Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Tangan Dingin Si Darah Dingin

James Bob Moffett adalah kisah sukses seorang tokoh pertambangan penuh bumbu kontroversi.

18 Januari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Entah apa yang lebih penting dalam dunia James Moffett: emas, tembaga, ataukah gunung-gunung di pedalaman Irian yang penuh logam—baik yang mulia maupun bukan--yang telah memberikan kemahsyuran dan kekayaan kepada Freeport-McMoRan Copper & Gold?

Moffett memang tidak mesti menjawabnya, walau dari tahun ke tahun, pertanyaan di atas makin deras mengalir ke arahnya: dari suku-suku Irian asli hingga lembaga-lembaga lingkungan hidup independen. Lebih-lebih, tatkala alam seputar Freeport makin rusak akibat limbah penambangan.

James Bob Moffett, 60 tahun, adalah sebuah pribadi dengan sisi-sisi yang kontroversial. George A. Mealey, penulis buku Grasberg (Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc., New Orleans, 1996), menyebutnya sebagai atasan yang penuh perhatian. Ia juga perunding yang piawai. Ketika kerusuhan pecah di Timika, pekan pertama Maret 1996, Moffett duduk bersama tokoh-tokoh Amungme. Ia menjelaskan sikap Freeport, sembari mengutip ayat-ayat Alkitab dengan rendah hati. Dan tatkala Mama Yosefa Alomang, seorang tokoh wanita Amungme, membalas kata-katanya dengan hardikan dan sindiran yang tajam dan pedas, Moffett tidak kehilangan ketenangannya.

Diane Francis, pengarang buku Bre-X, The Inside Story, menulis betapa Jim Bob--nama kecilnya--tadinya berasal dari sebuah keluarga miskin di Texas. Tidak banyak catatan dari masa kecilnya, kecuali bahwa ibunya membesarkan dia seorang diri. Selepas SMA ia mengambil studi geologi di University of Texas. Waktu senggangnya ia gunakan untuk bermain sepak bola. Minyak adalah ladang penambangan yang pertama kali ditekuninya. Bersama dua mitra, ia kemudian mendirikan sebuah usaha eksplorasi minyak bernama McMoRan Exploration. Peruntungan dagang tiga sekawan itu lumayan baik. Tahun 1978 perusahaan mereka sudah terdaftar di Bursa Efek New York.

Empat tahun kemudian, Moffett mengatur merger antara perusahaannya dan Freeport Mineral--sebuah perusahaan pertambangan yang berpusat di New York, yang jaringannya mencapai Indonesia, Australia, hingga Meksiko. Inilah langkah awal menuju sukses. Uang mulai mengalir masuk. Ia pindah dari Texas ke New Orleans, Louisiana pada awal 1980-an. Sekitar US$ 2,2 juta ia habiskan untuk membeli rumah peristirahatan paling molek di kota itu: arsitekturnya gaya 1920-an, berlantai empat, dengan lapangan tenis dan sauna pria maupun wanita--masing-masing dilengkapi 20 tempat duduk. Ia juga membeli sebuah apartemen di Fifth Avenue, New York, sebuah rumah peristirahatan di Pantai Florida, dan sebuah kondominium di Steamboat Springs, Colorado.

Di luar kesibukan bisnis, penggemar Elvis Presley ini gemar melantunkan lagu-lagu Elvis lengkap dengan busana ala raja rock’n roll itu. Suatu ketika, pada 1985, publik New Orleans terpukau mendengar Moffett mendendangkan You Ain’t Nothing But a Hound Dog--sebuah nomor Elvis yang populer--selepas sebuah pertandingan sepak bola. "Kesibukan pekerjaan bukan berarti saya tak boleh menjadi diri sendiri sekali waktu," ujarnya, seperti yang dikutip Diane Francis.

Moffett diam-diam ternyata menyimpan pula sisi-sisi filantropik dalam dirinya. Ia menyumbang almamaternya, University of Texas, sebuah gedung penelitian biologi sebanyak US$ 3,6 juta, pada 1994. Jasa baik itu dibalas kontan dengan ukiran nama Moffett dan istrinya pada kaca gedung tersebut. Namun, civitas akademika universitas itu memprotes. Dan nama itu pun akhirnya dicabut. Universitas tadi menolak dikaitkan dengan reputasi Moffett yang tidak sepenuhnya mengkilap.

Tak hanya menyangkut kontroversi penambangan Freeport di Indonesia tapi juga praktek penambangannya di Amerika sendiri. Nama Moffett mencuat tatkala ia berusaha membuang 12 juta ton gipsum berkadar radioaktif rendah ke Sungai Mississippi, pada 1987, yang mengakibatkan air minum penduduk New Orleans tercemar. Tuduhan ini membuatnya sempat dipanggil ke Pengadilan Negeri Lousiana.

 

Nama bos bisnis tambang ini kembali ramai ketika Overseas Private Investment Corp.--sebuah perusahaan asuransi besar Amerika--membatalkan polis asuransi politik Freeport sebesar US$ 100 juta karena alasan pencemaran lingkungan.

Menanggapi hal ini Moffett ternyata bisa juga naik darah. Dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi WWL New Orleans, Moffett membantah klaim pencemaran lingkungan hidup yang dituduhkan pihak asuransi di atas. Ia bahkan mengundang Bill Elde, pemandu wawancaranya, untuk datang ke Irian untuk membuktikannya. Elder memang datang, tapi menurut beberapa laporan, gagal masuk ke lokasi pertambangan, karena "Freeport mempersulit saya".

April 1998, Tom Beanal, penasehat hukum Suku Amungme menuntut Freeport US$ 6 miliar terhadap perusakan lingkungan dan pembasmian etnis. Dengan gagah, Moffett "menantang balik" Tom. Ia mengumumkan secara terbuka melalui London Times bahwa ia sedang menghadapi "perang dingin" dengan para pengkritiknya. Secara konsisten, Moffett memang menyangkal berbagai tuduhan pencemaran lingkungan. Dan ia bukan tanpa alasan. Karena, menurut Moffett, operasi pertambangan yang dijalankan perusahaannya di ujung timur Indonesia itu, justru ibarat menghujamkan tombak pembangunan ke jantung Irian Jaya.

Sebagai orang bisnis, ia dikenal bukan saja bertangan dingin, tapi juga berdarah dingin. The New York Times, dalam salah satu edisinya pada 1997, menulis bahwa tidak mudah memahami Tuan Moffett beserta segala bisnisnya. Di lain hari ia menjawab para pengkritiknya dalam The Wall Street Journal, 29 September 1998: "Kita ini (Freeport) kan perusahaan pertambangan. Dan saya ini geolog. Buat apa saya bersusah-payah menemukan segala tambang ini jika bukan demi orang-orang yang menginginkannya?" ujarnya.

Dalam edisi yang sama, harian itu juga mengulas, bagaimana bos pertambangan itu berhadapan dengan para para penduduk Austin, Texas, gara-gara divisi properti Freeport mau membangun di atas lahan hijau seluas 4.000 hektare di pinggir kota--sebuah kawasan yang telah dilestarikan para penduduk Austin selama itu.

Peristiwa ini tak pelak lagi membuat Moffett didemo oleh para mahasiswa dari almamaternya sendiri. Menurut mereka, segala reputasi buruk Freeport di bidang lingkungan--entah di Indonesia, Austin, atau di mana pun--membuat sang bos, Tuan Moffett, tak pantas menerima penghargaan apa pun dari universitasnya.

Freeport naik pitam. Perusahaan itu lantas mengirim surat kepada empat profesor dan dua wartawan. Isinya, jika pihak universitas tidak mencabut tuduhan palsunya tentang pelanggaran HAM (hak asasi manusia), urusan berlanjut di pengadilan. Ancaman tersebut tak pernah terjadi. Dan penduduk setempat kian tak bersimpati pada cara-cara korporasi tersebut menyelesaikan soal.

Lepas dari segala kritik tentang dirinya, Moffett adalah pengusaha sukses. Ia mampu mempertahankan prestasi Freeport Indonesia sebagai salah satu penghasil emas dan tembaga terbesar di dunia. Bahkan, Grasberg pun mengalirkan keuntungan lewat deposit perak yang ditemukan belakangan. Untuk prestasinya ini, The Wall Street Journal menulis, ia dibayar "hanya" lebih dari US$ 6 juta pada 1997, jauh lebih kurang dari tahun sebelumnya. Karena, sumber-sumber Wall Street menyebutkan, Moffett meraup US$ 30 juta lebih dari gaji, bonus, dan tunjangan-tunjangan lain pada 1996.

James Moffett juga dikenal punya hubungan baik dengan para pejabat tinggi Indonesia maupun Washington. Bekas presiden Soeharto adalah rekan golfnya. Sementara itu, Henry Kissinger, bekas menlu Amerika Serikat yang anggota dewan direksi Freeport, adalah sobatnya yang kerap naik satu pesawat. Namun, tatkala isu kolusi Freeport pecah pada Juli 1998, perusahaan ini adalah entitas bisnis pertama yang menyangkal hubungannya dengan rezim Orde Baru. Moffett sempat muncul di Kejaksaan Agung Jakarta, awal November 1998, sehubungan dengan tuduhan KKN perusahaan yang dipimpinnya.

James Bob Moffett mestinya sosok luar biasa, paling tidak bukan figur "biasa-biasa saja". Ia tetap mampu menjalankan sebuah usaha raksasa dengan tenang, setelah rezim yang amat berkuasa, yang konon tempat Freeport menyandarkan satu dan lain hal selama puluhan tahun, tumbang begitu saja. Juga, tatkala kian banyak pertanyaan terus-menerus mengalir kepadanya dari berbagai penjuru dunia: mana yang lebih penting dipikirkan ketika alam di kawasan pertambangan Freeport kian rusak, emas, tembaga, atau alam pegunungan Irian yang menyimpan segala kekayaan itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus