Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para analis teknologi global mulai pesimis mengenai rencana Apple untuk menggarap ponsel lipat. Salah satu analis teknologi, Ming Chi Kuo, memperkirakan perangkat lipat atau foldable Apple bakal gagal meluncur dalam empat tahun ke depan. Produk itu disebut menghadapi tantangan teknis, salah satunya pada komponen layar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ponsel dan perangkat lipat Apple tertunda lagi peluncurannya," kata Ming Chi Kuo, dilansir dari GSM Arena, Jumat, 23 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apple sudah lama dikabarkan sedang membentuk perangkat lipat perdana. Model lipat itu diterapkan untuk iPad dan MacBook. Ming Chi Kuo termasuk analis yang aktif menjadi pembocor informasi pertama mengenai proyek Apple ini, khususnya soal spesifikasi teknis. Produk ponsel atau tab lipat Apple bahkan sudah sempat dirumorkan akan meluncur pada 2026.
Media Korea Selatan, Hankooki dan ET News, sempat mengungkapkan bahwa Apple memulai pengembangan desain lipat sejak tahun ini. Desain lipat dari atas ke bawah ini mengacu pada bentuk Samsung Galaxy Flip, berbeda dengan desain Galaxy Fold yang lipat dari samping.
Apple juga pernah digadang-gadang menjajaki dan bahkan menandatangani kontrak pasokan panel dengan Samsung Display (SDC), menunjukkan keseriusannya dalam nproyek teknologi layar lipat. Siklus pengembangan produk Apple biasanya memakan waktu sekitar dua tahun. Karena itu, produk yang dibentuk sejak 2024 diprediksi muncul pada 2026.
Belakangan, menurut Ming Chi Kuo, Apple kesulitan memenuhi kebutuhan teknis dan komponen mekanis, sehingga proyek perangkat lipat dibatalkan. Raksasa teknologi yang dibangun oleh Steve Jobs itu juga dihadang kendala biaya, akibat mahalnya harga yang ditawarkan pemasok komponen. Grup LG yang menjadi pemasok layar ditengarai mematok harga yang lebih tinggi dari kesepatan awal,
Apple sudah memesan komponen layar berukuran 20,25 inci kepada LG. Kedua perusahaan, menurut bocoran informasi dari analis, sepakat untuk mematok harga panel senilai US$ 600 atau Rp 9,4 juta per unit. Adapun harga engselnya US$ 200 atau Rp 3,1 juta per unit.
Kesepakatan itu batal karena LG memilih menaikan harga komponennya. Grup LG disebut meminta harga US$ 3.500 atau 55 juta untuk gabungan harga panel dan engsel tersebut.