Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Penipuan Online Marak, Ini 5 Modus Rekayasa Sosial yang Kerap Digunakan

Sejalan dengan tingginya aktivitas di ruang digital, semakin besar juga bahaya yang mengintai pengguna internet, misalnya penipuan online.

18 Agustus 2023 | 18.24 WIB

Paguyuban Paguyuban Korban Penipuan Online membuat laporan ke Bareskrim Mabes Polri, pada Kamis, 20 Juli 2023. Mereka merupakan kumpulkan korban penipuan dengan modus menawarkan pekerjaan paruh waktu atau sebagai freelance.  TEMPO/Ade Ridwan Yandwiputra
Perbesar
Paguyuban Paguyuban Korban Penipuan Online membuat laporan ke Bareskrim Mabes Polri, pada Kamis, 20 Juli 2023. Mereka merupakan kumpulkan korban penipuan dengan modus menawarkan pekerjaan paruh waktu atau sebagai freelance. TEMPO/Ade Ridwan Yandwiputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejalan dengan tingginya aktivitas di ruang digital, semakin besar juga bahaya yang mengintai pengguna internet, misalnya penipuan online.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Perusahaan siber Kaspersky melihat social engineering (rekayasa sosial) masih menjadi metode yang paling sering digunakan untuk mengecoh korban, baik dari cara klasik seperti mengaku perwakilan dari sebuah perusahaan maupun cara terbaru misalnya membajak percakapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kaspersky, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, menilai setidaknya ada lima modus rekayasa sosial yang kerap ditemui di dunia maya.

1. Mengaku staf teknis
Cara klasik rekayasa sosial yang masih sering dijumpai adalah panggilan telepon dari seseorang yang mengaku sebagai staf teknis perusahaan. Pelaku menghubungi korban saat akhir pekan dan meminta korban segera datang ke kantor karena mendapati ada aktivitas aneh dari komputer.

Pada modus rekayasa sosial itu, korban mungkin enggan datang ke kantor karena sedang libur. Oleh karena itu, peretas akan menawarkan dukungan teknis palsu untuk menyelesaikan masalah dengan meminta data-data untuk masuk ke sistem perusahaan.

2. Konfirmasi sederhana
Sebuah kasus peretasan yang menimpa layanan transportasi online di luar negeri bermula dari pesan spam berisi konfirmasi sederhana. Pada kasus itu, peretas yang mengaku sebagai staf dukungan teknis mengirim pesan permintaan autentikasi kepada kontraktor.

Dengan cara itu, peretas yang berusia 18 tahun mendapatkan autentikasi login dikombinasikan dengan sejumlah informasi login yang didapatkan dari situs gelap. Peretas mengantongi sejumlah informasi sensitif dari pembobolan itu.

3. Email dari CEO
Cara klasik lainnya, peretas mengaku sebagai CEO, manajer atau mitra bisnis dan mengirim pesan penting supaya korban segera mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang sudah ditentukan.

Jika penjahat siber tertarik untuk membobol perusahaan, dia bisa saja mengirimkan lampiran yang sebenarnya berisi malware berbahaya.

Serangan email

4. Pembajakan percakapan
Salah satu serangan email, yaitu kompromi email bisnis (BEC), melibatkan orang-orang yang berpengalaman di perusahaan untuk meyakinkan korban mengikuti apa yang diinginkan penjahat siber. Cara itu juga dikenal sebagai pembajakan percakapan, penyerang menyamar sebagai karyawan dan masuk ke dalam korespondensi bisnis untuk mendapatkan rasa percaya dari karyawan lain

Dengan menyamar sebagai karyawan, penjahat siber bisa mendapatkan email asli dan membuat domain yang mirip. Skenario yang dilancarkan bervariasi, termasuk mengirim phishing atau malware.

Peretas biasanya membajak percakapan yang berhubungan langsung dengan uang, lalu memasukkan detail perbankan mereka pada saat yang tepat.

5. Mengaku dari pihak berwajib
Kaspersky menemukan rekayasa sosial itu pada 2022, yaitu peretas membuat permintaan data resmi dengan mengaku sebagai pihak berwajib di Amerika Serikat. Dengan cara itu, peretas bisa mendapatkan data yang terpercaya dan menggunakannya untuk serangan lebih lanjut.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Sunu Dyantoro

Sunu Dyantoro

Memulai karier di Tempo sebagai koresponden Surabaya. Alumnus hubungan internasional Universitas Gadjah Mada ini menjadi penanggung jawab rubrik Wawancara dan Investigasi. Ia pernah meraih Anugerah Adiwarta 2011 dan 2102.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus