Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Yang Gratis untuk Kaum Muda

Dua tabloid baru yang terbit gratis meramaikan pasar media Inggris. Khawatir menurunkan mutu jurnalistik.

25 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA tabloid gratis menyerbu London, dalam dua pekan terakhir. Di stasiun-stasiun kereta bawah tanah, orang gampang saja mencomot tabloid tanpa bayar itu. Mulanya awal bulan ini, muncul London Lite yang diterbitkan Asosiasi Surat Kabar Inggris. Senin pekan lalu, giliran thelondonpaper terbit. Yang terakhir ini milik juragan koran ternama dunia Rupert Murdoch.

Kedua tabloid itu sama-sama terbit sore, pukul 16.30, tebalnya 48 halaman, berwarna penuh, dan dicetak sekitar 400 ribu eksemplar. Sasaran pembacanya juga sama: kaum muda berusia 18-35 tahun, yang tiap hari ulang-alik bekerja dari pinggiran ke pusat Kota London.

Mereka yang dibidik merupakan generasi yang dianggap tak punya kebiasaan membaca koran. Tak seperti orang tua mereka, kelompok ini tak punya kedekatan dengan sebuah koran saja. Mereka memamah berita dari berbagai sumber, terutama televisi dan Internet, kebanyakan dilakukan di kantor. Kelompok muda itu biasa menghabiskan waktu di perjalanan dengan mendengarkan iPod atau sekadar menerawangi langit-langit kereta.

Kedua tabloid itu tampaknya ingin meniru sukses Metro, koran pagi gratis terbitan Asosiasi Surat Kabar Inggris, yang mampu menyedot segmen pembaca muda. Metro bahkan menjadi ikon harian gratis di Eropa dan Amerika. Hingga Juli 2006, koran yang memuat berita ringan tentang gaya hidup, budaya, gosip, hingga info bioskop itu sudah terbit di 14 negara Eropa dengan tiras mencapai 5,4 juta eksemplar.

Di Inggris, Metro memiliki 1,9 juta pembaca—78 persen berusia 15-44 tahun. Di London saja diperkirakan ada 980 ribu orang yang mengambil Metro setiap pagi. ”Saya membaca Metro di jalan menuju kantor, dan memperoleh berita dari situs BBC serta Guardian sepanjang hari,” kata Laura, seorang pekerja muda di London.

Murdoch menarik Stefano Hatfield menjadi editor thelondonpaper. Hatfield, yang pernah menjadi editor New York Metro, dianggap memiliki segudang pengalaman dalam mengelola koran gratis. ”Dari pengalaman saya, koran gratis jenis ini akan sangat menarik minat kaum muda, berusia 18-35 tahun, yang tidak pernah membaca koran,” katanya.

Lalu, dari mana mereka mendapat penghasilan? ”Murni dari iklan,” ujar Hatfield. Sayang, pihak Murdoch tutup mulut soal modal awal yang disediakan untuk proyek koran gratis itu.

Penerbitan koran gratis bukan yang pertama bagi Murdoch. Pemilik The Sun, The Times, dan Sunday Times di Inggris itu, melalui kelompok News International, juga telah menerbitkan koran gratis MX di Melbourne, Australia; dan Direct Soir di Paris, Prancis. MX bahkan telah mampu mengail keuntungan hanya dalam tempo 18 bulan.

Maraknya media gratis, menurut pengamat media asal Inggris, Roy Greenslade, akan menjadi tren masa depan. ”Dalam jangka panjang, media gratis akan memberikan tekanan finansial kepada koran berbayar,” ujarnya. Namun ia mengkhawatirkan koran jenis ini akan menurunkan standar jurnalistik.

”Saya tak dapat membayangkan koran-koran ini bakal menampilkan berita investigasi dan menyentak. Mereka mungkin cuma akan bergantung pada agen berita dan pers mainstream,” ujarnya.

Kekhawatiran itu ditepis Steve Auckland, Kepala Divisi Koran Gratis dari Asosiasi Surat Kabar Inggris. ”Diperlukan keterampilan yang cukup untuk menulis berita pendek. Tak gampang menulis empat alinea, ketimbang 12 alinea, tanpa kehilangan inti cerita,” katanya.

Tren hadirnya koran gratis ini juga mulai terasa di Indonesia. Kaum komuter di kereta Jabotabek mulai menikmati koran yang dibagikan percuma. Sayang, kata pengamat media Ade Armando, ”Penggarapannya tidak terlalu serius.” Mutu kertas dan cetak masih rendah. ”Sumber beritanya kutip sana, kutip sini.”

Koran-koran mapan sejauh ini terlihat masih mempertimbangkan tingginya biaya produksi untuk terjun ke bisnis media gratis. Namun The Jakarta Post akan menjadi pembuka jalan. Mulai akhir tahun nanti, koran berbahasa Inggris itu rencananya akan menyisipkan majalah gratis di edisi Minggunya. ”Formatnya seperti Time Sunday Magazine dengan menyisipkan artikel serius dan ringan,” kata Endy M. Bayuni, pemimpin redaksi koran bertiras 33 ribu eksemplar itu.

Tren gratis rupanya sudah mulai tiba di negeri ini.

Danto (BBC, Guardian, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus