Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Serbaguna, Tahan Lama

14 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lapan bisa berbangga saat satelit Lapan-TUBSat yang mereka buat bekerja sama dengan Jerman memasuki tahun keempat pada 10 Januari lalu. Semula diperkirakan satelit ini hanya sanggup berada di angkasa dua tahun. Tapi, ternyata, hingga kini masih terus mengirim gambar. "Ini merupakan hal yang luar biasa bagi sebuah satelit mikro, karena banyak satelit semacam ini hanya berusia dua tahun," kata Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Profesor Soewarto Hardhienata.

Usia dua tahun awalnya dihitung dari usia baterai isi ulang di dalam satelit. Pada dasarnya, satelit menggunakan energi dari matahari. Tapi energi ini mesti disimpan dulu sehingga ketika tidak ada sinar pun satelit masih bekerja.

Seperti yang dipakai di telepon seluler atau mobil, baterai itu ada batas usianya: hanya sanggup diisi ulang dalam jangka waktu tertentu. Sialnya lagi, kala itu, baterai dinyalakan sebelum peluncuran, dan saat sudah telanjur dinyalakan, peluncuran ditunda selama dua tahun.

Selain soal baterai, keawetan satelit ini karena sistemnya. "Kamera, misalnya, kalau macet kan percuma juga biarpun baterai masih menyala," kata Kepala Bidang Teknologi Ruas Bumi Dirgantara Lapan Chusnul Tri Judianto.

Lapan-TUBSat memiliki berat 57 kilogram dan bergerak melintang. Satelit ini cukup membantu dan menghasilkan gambar-gambar Indonesia dengan cukup lengkap. Saat Merapi meletus pada 2010, misalnya, Lapan-TUBSat menjadi satu-satunya satelit yang bisa memotret gunung yang sangat beringas itu. "Pada hari itu, hanya Lapan-TUBSat yang berhasil melihat Merapi dari 650 kilometer di atas permukaan bumi," ujar Chusnul.

Keberhasilan satelit gabungan Lapan-TUBSat membuat mereka percaya diri membuat A2 dan A3. Tahap berikutnya adalah satelit B1, yang tidak berbeda jauh dengan satelit-satelit ini tapi dilengkapi dengan kamera inframerah sehingga bisa memantau permukaan Indonesia dengan lebih baik.NK


Satelit Lapan A2

Satelit ini mirip sekali dengan Lapan-TUBSat. Tambahan muatan utama yang sangat berbeda hanya satu, yakni Sistem Identifikasi Otomatis Maritim (AIS). Organisasi Maritim Internasional (IMO) mengharuskan kapal berbobot di atas 300 ton memiliki alat yang otomatis bisa mengirim data kapal-nama, posisi, arah, waktu, kecepatan, ukuran, dan sebagainya-sehingga terpantau. Pemancar relai AIS biasanya di darat dengan jangkauan hanya 50 mil laut (92 km). Dengan satelit ini, sinyal AIS bisa dibaca dengan jangkauan lebih luas.

  • Kumparan magnet
  • Peranti GPS
  • Memastikan posisi satelit di permukaan bumi.
  • Antena UHF
  • Panel surya Mengumpulkan energi sinar matahari.
  • Pengukur medan magnet
  • Baterai lithium-ion
  • Baterai isi ulang digunakan untuk menyimpan energi dari panel surya.
  • Sensor bintang
  • Mengetahui posisi satelit dengan menggunakan posisi bintang.
  • Antena S-Band
  • Mengirim gambar video ke stasiun pengendali.
  • Sensor matahari
  • Pemancar S-Band
  • Kamera video resolusi tinggi(resolusi 6 meter)
  • Digunakan jika ingin melihat permukaan Indonesia dengan resolusi tinggi.
  • Kamera video resolusi rendah (resolusi 120 meter)
  • Digunakan untuk memantau secara umum. Lebar cakupan kamera ini 180 km.

    Berat 68 kg

    Satelit Lapan A3 (Lapan-Orari)

    Lapan membuat satelit yang bisa digunakan relai radio amatir Orari. Ini sangat penting saat bencana karena organisasi radio amatir ini biasa menjadi pihak pertama yang masuk ke wilayah bencana dan menjadi saluran komunikasi satu-satunya.

  • Antena VHF
  • Antena dalam
  • Antena VHF
  • Sensor matahari
  • Kamera foto: Resolusi 19,5 km, cakupan 150 km. Kecepatan kirim per gambar ke stasiun bumi 4 menit 9 detik (besar 186,75 MB).
  • Antena S-Band
  • Giroskop tiga sumbu
    Untuk mengarahkan kamera, satelitnya diputar-putar di antariksa. Cara memutarnya menggunakan giroskop tiga sumbu (roda dengan tiga sumbu). Putaran ini akan membuat satelit bereaksi berputar ke arah sebaliknya.
  • Berat 70 kg

    Kamera foto

  • Resolusi 19,5 km, cakupan 150 km. Kecepatan kirim per gambar ke stasiun bumi 4 menit 9 detik (besar 186,75 MB).
  • Satelit Lapan-TUBSat memotret Bandara Soekarno-Hatta dengan cukup jelas.
  • Letusan Bromo pada November 2010 seperti yang terekam satelit Lapan-TUBSat.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus