Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ekonom Sebut Menurunnya Daya Beli Masyarakat Ciptakan Ketergantungan terhadap Bansos

Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengatakan bahwa menurunnya daya beli masyarakat secara tidak langsung membentuk pola ketergantungan masyarakat terhadap bansos

19 November 2024 | 13.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tengah mengantri bantuan sosial (bansos) pangan di Kantor Pos Tanjung Priok, Jakarta, Selasa 19 September 2023. Sebanyak 1415 bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras 10 kg disalurkan untuk kelurahan Tanjung Priok. Penyaluran bansos beras itu dilakukan selama tiga bulan berturut-turut dan setiap KPM akan menerima 30 kg beras. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengatakan menurunnya daya beli masyarakat secara tidak langsung membentuk pola ketergantungan masyarakat terhadap bantuan sosial (bansos). Dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, masyarakat terpaksa menggantungkan ketersediaan kebutuhan pokoknya dari bansos.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bansos menjadi andalan untuk menutupi kebutuhan pokok yang tidak mampu dipenuhi dengan pendapatan mereka,” ujar Achmad ketika dihubungi pada Senin, 18 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Achmad, kelas menengah bawah saat ini sedang mengalami penurunan daya beli akibat tekanan ekonomi yang terus meningkat, seperti inflasi, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan. Maka hadirnya bansos, kata Achmad, menjadi langkah penyelamatan darurat atau penyambung hidup bagi masyarakat.

“Salah satu faktor yang memperkuat ketergantungan bansos adalah menurunnya daya beli masyarakat,” kata Achmad.

Namun Achmad menilai, bansos lambat laun mulai dipandang sebagai instrumen permanen oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini mengindikasikan bahwa bansos telah melenceng dari tujuannya yang bersifat adhoc. Ketergantungan ini, kata Achmad, membahayakan keberlanjutan fiskal negara.

“Di satu sisi, bansos membantu masyarakat bertahan dalam jangka pendek. Di sisi lain, ia melemahkan fondasi ekonomi,” ucapnya.

Achmad berpandangan, ketergantungan terhadap bansos memiliki resiko sosial yang cukup besar. Masyarakat yang terbiasa dengan bansos cenderung kehilangan motivasi untuk mandiri. Ketergantungan ini mengikis semangat inovasi dan usaha karena menganggap bansos sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Jika suatu saat pemerintah terpaksa menghentikan atau mengurangi bantuan, Achmad khawatir keresahan masyarakat bisa meningkat. Keresahan tersebut nantinya akan memicu demonstrasi dan ketidakstabilan sosial.

“Kemiskinan struktural membutuhkan solusi yang jauh lebih kompleks daripada sekadar distribusi bantuan. Bansos, pada esensinya, tidak dirancang untuk mengatasi akar masalah,” kata Achmad.

Sebelumnya Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menyoroti fenomena demotivasi masyarakat yang ketergantungan menerima bansos. Ipul menjelaskan ketergantungan penerima bansos merupakan satu dari empat tantangan dan isu strategis Kementerian Sosial (Kemensos) saat ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus