Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ARIF Syaifullah sudah menghitung untung dari Ramadan. Sejak sebulan lalu, telepon seluler pemilik situs Qurandigital.com ini tak henti berdering menerima pesanan peranti digital untuk beribadah. ”Stok barang saya ludes,” ujarnya.
Arif menjual pemutar audio digital kitab suci Al-Quran melalui situsnya. Peranti itu berisi audio lengkap Al Quran—30 juz, 114 surat, dari surat pertama, Al-Fatihah, hingga terakhir, An-Nas. Fitur lainnya bervariasi, tergantung merek dan model. Kelengkapan tersebut, misalnya, terjemahan Al-Quran dalam bahasa Indonesia versi Departemen Agama, dan bahkan tafsir Jalalain.
Namun baru Arif yang mengunduh untung dari peranti digital untuk ibadah. Bursa Sajadah, toko perangkat ibadah di Jakarta, mengaku baru kebagian sedikit rezeki. ”Hanya sedikit yang menanyakan,” kata manajer toko itu, Even Riadi. Di toko ini, warga muslim bukan hanya bisa mendapatkan Al-Quran digital, melainkan juga tasbih digital, doa haji dan umroh digital, hingga penunjuk kiblat digital.
Agaknya, peranti digital ini masih asing bagi masyarakat Indonesia, meski mereka sudah hadir setidaknya sejak setahun lalu. Tentu saja ada penyebabnya. Kelemahan terbesar ada pada teknologinya yang usang. Misalnya, pemilik pemutar audio Al-Quran tidak bisa menyimpan file audio, video, atau teks tambahan di dalamnya. Karena itu, Arif berharap, versi mendatang bakal lebih luwes dan menyediakan ruang penyimpan data, sehingga pemiliknya dapat menambah koleksi audio atau videonya. Fitur itu layak diberikan kepada pembeli, karena harga alat ini cukup mahal.
Sebenarnya ada versi yang lebih murah. Pasang saja pemutar Al-Quran berbentuk peranti lunak di telepon seluler. Peranti seperti ini berserak di Internet. Salah satunya dapat diunduh di situs www.handango.com. Di situ, pemilik telepon seluler model tertentu bisa memperoleh peranti lunak Al-Quran, penunjuk kiblat, atau kumpulan hadis dari kelas gratisan hingga kelas ratusan ribu rupiah. Misalnya Salattimes, Pocket Islam, dan Quran Reader Pro.
Kalau tidak mau repot, beli saja telepon genggam LG F7100. Memang tidak ada ayat-ayat Al-Quran di dalamnya, tapi penentu waktu salat dan kiblatnya lumayan pintar. Telepon ini otomatis akan menyesuaikan waktu salat dan kiblat berdasarkan lokasi, di mana pun di seluruh dunia.
Sayangnya, sudah lumayan sukar mencari telepon seluler ini di gerai-gerai toko. Seperti nasib perkakas ibadah digital, respons ikhwan dan akhwat di Indonesia dingin-dingin saja terhadap LG F7100, yang dipasarkan menjelang Ramadan tahun lalu. Karena itulah LG Mobile Communications Indonesia menghentikan proyek ponsel ibadah ini. ”Ternyata tidak ada hubungan kuat antara ponsel dan religi,” kata Andre Tanudjaja, General Manager Pemasaran LG Mobile Communications Indonesia.
Andre boleh saja pesimistis, tapi tiga operator telekomunikasi utama—PT Telkomsel, PT Excelcomindo Pratama Tbk., dan PT Indosat Tbk.—selalu punya program khusus pada Ramadan dan Lebaran. Bukan rahasia lagi, pada bulan Ramadan, segala macam content berbau religius laris manis.
Tengoklah Telkomsel. Di portalnya, pelanggan bisa mendapatkan potongan video ceramah ulama kondang KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym. Pelanggan Telkomsel juga bisa berlangganan petuah-petuah menyejukkan dari Aa Gym, Arifin Ilham, atau Lutfiah Sungkar. ”Ramadhan dan musim mudik tahun ini lebih spesial karena telah ada 3G,” kata Erik Meijer, Wakil Presiden Pemasaran Telkomsel.
Aha, puasa bersama 3G! Terbayang fitur yang bisa disediakan teknologi telekomunikasi seluler generasi ketiga ini, yang mempunyai kecepatan mengirim data hingga 384 kilobyte per detik. Bakal ada fitur video streaming, yang membuat video ceramah dari situs Internet dapat dinikmati tanpa perlu diunduh lebih dulu. Ada video mail untuk berkirim kartu ucapan selamat Lebaran yang berhiaskan video Anda. Ada game online yang dahsyat untuk ngabuburit.
Atau jajal fitur video calling saat ingin mengundang seseorang untuk berbuka bersama. Fitur yang membuat lawan bicara terlihat di layar ini bisa dipakai untuk membujuk dia datang. Hadapkan kameranya ke makanan yang sudah terhidang di meja, lalu katakan: Datanglah..., kita berbuka bersama.
Sapto Pradityo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo