Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah teknologi kecerdasan buatan (AI) buatan Cina, DeepSeek, sedang menjadi perhatian dunia sebagai pesaing besar ChatGPT dari OpenAI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, pada pembukaan Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2025, perusahaan AI asal Cina, DeepSeek, memperkenalkan model sumber terbuka terbarunya, yakni DeepSeek-R1. Model ini menandai terobosan besar dengan penggunaan pembelajaran mendalam (deep learning) murni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DeepSeek mengklaim bahwa dalam tugas matematika, pengodean, dan penalaran bahasa alami, performa DeepSeek-R1 sebanding dengan model-model terkemuka dari laboratorium riset AI global seperti OpenAI.
Apa Itu DeepSeek?
DeepSeek adalah platform AI generatif yang dirancang untuk memahami, memproses, dan merespons berbagai konteks dalam bahasa manusia. Perusahaan rintisan Cina ini menjadi salah satu dari laboratorium kecerdasan buatan yang mana mereka mengklaim bahwa model-model AI mereka, seperti DeepSeek-V3 dan DeepSeek-R1, setara dengan teknologi dari OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, dan Meta, induk dari Facebook.
Sama seperti ChatGPT, DeepSeek dapat digunakan untuk keperluan percakapan, pembuatan konten, hingga analisis data. Namun, yang membedakan DeepSeek hanya menggunakan chip yang kurang canggih untuk menggerakkan model AI-nya.
Dilansir dari laman USA Today, DeepSeek mengklaim biaya untuk melatih model DeepSeek-V3 hanya sekitar $6 juta, jauh lebih murah dibandingkan dengan lebih dari $100 juta yang dikeluarkan OpenAI untuk melatih ChatGPT versi terbaru.
Menariknya, meskipun pemerintah Amerika Serikat (AS) saat di bawah kepemimpinan Joe Biden membatasi ekspor chip AI canggih, DeepSeek mengatakan bahwa pembatasan chip ini tidak menghentikannya merilis model yang 20 hingga 50 kali lebih murah daripada model OpenAI o1, tergantung pada tugasnya.
Hal ini mengejutkan berbagai pihak, termasuk Director of Market Insights untuk firma pemasaran AI SOCi, Damian Rollison. "Kami sudah menduga bahwa pengembangan AI akan tumbuh pesat sejak peluncuran ChatGPT ke publik, tetapi AS dikejutkan ketika lompatan terbaru datang dari Tiongkok," ujarnya kepada USA Today dalam pernyataan melalui email.
Menempati Posisi Aplikasi Gratis
Aplikasi DeepSeek yang menggunakan model AI DeepSeek-V3 berhasil meraih posisi teratas di App Store Apple sejak peluncurannya pada 10 Januari 2025. Perusahaan rintisan ini mengklaim bahwa aplikasi mereka mengusung teknologi AI "canggih" yang setara dengan model internasional terkemuka. Bahkan aplikasi ini dinilai lebih dari TikTok dan RedNote. Aplikasi ini telah menarik perhatian banyak pengguna dan menduduki peringkat "aplikasi gratis teratas".
Namun, keberhasilan DeepSeek tak lepas dari kontroversi terkait masalah keamanan. Aplikasi yang terhubung dengan Cina ini diprediksi akan menimbulkan isu geopolitik terkait perlombaan senjata AI dan dapat memengaruhi perkembangan teknologi transformatif seperti yang dikatakan oleh Damian Rollison.
“Tampaknya perlombaan senjata AI, seperti yang telah disebut, akan memiliki implikasi geopolitik yang melampaui persaingan ekonomi, yang pada gilirannya akan berdampak pada masa depan teknologi transformatif ini,” ungkapnya.
Dilansir dari laman Reuters, keberhasilan DeepSeek menarik perhatian kalangan elit politik Cina. Pada saat peluncuran DeepSeek-R1, pendiri perusahaan, Liang, menghadiri simposium tertutup yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Li Qiang.
Kehadiran Liang dalam acara ini menandakan bahwa keberhasilan DeepSeek dapat mendukung kebijakan Beijing dalam mengatasi pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh Washington serta mendukung upaya swasembada di sektor-sektor strategis seperti kecerdasan buatan.