Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Kehakiman AS kembali minta Facebook membuka akses komunikasi terenkripsi WhatsApp. Alasannya untuk memerangi kejahatan, namun Facebook keberatan karena hal itu akan mengancam privasi individu.
Jaksa Agung William P. Barr membidik rencana Facebook untuk membuat WhatsApp dan layanan perpesanan lainnya lebih aman. Barr menekan CEO Facebook Mark Zuckerberg, untuk menciptakan celah enkripsi. Departemen Kehakiman mengatakan bahwa penyelidik membutuhkan akses sah ke komunikasi terenkripsi untuk memerangi terorisme, kejahatan terorganisir dan pornografi anak.
"Perusahaan seharusnya tidak dengan sengaja merancang sistem untuk menghalangi segala bentuk akses ke konten terutama untuk keperluan mencegah atau menyelidiki kejahatan paling serius," ujar Barr, dikutip Nytimes baru-baru ini.
Barr bersama rekan-rekannya dari Inggris dan Australia, menulis dalam surat kepada Zuckerberg yang bertanggal 4 Oktober 2019. Surat tersebut muncul pertama kali di laman BuzzFeed News. Permintaan Barr adalah upaya terbaru dalam perjuangan bertahun-tahun penegak hukum untuk mendapatkan akses ke platform komunikasi populer yang telah menjadi semakin aman.
Konflik terakhir muncul pada 2016, ketika seorang hakim federal memerintahkan Apple untuk membantu FBI membuka kunci iPhone setelah penembakan massal 2015 di San Bernardino, California. FBI akhirnya memecahkannya tanpa bantuan Apple, mengurangi ketegangan sementara dengan perusahaan.
Surat itu menunjukkan bahwa Departemen Kehakiman mencoba pendekatan terkoordinasi dengan sekutu dekat untuk mendorong perusahaan teknologi mengubah posisinya. Masalahnya, enkripsi end-to-end, yang memastikan hanya pengirim dan penerima yang membaca pesan, akan memiliki pintu belakang, atau memberi otoritas akses ke data tersebut.
Juru Bicara Facebook Andry Stone mengatakan bahwa enkripsi yang kuat diperlukan untuk melindungi pengguna platform mereka di seluruh dunia, termasuk jurnalis dan pengkritik pemerintah. Menurut Stone, Facebook menghormati peran penegakan hukum, tapi percaya orang memiliki hak untuk berkomunikasi secara pribadi dan online.
"Enkripsi end-to-end sudah melindungi pesan lebih dari satu miliar orang setiap hari," kata Stone. "Kami sangat menentang upaya pemerintah untuk membangun pintu belakang karena mereka akan merusak privasi dan keamanan orang di mana-mana."
Dengan 1,5 miliar pengguna, WhatsApp menjadi platform komunikasi terenkripsi paling umum digunakan di dunia. Pakar privasi Susan Landau mengatakan bahwa menciptakan pintu belakang akan secara efektif menghancurkan kerahasiaan platform semacam itu. "Kita sedang dimata-matai oleh semua orang dan di mana saja," kata Landau, profesor keamanan komputer Universitas Tufts. "Mengamankan data adalah kepentingan keamanan nasional yang jelas."
NEW YORK TIMES | BUZZ FEED NEWS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini