Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PB NU, Said Aqil Siradj, mengingatkan pentingnya menjaga budaya dan hubungan antarmanusia di tengah gencarnya pengembangan teknologi era revolusi industri 4.0
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Said mengungkapkan hal tersebut dalam sambutannya di acara Seminar dan Lokakarya Kualitatif Indonesia “Pengembangan Budaya Penelitian Menuju Indonesia 4.0”. Acara ini digelar oleh Universitas Matana Serpong, Tangerang Selatan di kampus mereka pada 19-20 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seminar dan Lokakarya Kualitatif Indonesia (SLKI) adalah, kegiatan yang mempertemukan para peneliti berbasis kualitatif dari institusi pendidikan tinggi dan lembaga penelitian pemerintah maupun independent dari seluruh Indonesia.
“Kita tidak bisa menghindar dari segala kemajuan teknologi yang saat ini, yang serba digital. Namun saya ingatkan bahwa manusia harus hadir dalam segala perubahan teknologi saat ini. Manusia tetap harus eksis untuk menentukan arah dari kemajuan teknologi,” ujar Said.
“Sebab itulah kita perlu memperhatikan penelitian yang bersifat kualitatif, bukan sekedar kuantitatif. Dari situ kita akan tahu apakah perkembangan teknologi sudah diarahkan secara benar dan berguna bagi generasi saat ini, yang di masa datang akan mendapatkan tongkat estafet kepemimpinan. Jangan sampai justru mereka terpengaruh hal yang malah membuat revolusi industry 4.0 menuju ke arah yang salah,” ujar Said.
Sementara itu Rektor Universitas Matana, Arry Basuseno menekankan bahwa pemilihan topik “budaya penelitian” adalah supaya Indonesia menghasilkan pemikir-pemikir yang mampu menelaah segala permasalahan bangsa.
“Budaya penelitian harus diperkuat supaya muncul orang-orang yang mampu berpikir saat melihat persoalan teknologi, ekonomi, kebangsaan, dan banyak lagi. Kemudian mampu mencari solusi secara sistematis, itu yang terpenting,” kata Arry.