Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengatakan menurunnya daya beli masyarakat secara tidak langsung membentuk pola ketergantungan masyarakat terhadap bantuan sosial (bansos). Dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, masyarakat terpaksa menggantungkan ketersediaan kebutuhan pokoknya dari bansos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bansos menjadi andalan untuk menutupi kebutuhan pokok yang tidak mampu dipenuhi dengan pendapatan mereka,” ujar Achmad ketika dihubungi pada Senin, 18 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Achmad, kelas menengah bawah saat ini sedang mengalami penurunan daya beli akibat tekanan ekonomi yang terus meningkat, seperti inflasi, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan. Maka hadirnya bansos, kata Achmad, menjadi langkah penyelamatan darurat atau penyambung hidup bagi masyarakat.
“Salah satu faktor yang memperkuat ketergantungan bansos adalah menurunnya daya beli masyarakat,” kata Achmad.
Namun Achmad menilai, bansos lambat laun mulai dipandang sebagai instrumen permanen oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini mengindikasikan bahwa bansos telah melenceng dari tujuannya yang bersifat adhoc. Ketergantungan ini, kata Achmad, membahayakan keberlanjutan fiskal negara.
“Di satu sisi, bansos membantu masyarakat bertahan dalam jangka pendek. Di sisi lain, ia melemahkan fondasi ekonomi,” ucapnya.
Achmad berpandangan, ketergantungan terhadap bansos memiliki resiko sosial yang cukup besar. Masyarakat yang terbiasa dengan bansos cenderung kehilangan motivasi untuk mandiri. Ketergantungan ini mengikis semangat inovasi dan usaha karena menganggap bansos sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Jika suatu saat pemerintah terpaksa menghentikan atau mengurangi bantuan, Achmad khawatir keresahan masyarakat bisa meningkat. Keresahan tersebut nantinya akan memicu demonstrasi dan ketidakstabilan sosial.
“Kemiskinan struktural membutuhkan solusi yang jauh lebih kompleks daripada sekadar distribusi bantuan. Bansos, pada esensinya, tidak dirancang untuk mengatasi akar masalah,” kata Achmad.
Sebelumnya Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menyoroti fenomena demotivasi masyarakat yang ketergantungan menerima bansos. Ipul menjelaskan ketergantungan penerima bansos merupakan satu dari empat tantangan dan isu strategis Kementerian Sosial (Kemensos) saat ini.