kedua setelah mereka dibebaskan.
"Saya tertarik untuk mempelajari reformasi keadilan pidana untuk waktu yang lama, dan buku ini sangat direkomendasikan oleh beberapa orang yang saya percayai," tulis Zuckerberg.
4. The Idea Factory
The Idea Factory mengisahkan tentang perjalanan Bell Labs dari tahun 1920 hingga tahun 1980-an, di mana ditemukannya transistor mengubah wajah dunia teknologi, dan pola manajemen yang memelopori inovasi yang kemudian menjadi landasan bagi Silicon Valley.
Penelitian di Bell Labs telah memberinya jumlah penghargaan Nobel terbanyak dalam sejarah laboratorium mana pun, dengan tujuh dalam bidang fisika dan satu dalam bidang kimia.
Zuckerberg menyatakan bahwa dia memilih buku tersebut karena minatnya yang besar terhadap faktor-faktor yang memicu inovasi, pertanyaan-pertanyaan, dan lingkungan yang membentuk orang-orang seperti itu.
5. Creativity, Inc.
Creativity, Inc. merupakan cerita tentang perjalanan Pixar, yang ditulis oleh salah satu pendiri dari perusahaan animasi komputer terkenal tersebut.
Catmull menghiasi ceritanya dengan berbagai hikmah berharga mengenai manajemen dan kewirausahaan, sambil berargumen bahwa setiap perusahaan seharusnya secara aktif menghindari tindakan yang menghambat kreativitas alami dari karyawan mereka.
“Saya senang membaca kisah langsung tentang bagaimana orang membangun perusahaan hebat seperti Pixar dan memupuk inovasi dan kreativitas,” tulis Zuckerberg.
6. Portfolios of The Poor
Selama 10 tahun, peneliti Daryl Collins, Jonathan Morduch, Stuart Rutherford, dan Orlanda Ruthven melakukan studi tentang kehidupan finansial di kalangan masyarakat kelas bawah di Bangladesh, India, dan Afrika Selatan.
Temuan utama yang mereka sampaikan dalam "Portofolio Kaum Miskin" adalah bahwa kemiskinan ekstrem berkembang di daerah-daerah di mana orang tidak hidup dalam kondisi gaji ke gaji, atau di mana keputusan pembelian yang tidak bijaksana menjadi masalah umum. Sebaliknya, kemiskinan ekstrem sering kali terjadi karena mereka tidak memiliki akses ke lembaga keuangan untuk menyimpan uang mereka.
“Sangat mengejutkan bahwa hampir separuh penduduk dunia, sekitar 3 miliar orang, hidup dengan kurang dari USD 2,50 atau sekitar Rp 34 ribu per hari. Lebih dari satu miliar orang hidup dengan USD 1 atau kurang per hari. Saya berharap pembacaan ini dapat memberikan wawasan tentang bagaimana kita semua dapat berkontribusi lebih baik dalam mendukung mereka,” katanya.
Pilihan editor: Tatkala Mark Zuckerberg Terpesona dengan Buku Karya Ibnu Khaldun