Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Batam - Pengusaha di Kota Batam meminta pemerintah menjaga harga listrik tidak mengalami kenaikan. Pasalnya, tahun 2025 ini terjadi persaingan membangun industri data center antara Malaysia, Vietnam dan Kota Batam (Indonesia).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu disampaikan pengusaha di Batam, Chairman Panbil Group Johanes Kennedy Aritonang. "Tantangan tahun 2025 lebih berat tetapi peluang lebih besar, misalnya kita bicara data center, itu berpotensial masuk ke Batam," kata Johanes saat dihubungi Tempo dari Batam, Sabtu, 4 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasalnya kata Johanes, saat ini sedang negosiasi pindahan data center perusahaan besar seperti Google, FaceBook dan Aple yang ada di Singapura untuk pindah ke Johor Bahru atau ke Vietnam. "Sekarang paling dekat, pilihannya selain ke Johor Bahru adalah Batam," kata dia.
Namun, saat ini kata dia, ada yang mengkritisi mengenai harga gas dan listrik di Indonesia yang direncanakan akan naik pada 31 Januari 2024, tentunya berdampak ke Kota Batam. "Tetapi ada yang kritis mengenai gas, kalau gas dinaikan harga listrik juga naik," kata dia.
Jika listrik naik, hal itu mengganggu persaingan antar negara (Malaysia, Vietnam dan Indonesia) untuk merebut investasi data center tersebut. "Jadi sekarang kita berada di posisi par (sedang bersaing), kalau dinaikan sedikit saja, jadi sensitif, (kenaikan listrik) jadi agak menganggu untuk data center bisa pindah ke Batam," kata dia.
Saingan sekarang paling kuat kata Johanes, adalah Johor Bahru. Johor saat ini juga mengalami krisis energi. "Kalau sama saja harga (listrik) dengan Johor Bahru, saya kira kita bisa memenangkan itu, investasi ini cukup besar," katanya.
Johanes mengatakan, data center memerlukan listrik yang besar kalau tarif dinaikan hal itu bisa membuat Batam kalah saing dengan Johor Bahru. "Listrik kita ini dihasilkan dari gas, sedangkan kalau gas itu per tanggal 31 Januari 2025 rencana akan dinaikan," katanya. Johanes juga menyayangkan, pembangkit listrik di Batam menggunakan gas impor sedangkan gas alam sendiri di ekspor ke China, ia meminta pemerintah mendahulukan kebutuhan lokal agar industri bisa bersaing.
Ia mengatakan sudah menyurati Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan ditembuskan kepada Presiden Prabowo Subianto. "Karena masalahnya juga sensitif, kita punya gas alam, gas alam kita ekspor ke Singapura, kita pakai gas impor," kata dia.