Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lapan bisa berbangga saat satelit Lapan-TUBSat yang mereka buat bekerja sama dengan Jerman memasuki tahun keempat pada 10 Januari lalu. Semula diperkirakan satelit ini hanya sanggup berada di angkasa dua tahun. Tapi, ternyata, hingga kini masih terus mengirim gambar. "Ini merupakan hal yang luar biasa bagi sebuah satelit mikro, karena banyak satelit semacam ini hanya berusia dua tahun," kata Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Profesor Soewarto Hardhienata.
Usia dua tahun awalnya dihitung dari usia baterai isi ulang di dalam satelit. Pada dasarnya, satelit menggunakan energi dari matahari. Tapi energi ini mesti disimpan dulu sehingga ketika tidak ada sinar pun satelit masih bekerja.
Seperti yang dipakai di telepon seluler atau mobil, baterai itu ada batas usianya: hanya sanggup diisi ulang dalam jangka waktu tertentu. Sialnya lagi, kala itu, baterai dinyalakan sebelum peluncuran, dan saat sudah telanjur dinyalakan, peluncuran ditunda selama dua tahun.
Selain soal baterai, keawetan satelit ini karena sistemnya. "Kamera, misalnya, kalau macet kan percuma juga biarpun baterai masih menyala," kata Kepala Bidang Teknologi Ruas Bumi Dirgantara Lapan Chusnul Tri Judianto.
Lapan-TUBSat memiliki berat 57 kilogram dan bergerak melintang. Satelit ini cukup membantu dan menghasilkan gambar-gambar Indonesia dengan cukup lengkap. Saat Merapi meletus pada 2010, misalnya, Lapan-TUBSat menjadi satu-satunya satelit yang bisa memotret gunung yang sangat beringas itu. "Pada hari itu, hanya Lapan-TUBSat yang berhasil melihat Merapi dari 650 kilometer di atas permukaan bumi," ujar Chusnul.
Keberhasilan satelit gabungan Lapan-TUBSat membuat mereka percaya diri membuat A2 dan A3. Tahap berikutnya adalah satelit B1, yang tidak berbeda jauh dengan satelit-satelit ini tapi dilengkapi dengan kamera inframerah sehingga bisa memantau permukaan Indonesia dengan lebih baik.NK
Satelit Lapan A2
Satelit ini mirip sekali dengan Lapan-TUBSat. Tambahan muatan utama yang sangat berbeda hanya satu, yakni Sistem Identifikasi Otomatis Maritim (AIS). Organisasi Maritim Internasional (IMO) mengharuskan kapal berbobot di atas 300 ton memiliki alat yang otomatis bisa mengirim data kapal-nama, posisi, arah, waktu, kecepatan, ukuran, dan sebagainya-sehingga terpantau. Pemancar relai AIS biasanya di darat dengan jangkauan hanya 50 mil laut (92 km). Dengan satelit ini, sinyal AIS bisa dibaca dengan jangkauan lebih luas.
Berat 68 kg
Satelit Lapan A3 (Lapan-Orari)
Lapan membuat satelit yang bisa digunakan relai radio amatir Orari. Ini sangat penting saat bencana karena organisasi radio amatir ini biasa menjadi pihak pertama yang masuk ke wilayah bencana dan menjadi saluran komunikasi satu-satunya.
Untuk mengarahkan kamera, satelitnya diputar-putar di antariksa. Cara memutarnya menggunakan giroskop tiga sumbu (roda dengan tiga sumbu). Putaran ini akan membuat satelit bereaksi berputar ke arah sebaliknya.
Kamera foto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo