Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Tak Banyak Cerita Malari

Hariman melansir buku tentang dirinya. Kurang mengungkap hubungannya dengan Soemitro dan Ali Moertopo.

14 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hariman dan Malari
Penulis: Imran Hasibuan, Airlambang, dan Yosef Rizal
Penerbit: Q-Communication, 2011
Tebal: xii + 432

Ada tiga nama yang selalu terkait dengan Peristiwa 15 Januari 1974 alias Malari: Soemitro, Ali Moertopo, dan Hariman Siregar. Dua nama pertama adalah jenderal yang bergesekan dan disebut-sebut berada di belakang kejadian yang mendorong pemerintah Orde Baru semakin sistematis melakukan represi. Sedangkan Hariman pemimpin mahasiswa yang melakukan demonstrasi, yang berakhir dengan kerusuhan.

Saat Hariman meluncurkan bukunya, Hariman dan Malari, sudah terbayang ia akan mengungkap kaitan dirinya dengan kedua jenderal itu. Tapi, jauh dari harapan, buku ini justru kurang mengungkap hubungan itu dari kacamata Hariman.

Kata pengantar Max Lane menyebutkan, sejak 1973, terlihat sinkronisasi gerakan mahasiswa dengan manuver Jenderal Soemitro. Hubungan dengan Soemitro malah dikutip dari memoar bekas Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) itu. Ia menulis Hariman dan semua anggota Dewan Mahasiswa yang baru ia pimpin datang ke kantor Kopkamtib. Wakil Soemitro, Laksamana Sudomo, menemui mereka. Dalam laporan pertemuan, Soemitro membaca kalimat aneh yang diucapkan Hariman: ”Kami ada hubungannya dengan Tanah Abang III.”

Tanah Abang III adalah kantor Center for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga yang dibentuk tokoh-tokoh Operasi Khusus, seperti Ali Moertopo dan Sudjono Humardani. Dalam buku ini juga disebutkan Hariman dekat dengan Ali Moertopo dan CSIS.

Kembali, Hariman tidak menjelaskan sendiri bagaimana kedekatannya, seberapa sering ia berkunjung ke Tanah Abang III, apa yang dibahas di sana, dan sebagainya. Tidak juga diceritakan kunjungan Dewan Mahasiswa ke kantor Kopkamtib itu.

Meski judulnya menggunakan kata ”Malari”, praktis kejadian ini hanya ditulis sekitar 40 halaman—mulai bab ”Jalan Menuju Malari” sampai pengalaman di penjara. Sepertiga buku berisi kehidupan Hariman dari masa kecil sampai sekarang, sepertiga lagi tentang pandangan orang terhadap dirinya, dan dalam sepertiga terakhir buku dipaparkan tulisan-tulisan Hariman.

NK

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus