Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Melacak Eddy Tansil di Internet

Internet ternyata bisa digunakan untuk melacak buron. Gempita pernah membuktikannya. Bagaimana caranya?

18 Januari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INTERNET mungkin benar sebuah keajaiban teknologi. Saking hebatnya, internet juga dapat dipakai melacak jejak seorang buron. Itu sudah dilakukan oleh Hidayat Jati. Aktivis dari Gerakan Masyarakat Peduli Harta Negara (Gempita) ini berhasil mencium jejak buron kelas kakap Eddy Tansil, yang kabur dari LP Cipinang, Jakarta, awal Mei 1996, hanya lewat internet. Eddy Tansil, yang bernama asli Tan Tjoe Hong, pembobol brankas Bapindo Rp 1,3 triliun untuk kas perusahaannya, Grup Golden Key. Kisah perburuan bermula Desember lalu, ketika Hidayat menerima kiriman faksimile dari Hong Kong yang menanyakan soal pelarian warga negara Indonesia bernama Eddy Tansil. Info awal ini tidak detail. Cuma disebut-sebut, Mr. ET—begitu sebutan kondangnya—saat ini tengah berkongsi dengan sebuah perusahaan bir Jerman, Beck's Beer, di Cina. "Dari info itu saya lalu lari ke internet," cerita konsultan suatu perusahaan riset asing itu. Ia mengawali pencarian melalui mesin pencari semacam Yahoo! dan Altavista. Caranya mudah saja. Ia hanya mengetikkan kata kuncinya, umpamanya "beck's and china", lalu "beer in china", di kolom telusur. Hasilnya ternyata boleh juga. Hidayat menemukan daftar sederet nama dan alamat semua perusahaan bir di Cina di www. beerchina.com. Setelah kurang lebih tiga hari berkelana di jagat maya bersama dengan seorang rekannya, Hidayat mendapati bahwa perusahaan milik Mr. ET itu bernama Putian Golden Key Brewery. Alamatnya di Kota Putian, Provinsi Fujian, RRC. Perusahaan ini didirikan dan mulai menjalin kerja sama dengan Beck's sejak 1992 dalam bentuk lisensi produksi, atau setahun sebelum kasus korupsi Eddy terbongkar pada 1993. Akta pendiriannya tercatat atas nama Eddy Tansil. Hasil selancar Hidayat juga membuktikan bahwa perusahaan dengan investasi sedikitnya US$10 juta itu merupakan pemasok tunggal Beck's Beer di seluruh Cina daratan. Bahkan, pada Agustus 1998, menurut The Standard, salah satu harian bisnis terkemuka Hong Kong yang dicomotnya dari situs www. bloomberg.com, perusahaan ini sempat memicu perang harga di pangsa bir premium Cina. Padahal, menurut Hidayat, hanya perusahaan dengan pangsa pasar besar yang sanggup melakukan perang harga semacam itu. Dan ternyata, ketika TEMPO melongok salah satu etalase di www.beerchina.com/beerenglish/top_sales_beer.e.htm , Beck's memang merek bir terlaris kelima di Cina berdasarkan suatu survei pada 1997. Lewat internet, Hidayat juga berhasil mencium indikasi kuat bahwa perusahaan Mr. ET bertebaran di Hong Kong. Di halaman kuning buku telepon bekas koloni Inggris itu tertera setidaknya 16 nomor telepon dengan embel-embel Golden Key. Sayang, temuan Hidayat lewat internet hanya sebatas itu. Ada soal penting yang belum dapat diungkapnya, misalnya kepastian Eddy Tansil sebagai pemilik perusahaan dan apakah secara fisik buron itu memang ada di Cina. "Soal nama dan skala perusahaan Eddy Tansil memang saya tahu dari internet. Tapi bahwa itu milik ET saya tahu dari sumber, bukan dari internet," ujar Hidayat menjelaskan. Tanpa info sumber tadi, ia bilang mustahil menemukan kata kunci. Padahal kata kunci ini sangat penting karena merupakan titik awal pencarian. Tanpa kata kunci, internet mirip rimba belantara yang tak ketahuan ujung pangkalnya. "Saya bisa menerawang ke mana-mana nggak keruan," tambah Hidayat. Di lain pihak, tanpa internet mustahil Hidayat nendapat informasi yang lebih akurat, termasuk survei mengenai hasil penjualan dan soal perang harga itu. Hidayat mengakui internet merupakan perangkat yang sangat berkemampuan. "Asal kita tahu tiga kata saja, banyak hal bisa dicari. Tapi, ya itu tadi, pertama-tama kita harus tahu dulu apa yang akan dicari," tutur Hidayat. Namun, Hidayat juga merendah bahwa sebetulnya apa yang dilakukannya itu bukan sesuatu yang dahsyat. Asal mengerti bahasa Inggris, pencarian apa pun lewat internet dapat dilakukan. Maka, Hidayat menganggap sesuatu yang ironis, jika ia bisa, mengapa pemerintah Indonesia sepertinya susah melacak Eddy Tansil. Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus