UNTUK mengukur rating atau peringkat suatu acara televisi, biro riset biasanya menggunakan perangkat yang disebut people meter. Alat ini terpasang di atas pesawat televisi. Sebelumnya, mereka menggunakan sistem buku harian.
Kedua alat ini belakangan dianggap kurang akurat dan kurang komprehensif, apalagi bila digunakan untuk mengukur aktivitas orang mendengarkan radio. Itu sebabnya sistem buku harian sudah tak dipakai lagi.
"Saat ini banyak orang keluar rumah hanya untuk menonton televisi, misalnya ke pub, kafe, atau bahkan di tempat kerja. Orang juga lebih sering mendengarkan radio di mobil dalam perjalanan menuju atau pulang kantor. Sementara itu, tak ada satu pun angka yang tercatat pada momen tersebut," tutur Jay Guyther, Wakil Direktur Biro Riset Media Amerika, Arbitron, kepada The Sunday Times.
Guyther bahkan menganggap, sistem pengukuran khalayak yang ada gagal mengikuti pertumbuhan jumlah saluran yang disediakan oleh stasiun televisi digital. Alat pengukur rating masa kini juga tak mampu lagi mengikuti perubahan perilaku penonton dan pendengar.
Oleh sebab itu, biro-biro riset di Inggris baru-baru ini melirik satu alat pengukur aktivitas khalayak yang disebut Personal Portable Meters (PPM) buatan Arbitron. Ini merupakan suatu alat yang dapat memonitor semua yang dilihat dan didengar orang sehingga membuat pengukuran rating makin akurat.
Bentuknya mungil, hanya sebesar pager, sehingga mudah dibawa ke mana-mana. PPM punya satu mikrofon yang berguna untuk "menangkap" sinyal suara dari televisi dan radio. Ia juga bisa digunakan untuk memonitor tingkah laku pemirsa di pub, kafe, dan di rumah. Suatu detektor gerakan dan jam yang ada di dalamnya akan mencatat semua aktivitas orang yang membawa PPM ini dan untuk berapa lama. Sirkuit elektronik di dalam alat ini bahkan mampu mengenali kode-kode sinyal yang dipilih mikrofon, walaupun banyak suara di latar belakang.
Arbitron saat ini tengah melakukan studi selama tiga bulan untuk mencoba PPM di Manchester, Inggris. Mereka memilih Inggris ketimbang Amerika sebagai lahan uji coba, mengingat jumlah stasiun radio dan saluran televisi di sana lebih unik ketimbang di daerah lain di dunia. Studi ini diharapkan selesai akhir Januari. Bila sukses, studi bakal diperluas ke khalayak lain selama lima bulan lagi dan melibatkan 300 orang awal Mei nanti. Seandainya itu berhasil juga, Arbitron berharap dapat menjual sistem baru ini ke seluruh dunia, setidaknya empat tahun mendatang. Jadi, buat Indonesia yang baru saja menerapkan sistem people meter, tak perlu risau. Masih ada waktu untuk berhitung-hitung, agar tak rugi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini