Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Apa Itu Smelter Pertambangan? Inilah Fungsi, Cara Kerja, dan Pentingnya dalam Pertambangan

Ketahui apa itu smelter di pertambangan logam seperti nikel dan tembaga, fungsi, cara kerja, serta pentingnya dalam penambangan.

9 Juni 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pada 2024, Indonesia menargetkan pembangunan 53 smelter dengan investasi senilai US$ 19,9 miliar.

  • Smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang fungsinya meningkatkan kandungan logam.

  • Fungsi smelter adalah untuk peleburan dan pengolahan bijih logam atau mineral mentah.

Pemerintah sedang melakukan penghiliran produk tambang dan semakin gencar membangun proyek-proyek smelter. Penghiliran barang tambang tersebut dilakukan demi meningkatkan kemandirian negara dalam pengolahan bahan mentah hasil tambang. Bahkan, pada 2024, Indonesia menargetkan pembangunan 53 proyek smelter dengan investasi mencapai US$ 19,9 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua perusahaan produsen tembaga terbesar di Indonesia, PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara, turut membangun smelter sebagai bentuk komitmen mereka mendukung kebijakan penghiliran mineral pemerintah. Setelah divestasi, Amman Mineral Nusa Tenggara membangun smelter tembaga di Sumbawa Barat senilai Rp 15 triliun dengan kapasitas produksi 900 ribu ton per tahun. Sedangkan smelter Freeport dibangun di Gresik, Jawa Timur, yang dapat menghasilkan 1,7 juta ton per tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melihat gencarnya pemerintah membangun proyek smelter, lantas apa itu smelter pertambangan? Apa fungsi, cara kerja, dan pentingnya dalam pertambangan? Untuk mengetahuinya, simak informasi lengkapnya di bawah ini.

Smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk di Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, 30 Maret 2023. BPMI Setpres/Muchlis Jr

Apa Itu Smelter Pertambangan?

Smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam, seperti nikel, timah, tembaga, emas, dan perak, agar mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut juga meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor.

Istilah smelter muncul dari sebuah proses yang dinamakan smelting. Smelting adalah proses ekstraksi bijih logam murni yang ditambang dari bumi. Salah satu proyek pembangunan smelter yang saat ini sedang digarap pemerintah adalah proyek pertambangan dan pengolahan terintegrasi PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI).

Alokasi total biaya investasi untuk proyek smelter nikel Indonesia tersebut sebesar Rp 37,5 triliun, dengan kapasitas produksi mencapai 73 ribu ton per tahun. Smelter nikel merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan didukung sumber listrik yang berasal dari gas alam. Dengan demikian, smelter dapat mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek.

Fungsi Smelter  

Smelter menjadi fasilitas yang wajib ada pada industri tambang saat ini. Fungsi smelter adalah melakukan proses peleburan dan pengolahan bijih logam atau mineral mentah menjadi logam murni atau produk logam yang lebih bernilai. Smelter bertujuan memisahkan logam dari bahan tambang dan menghilangkan kontaminan, serta menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Selain itu, smelter berfungsi membantu perusahaan beroperasi secara optimal dan produktif.

Cara Kerja Smelter

Smelter bekerja dengan mengurangi bijih menjadi beberapa produk penting. Hasil reduksi bijih dapat berupa hidrogen, logam aktif, dan sebagainya. Zat aktif yang terlibat dalam proses reduksi bergantung pada jenis logam yang direduksi. Semakin tinggi tingkat keaktifan logam, semakin sulit proses reduksinya.

Sebaliknya, jika tingkat keaktifan lebih rendah, proses reduksinya akan lebih mudah. Contoh logam dengan tingkat keaktifan tinggi adalah magnesium dan aluminium. Sedangkan logam dengan tingkat keaktifan rendah adalah emas dan tembaga.

Secara keseluruhan, cara kerja alat ini bergantung pada jenis logam yang diproses. Semakin rendah tingkat keaktifannya, semakin mudah proses peleburannya. Sementara itu, semakin tinggi tingkat keaktifannya, semakin sulit proses peleburannya.

Smelting merupakan pekerjaan berisiko tinggi karena melibatkan kontak langsung dengan suhu tinggi yang dapat membahayakan keselamatan. Selain itu, bijih yang diolah dapat mengandung zat berbahaya. Penggunaan alat berat juga memiliki risiko besar yang memerlukan kewaspadaan saat mengoperasikannya.

Karena itu, pekerja smelter harus mengikuti pelatihan keselamatan kerja sebelumnya. Mereka juga harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan standar untuk menjaga keselamatan dan kesehatan mereka. Perusahaan juga wajib memiliki sistem pemeriksaan dan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur.

Pentingnya Smelter di Pertambangan

Di Indonesia, penyediaan smelter adalah suatu keharusan bagi perusahaan penambang mineral batu bara. Aturan tersebut mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, yang menyatakan perusahaan pertambangan mineral logam wajib membangun smelter untuk memfasilitasi pengolahan bijih mineral.

Selain merupakan kewajiban perusahaan, pembangunan proyek smelter penting dilakukan karena memiliki manfaat ekonomi yang signifikan selain memenuhi kebutuhan industri pertambangan mineral logam. Dengan adanya smelter, nilai jual hasil tambang dapat meningkat melalui proses smelting. Selain itu, smelter berperan menciptakan lapangan kerja baru.

Keberadaan smelter baru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan menarik minat investor, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk berinvestasi dalam pengembangan potensi daerah. Hal ini memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi regional dan nasional.

Smelter PT Timah Tbk di Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, 20 Oktober 2022. BPMI Setpres/ Rusman

5 Jenis Material Logam yang Butuh Proses Smelting

Terdapat beberapa jenis material logam yang membutuhkan proses smelting. Berikut ini lima jenis material logam yang umumnya membutuhkan smelter untuk diproses.

1. Tembaga

Smelter tembaga digunakan untuk memproses bijih tembaga menjadi logam tembaga murni atau paduan tembaga. Saat ini, PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Gresik, Jawa Timur. Smelter tembaga tersebut dikabarkan akan menjadi smelter tembaga single line terbesar di dunia.

2. Emas

Emas merupakan salah satu logam yang membutuhkan proses smelting. Melalui proses smelting, bijih emas akan diolah menjadi logam emas murni atau paduan emas. Proses smelting emas melibatkan pemanasan bijih emas pada suhu tinggi untuk melepaskan logam emas dari batuan atau mineral lainnya yang terkandung dalam bijih tersebut. Smelting emas memungkinkan pemurnian bijih emas menjadi bentuk yang lebih murni dan bernilai tinggi.

3. Timah

Timah juga termasuk logam yang membutuhkan proses smelting untuk memurnikan bijih timah dan menghasilkan timah dalam bentuk paduan atau benda padat, seperti batangan atau kumparan. Salah satu smelter timah yang ada di Indonesia adalah milik PT Timah Tbk yang terletak di Unit Metalurgi Muntok, Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.

4. Besi

Besi harus diproses melalui smelting karena proses tersebut memungkinkan transformasi bijih besi mentah menjadi logam besi yang lebih berguna dan dapat digunakan oleh berbagai industri. Smelter besi digunakan dalam proses pembuatan besi dan baja dengan memanaskan bijih besi dalam smelter untuk memisahkan oksigen. Bijih besi yang telah diproses dapat digunakan untuk industri konstruksi, otomotif, dan manufaktur.

5. Nikel

Smelter nikel digunakan untuk mengolah bijih nikel menjadi nikel murni atau paduan nikel. Berdasarkan catatan Kementerian Koordinator Perekonomian, penghiliran nikel sepanjang 2022 telah berkontribusi sebesar 2,17 persen terhadap total ekspor non-migas. Produksi nikel Indonesia menempati peringkat pertama, yaitu sebesar 1 juta ton. Angka tersebut melebihi Filipina, yang sebesar 370 ribu ton, dan Rusia, yang sebesar 250 ribu ton.   

RIZKI DEWI A. | VIVIA AGARTA F.                                                        

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus