Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Revolusi di dalam dompet

Micro card technologies (mct) dari prancis memproduksi kartu pintar (smart card) yang bisa menyimpan 32.000 karakter. drexler technology mengembangkan kartu laser yang serba guna. belum ada standar.

3 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH revolusi sedang berlangsung, di dompet-dompet. Kini sedang dikembangkan sebuah kartu, yang punya rangkaian terpadu (chip), dan mampu menyimpan memori dalam jumlah jutaan karakter. Besarnya tak jauh dari KTP kita. Tapi ia bisa dipakai macam-macam, berkat sebuah prosesor elektronik mikro, dan chip penyimpan memori, yang dilekatkan pada kartu plastik ini. Dengan itu, si kartu bisa dipakai mengambil uang dari alat otomatis di bank. Atau menelepon di telepon umum tanpa uang, atau mencatat data kesehatan pribadi. Maka, di Amerika Serikat, disebutlah dia "kartu pintar" (smart card). Master Card, sebuah perusahaan di bidang kartu kredit (credit card), kini sedang mencoba penggunaan kartu pintar jenis ini pada 1.000 langganannya. Jika berhasil, Groupe Bull, sebuah perusahaan Prancis, akan panen. Kepeloporan di bidang ini memang dipegang para pengusaha Prancis. Groupe Bull, misalnya, sudah menananam lebih dari 80 milyar rupiah dalam risetnya. Di Prancis, usaha ini disokong oleh pemerintah, yang mengatur agar sektor perbankan di sana memasang alat pembaca kartu pintar di semua kantor mereka sebelum 1990. Dorongan begini nampaknya perlu. Maklum, harga sebuah alat pembaca diperkirakan sejuta rupiah, jika berdiri sendiri. Sedangkan alat tambahan, yang perlu ditempelkan pada komputer pribadi agar mampu membaca si kartu pintar diperkirakan berhara 80 ribu hingga 160 ribu rupiah. Semua itu baru akan murah bila diproduksikan secara masal. Dan jika ongkos produksi bisa ditekan, Prancis bisa mengeskpornya dengan lebih mudah. Kartu pintar sendiri sebenarnya hanya pengembangan dari kartu berpita magnetik yang kini umum dipakai -- juga di Indonesia. Para pengguna jalan tol Balmera di Sumatera Utara, misalnya, sudah mengenalnya, dan bikinan dalam negeri pula, yaitu kartu berpita magnetik yang digunakan sebagai karcis tol. Tapi Master Card menginginkan kartu yang lebih aman. Kartu berpita magnetik mudah diakali. Kapasitasnya pun terbatas. Pita magnetik pada karcis jalan tol Balmera, misalnya, hanya mampu menyimpan 40 karakter atau huruf saja. Bandingkan dengan kartu pintar yang sedang dicoba Master Card, yang berkapasitas 8.000 hingga 32.000 karakter. Dengan itu bisa dibuat kata sandi (password) yang lebih panjang, dan karena itu, lebih aman. Selain itu, ada lagi kelebihannya yang lain dalam soal pengamanan. Penggunaan prosesor mini menyebabkan ia dapat digunakan menjalankan program khusus yang dapat berfungsi sebagai kunci pengaman elektronik data, hingga sulit diubah oleh tangan jahil. Gangguan tangan jahil inilah yang memang ingin dicegah. Sebab, untuk tahun 1985 saja, di AS tercatat sekitar 2,6 milyar rupiah lenyap gara-gara pemalsuan kartu kredit yang menggunakan pita magnetik. Tapi bukan cuma perbankan yang bisa menarik manfaat. Si kartu juga dapat untuk menyimpan data kesehatan, nomor telepon jadwal acara, atau lainnya. Richard Dunham Presiden Direktur Micro Card Technologies (MCT), yang mengageni produk Groupe Bull di AS, memperkirakan kebutuhan kartu pintar di AS mencapai 2 milyar buah, dan hanya separuhnya untuk sektor perbankan. Namun, MCT tak sendirian dalam upaya merebut pasar. Sedikitnya terdapat tiga perusahaan AS dan sebuah perusahaan Jepang yang pasang kuda-kuda, kendati dengan produk yang agak berbeda. Smart Card International (SCI) dari New York, Intelli Card (IC) dari Colorado, dan Toshiba dari Jepang sedang sibuk mengembangkan "kartu terpadu" (unifiedcard). Sedangkan Drexler Technology (DT) dari California sedang bergumul mengembangkan kartu laser (laser Card). Kartu terpadu dilengkapi dengan layar pemantau (monitor), tuts (keyboards), dan batere. Dengan kapasitas memori hingga 64 ribu karakter, kartu ini sebenarnya komputer pribadi dalam bentuk mini. Bedanya: ia bisa masuk dompet. Adapun kartu laser lebih bodoh. Ia tak memiliki prosesor elektronik mikro. Kartu ini memang dirancang hanya untuk menampung memori yang besar. Data disimpan bukan dalam bentuk medan magnetik, melainkan dalam bentuk bintik-bintik hitam hasil tembakan sinar laser. Karena kecilnya bintik laser, selembar kartu dapat memuat informasi sebanyak 4 juta karakter atau sekitar 1.600 halaman ketik folio dua spasi. Kapasitas itu, menurut Jerry Drexler, Presiden Direktur DT, menyebabkannya sangat cocok digunakan untuk pengganti buku petunjuk kerja. Diperkirakan terdapat kebutuhan 10 milyar kartu laser jika semua buku jenis itu di AS diubah jadi kartu. Impian ini masih terbentur banyak sandungan. Misalnya, alat pembaca kartu ini belum cukup tersedia. Sebab, perusahaan ini, yang sejak 1981 menanamkan sekitar 6 milyar rupiah untuk mengembangkan kartu laser, ternyata kekurangan modal untuk memproduksi masal alat pembaca kartu lasernya. Untunglah, ada sebuah perusahaan Jepang, Nippon Coinco. Cabang Nippon Coinco di Los Angeles sedang merencanakan membuat alat pembaca kartu laser yang bisa dicangking, alias portabel. Maka, beberapa rumah sakit dan perusahaan asuransi pun menjajaki kemungkinan memanfaatkan kartu ini untuk menyimpan data kesehatan klien mereka. Ini meniru cara menyimpan data kesehatan para astronot di badan ruang angkasa AS, NASA. Kerja sama kedua negara ini ternyata tak menular pada jenis kartu pintar lain. Soalnya, belum ada standar dalam penggunaan peranti lunak pada kartu pintar ini. Prancis, yang merasa pelopor, memaksakan agar standarnya yang digunakan. Tapi Jepang berkeberatan. Maklum. Jika standar Prancis yang diterima, puluhan ribu mesin otomatis bank di Jepang harus diubah. Pada akhirnya ini memang bukan cuma keunggulan teknologi, tapi juga kepentingan perdagangan. Bambang Harymurti (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus