Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Pertaruhan Masa Depan Microsoft

Windows 8 mengentak dengan ikon ubin. Kebangkitan kembali Microsoft?

4 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STEVE Ballmer berjalan mantap menuju tengah panggung. Mengenakan setelan jas berwarna hitam dipadukan dengan kemeja gelap tanpa dasi, bos Microsoft berkepala plontos ini menyapa ramah para undangan yang memadati Pier 57 di Kota New York, Amerika Serikat, dua pekan lalu.

Setelah sedikit berbasa-basi, Ballmer langsung merujuk pada inti acara di Kamis pagi, 25 Oktober, itu. "Windows 8 akan membawa Anda menjelajahi pengalaman komputasi yang berbeda. Apa yang bisa Anda lakukan dengan Windows 8? Semua yang Anda inginkan," ucapnya bersemangat.

Di atas panggung itu, Ballmer sejatinya tengah mempertaruhkan masa depan jabatannya sebagai chief executive officer di perusahaan pembuat sistem operasi komputer terbesar di dunia tersebut. Tak hanya itu, ia juga sedang berusaha mengembalikan nama besar Microsoft di kancah teknologi digital.

Jika Ballmer gagal "jualan", persepsi orang bahwa Microsoft sudah jauh tertinggal dari kompetitor utamanya, seperti Apple, Google, dan Amazon, semakin kuat. Sebaliknya, jika pasar merespons positif, Windows 8 akan kembali membawa Microsoft ke kompetisi sistem operasi yang kian sengit.

"Ini menjadi momen penting bagi Ballmer," kata analis industri teknologi Patrick ­Moorhead dari Moor Insights and Strategy. "Jika Windows 8 gagal, para pemegang saham Microsoft mungkin akan meminta dia mundur."

Windows adalah sistem operasi komputer pribadi paling populer. Hampir 85 persen komputer di dunia memakai platform ini. Tapi ketika era perangkat bergerak, seperti telepon seluler cerdas dan komputer tablet, datang, Windows mulai terpinggirkan. Pertumbuhannya stagnan, bahkan cenderung menurun. Orang lebih senang memakai tablet dan ponsel cerdas.

Menjawab kelesuan itu, ­Microsoft putar otak. Hasilnya, lahirlah Windows 8, yang khusus dirancang berjalan di komputer pribadi dan tablet. Inilah perubahan drastis kedua dalam 17 tahun terakhir setelah sistem operasi Windows 95.

Windows 8 juga menandai masuknya Microsoft ke era layar sentuh, yang sebelumnya didominasi Apple dan Google lewat sistem operasi mereka, iOS dan Android. Fitur layar sentuh selama ini hanya terpasang di ponsel cerdas dan komputer tablet. Android menguasai pangsa pasar hingga 40 persen.

Agar berjalan lancar di berbagai perangkat, Windows 8 mengalami perubahan besar dibanding pendahulunya, Windows 7. Salah satu perubahan itu adalah hilangnya tombol start di bagian bawah kiri layar. Sebagai gantinya, seluruh layar depan diisi dengan ikon kotak-kotak besar berwarna-warni yang mereka namakan tile atau ubin.

Tampilan seperti ini sebelumnya bernama Metro Style. Namun, sejak Agustus lalu, Microsoft mengubah julukan Metro Style menjadi Windows 8-Style UI (User Interface). Setiap ubin memiliki tautan ke beragam aplikasi, tugas, ataupun dokumen. Fungsinya persis sama dengan ikon kecil di tombol start.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan tombol start yang sudah sangat populer bagi para pengguna sistem operasi Windows itu dikembalikan, Ballmer menjawab singkat, "Seluruh layar di Windows 8 adalah tombol start." Tentu yang ia maksud rangkaian ubin itulah pengganti ikon kecil.

Menurut Ballmer, ketika pertama kali tombol start muncul, banyak orang mengeluh lantaran tak terbiasa menggunakannya. "Dengan format kotak-kotak ubin, orang juga belum terbiasa, tapi lama-lama akan terbiasa. Anda harus mencobanya sendiri agar percaya," katanya.

Windows 8 disebar ke pasar dengan dukungan dana promosi fantastis, yakni sekitar US$ 1 miliar. Dana besar yang dikucurkan ini membuktikan betapa pentingnya Windows 8 bagi masa depan Microsoft.

Agar Windows 8 dapat dijalankan di komputer pribadi dan tablet, Microsoft mengeluarkan dua versi, yakni Windows 8 dan Windows RT. Secara sederhana, Windows 8 dirancang untuk perangkat yang menggunakan prosesor keluaran Intel dan bisa menjalankan peranti lunak atau game yang biasa terdapat pada Windows 7 PC.

Sedangkan Windows RT lebih ditujukan untuk perangkat dengan prosesor ARM, yang umumnya dibuat oleh Qualcomm dan Nvidia, dan tak bisa menjalankan peranti lunak yang ada di Windows 7. Artinya, perangkat dengan Windows RT hanya bisa menjalankan aplikasi yang dijual di Windows Store.

Dari tampilan perangkat keras, Windows 8 menciptakan tren baru. Kini para vendor komputer rekanan Microsoft berlomba membuat komputer dan laptop dengan kemampuan layar sentuh. Bahkan beberapa tablet ada yang bisa berubah menjadi laptop dan lainnya menjadi komputer desktop.

Tablet dengan kemampuan berubah menjadi laptop ini adalah jenis baru yang sebelum Windows 8 lahir tak pernah dilirik vendor komputer. Laptop ini disebut hibrida, yakni layarnya bisa dicopot dan berfungsi seperti tablet. Contohnya adalah Asus Vivo Tab RT dengan Windows RT, Asus Transformer Book dengan Windows 8, dan Acer iconia W510 Windows RT.

Kini pertanyaan besar menggantung di seputar peluncuran Windows 8: apakah sistem operasi ini mampu menarik minat konsumen yang sudah terbiasa dengan penggunaan ponsel cerdas, tablet, dan perangkat bergerak digital lainnya dengan sistem operasi lain?

Apple adalah salah satu pemain yang akan menjadi kendala bagi Microsoft. Teknologi layar sentuh pertama kali dipopulerkan oleh perusahaan ini. Di tengah dominasi sistem operasi Windows beberapa tahun lalu, mendiang Steve Jobs pernah mencoba mendobrak dengan memperkenalkan komputer tablet.

Menurut Jobs, publik menginginkan komputer berbeda yang memiliki fitur layar sentuh dengan baterai berdaya tahan lama. Pendek kata, perangkat itu harus berbeda dengan komputer pribadi. Maka lahirlah komputer tablet bernama iPad.

Menurut beberapa pengamat teknologi digital, salah satu kunci sukses Apple adalah Jobs dengan tegas memisahkan dua sistem operasi yang dimi­liki, yaitu Mac OS, sistem operasi untuk Mac desktop dan laptop, serta iOS, sistem operasi yang khusus dibuat untuk iPad dan iPhone. Mac tetap mengandalkan mouse dan keyboard, sedangkan iPad dan iPhone memakai fitur layar sentuh.

Dengan dua sistem operasi berbeda itu, Apple berhasil menghindari terjadinya kanibalisme antarproduk buatannya. Contohnya penjualan iMac atau Mac Book Air, yang menyasar kelas premium tak terpengaruh, oleh kehadiran produk lebih murah untuk kelas menengah, seperti tablet iPad.

Berbeda dengan Jobs, Ballmer mengarahkan Microsoft ke jalan berlainan. Ballmer memakai pendekatan satu untuk semua. Itu sebabnya, Windows 8 bisa dijalankan di semua perangkat digital, termasuk ponsel cerdas.

"Upaya Microsoft membuat sistem operasi yang bisa dipakai di segala perangkat adalah risiko yang cukup besar," kata blogger teknologi Todd Bishop, salah satu pendiri GeekWire. "Jika tak cermat, perangkat ini akan saling membunuh dalam merebut pangsa pasar."

Di New York, Ballmer menggantungkan masa depan jabatannya dan reputasi Microsoft pada Windows 8. Reaksi pasar pada sistem operasi terbaru ini akan menentukan apakah Windows 8 bakal menjadi jalan menuju sukses atau akhir dari karier panjang Ballmer di Microsoft.

Melihat animo konsumen terhadap Windows 8 yang cukup tinggi, Ballmer tampaknya bisa sedikit tersenyum. Hanya empat hari setelah diluncurkan, 4 juta kopi Windows 8 sudah terjual. "Ini lebih dari ekspektasi kami," ucap Ballmer sumringah.

Firman Atmakusuma (Startribune, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus