Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Palu hukuman mati itu diketukkan Philip Meyer tujuh tahun lalu. Dalam bukunya, The Vanishing Newspaper, Meyer menujum umur koran cetak tinggal 32 tahun lagi. Pada 2043, tidak ada lagi koran cetak beredar di Amerika Serikat. Koran cetak akan menjadi masa lalu.
Anda boleh saja ragu terhadap angka 2043 versi dosen jurnalistik di University of North Carolina itu. Namun, faktanya, setidaknya di Amerika Serikat dan negara negara di Eropa, Internet menjadi pembunuh media cetak. Jumlah pembaca berita lewat Internet terus melesat, meninggalkan media yang sudah berusia lanjut, koran cetak.
Menurut Pew Research Center, sejak tiga tahun lalu, jumlah pengakses berita di Internet di Amerika sudah melampaui pembaca koran. Ratusan koran cetak tumbang. Pemilik media pun bergegas menyelamatkan biduk usahanya, mengikuti ke mana pun pembaca mengalir. Kala gelombang pertama booming Internet pada akhir 1990 an hingga awal 2000 an, mereka berduyun duyun membuat situs berita Internet.
Saat teknologi e-paper ataupun koran mini lewat pesan multimedia (MMS) tiba dan ketika BlackBerry menjadi gaya hidup, bos bos media pun segera menubruk peluang itu. ”Kalau tidak memulai dari sekarang, kapan lagi?” ujar Pepih Nugraha, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.com, pekan lalu. Menurut Pepih, karena teknologi media belum mapan, rupa rupa jalur media itu mesti dijajaki. ”Tak perlu kita meratapi penurunan ataupun stagnasi oplah.”
l l l
Tatkala komputer tablet Apple iPad menyihir dunia sejak April tahun lalu, sebagian juragan media seolah olah melihat kelahiran sang penyelamat. ”Perkakas ini benar benar menyenangkan. Mungkin inilah yang akan menyelamatkan industri surat kabar,” kata Rupert Murdoch, bos gergasi media dunia, News Corporation, akhir Januari lalu.
Dalam iPad ada sihir Steve Jobs, pendiri Apple Computer Inc. Dari tangan dingin Jobs sudah lahir komputer Macintosh, pemutar musik digital iPod, dan ponsel pintar iPhone. Semuanya sukses besar di pasar. Belum genap berumur setahun, iPad sudah terjual lebih dari 15 juta unit di seluruh dunia. Pesaing terdekatnya, Samsung Galaxy Tab, baru laku sekitar dua juta unit. Perusahaan riset pemasaran eMarketer meramal penjualan komputer tablet tahun ini akan menembus 44 juta unit.
Era komputer tablet ala iPad dan Samsung Galaxy Tab akan menggusur zaman netbook. ”Komputer tablet akan memakan pasar netbook,” kata Sarah Rotman Epps, analis dari Forrester Research. Sekarang laju komputer tablet masih tersendat karena harganya masih relatif mahal (sekitar Rp 4,7 juta untuk iPad 16 gigabita dan Rp 6,7 juta untuk iPad 64 gigabita). Tapi harga itu tak akan bertahan lama. ”Kalau iPad 2 sudah keluar, harga iPad versi lama pasti turun,” ujar Pepih Nugraha. Dalam lima tahun, seperempat pengguna komputer diramalkan akan berpaling ke tablet.
Murdoch yakin prediksi itu tak akan meleset. Konglomerat gaek ini pun sangat gesit menangkap peluang tersebut. Rabu pekan lalu, bertempat di Museum Guggenheim, New York, Murdoch meluncurkan harian The Daily. Media ini dibuat khusus untuk iPad dan hanya bisa diakses dari komputer tablet berlayar 9,7 inci itu.
Tidak ada situs layaknya portal berita untuk mengakses berita Daily. ”Setidaknya untuk setahun ini dan tahun depan, Daily hanya untuk Apple,” kata Murdoch. Setelah itu, mungkin saja akan ada Daily versi tablet Samsung Galaxy Tab atau BlackBerry Playbook. Aplikasi Daily ini bisa diunduh di toko iTunes. Barangkali inilah koran pertama yang dibuat hanya untuk iPad.
Dari tampilannya, koran Daily ini lebih mirip majalah yang terbit setiap hari ketimbang koran. Di setiap halaman—dari 100 halaman lebih—hanya ada satu berita, foto, atau infografis. Selain tampilannya yang semarak, Daily punya sejumlah keunggulan yang tak akan pernah dimiliki koran cetak. Ia bisa memuat video dan menyimpan berita. Ada pula fitur tautan ke Facebook atau Twitter. Untuk membacanya juga tak perlu harus selalu terhubung ke Internet, kecuali saat pertama membukanya.
Yang terang, menerbitkan Daily tak perlu berton ton kertas. Mereka juga tak butuh armada truk berderet deret untuk mengantarkan koran ke depan pintu pelanggannya setiap pagi. Lewat Internet, Daily akan tiba di layar khalayak pembacanya dalam hitungan menit secara serentak. ”Ambisi kami sangat besar, walaupun dengan ongkos yang sangat murah,” Murdoch berseloroh. Menurut dia, ongkos produksi Daily per minggu tak akan lebih dari US$ 500 ribu.
Namun Daily tak sepi dari kritik. Beberapa pelanggannya mengeluh berulang kali gagal membuka Daily. Tak cuma media penyalurannya di luar jalur biasa, cara berlangganan Daily pun berlawanan arus dengan mayoritas media yang menggratiskan beritanya. Serupa dengan yang dia terapkan di koran lain di bawah payung News Corporation seperti The Wall Street Journal, Murdoch memasang portal harga untuk mengakses Daily.
Harganya memang jauh lebih murah ketimbang ongkos langganan koran cetak. Jika hendak membeli eceran harian, harganya US$ 14 sen atau sekitar Rp 1.200. Kalau berlangganan mingguan, hanya US$ 99 sen atau Rp 8.900. Jika langsung berlangganan setahun, ongkosnya US$ 39,99 atau Rp 356 ribu. Itu berarti hanya Rp 30 ribu per bulan, jauh lebih murah ketimbang berlangganan koran di Indonesia sekalipun.
Masalahnya, hanya segelintir media Internet, termasuk yang diakses lewat aplikasi iPad, yang pasang harga. The New York Times, yang aplikasi iPad nya sudah diunduh lebih dari sejuta kali pun, hingga saat ini masih gamang untuk pasang banderol. Tapi Murdoch tak mundur dari strateginya. ”Tidak akan,” kata Murdoch saat ditanya wartawan apakah berita Daily suatu ketika akan digratiskan. Menurut dia, hanya lewat cara inilah media bisa menutup ongkos untuk menghasilkan karya jurnalistik yang bermutu.
Strategi Daily memang belum terbukti gagal. Namun angka statistik tak memberikan kabar baik bagi Murdoch. Pada Juni lalu, majalah Wired milik Conde Nast Publications melansir aplikasi iPad. Kala itu, Wired versi iPad dibeli 100 ribu pembaca. Namun angka ini terus menyusut hingga tinggal 24 ribu pembaca pada Desember lalu. Majalah pria Men’s Health versi layar 9,7 inci juga tak pernah bergerak dari angka 3.000 pembaca.
Terlalu dini untuk menempelkan stempel gagal pada Daily. Model media iPad ini, menurut eMarketer, masih kelewat muda. Semua bos surat kabar, kata analis media di Gartner, Alan Weiner, sekarang tengah mengamati Daily. ”Kita sekarang memasuki periode coba coba yang ekstrem,” ujar Weiner. Seperti kata Pepih, semua jalur media mesti dijajaki. Dari sepuluh uji coba, barangkali saja akan ada satu atau dua proyek yang berhasil mentas.
Sapto Pradityo (Guardian, New York Times, PCWorld, MacWorld, TechCrunch)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo