Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Australia menyetujui rencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada 21 Agustus 2024. Pembangkit yang disokong energi terbarukan ini bakal akan mengasup listrik untuk jutaan masyarakat di Negeri Kangguru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari AFP, Kamis, 22 Agustus 2024, Pemerintah Australia sebelumnya mengumumkan persetujuan bidang lingkungan untuk proyek Sun Cable, senilai US$ 24 miliar, yang ditargetkan sebagai penyedia listrik bagi tiga juta rumah. Proyek panel surya besutan otoritas Australia ini sebelumnya memang bergantung pada persetujuan otoritas pasar energi Singapura, pemerintah Indonesia, dan masyarakat Australia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"(SunCable) ini akan menjadi kawasan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia, dan mengukuhkan Australia sebagai pemimpin dunia dalam energi hijau," kata Menteri Lingkungan Hidup Australia, Tanya Plibersek, dalam ulasan AFP.
Selain mencakup panel dan baterai, Sun Cable juga akan mengalirkan listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut. Teknologi ini dikembangkan oleh miliarder dan aktivis hijau Mike Cannon-Brookes. Produksi energi dari proyek ini akan dimulai pada 2030, berupa 4 Gigawatt (GW) listrik untuk keperluan rumah tangga. Ada juga 2 GW lain yang akan dikirim ke Singapura melalui kabel bawah laut, memasok sekitar 15 persen kebutuhan negara tersebut.
Direktur pelaksana SunCable Australia, Cameron Garnsworthy, mengatakan persetujuan tadi merupakan momen penting dalam perjalanan proyek. "SunCable sekarang akan berfokus pada tahap perencanaan berikutnya, untuk memajukan proyek menuju keputusan investasi akhir,” tuturnya. Kebutuhan investasi tersebut, kata dia, akan dirampungkan pada 2027.
Saat ini seluruh negara di dunia berlomba untuk mengoperasikan proyek PLTS berkapasitas besar, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan pada 2023 di Indonesia mencapai 13.155 Megawatt (MW) atau 13,16 GW.
Realisasi pemanfaatan energi terbarukan didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 6.784 MW, lalu bioenergi 3.195 MW, panas bumi 2.417 MW, sementara realisasi pemakaian energi surya hanya 573 MW. Mirip seperti Australia, Indonesia juga berencana mengekspor listrik sebesar 2 GW dari PLTS ke Singapura.
Salah satu proyek energi surya yang kini diandalkan oleh Pemerintah Indonesia adalah PLTS Terapung Cirata yang berkapasitas 192 Megawatt peak (MWp). Kapasitas PLTS Terapung Cirata bisa berkembang hingga 1,2 Gigawatt peak (GWp), jika memanfaatkan 20 persen dari luas total Waduk Cirata.
Di tengah persaingan teknologi energi baru terbarukan, Cina membangun kapasitas tenaga angin dan surya hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding negara lain. Tahun ini, salah satu perusahaan di Negeri Tirai Bambu meresmikan pembangkit listrik tenaga surya Midong berkapasitas 3,5 GW. Proyek itu adalah fasilitas PLTS terbesar di Cina, sejauh ini.