Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah sempat menggodok moda transportasi trem otonom atau Autonomous Rail Transit (ART) yang direncanakan beroprasi di wilayah Ibu Kota Nusantara alias IKN, Kalimantan Timur.
Menteri Perhubungan di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Budi Karya, menyebut kereta otonom sebagai lompatan teknologi baru dalam dunia transportasi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Moda transportasi ini beroperasi dengan baterai dan dipandu dengan marka jalan yang dilengkapi sensor. Kendaraan ini digadang-gadang ampuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan energi fosil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, setelah berjalan uji coba selama kurang lebih dua bulan,hasil penilaian hingga evaluasi oleh Otoritas IKN (OIKN), ditemukan bahwa kereta tanpa rel, khususnya system autonomous belum dapat berfungsi dengan baik di IKN. Karenanya, kereta tanpa rel otonom ini disebutkan bakal dikembalikan ke Cina.
Berikut sederet fakta-fakta moda transportasi trem otonom atau Autonomous Rail Transit (ART).
Belum berfungsi dengan baik
Deputi bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Mohammed Ali Berawi menjelaskan bahwa hasil penilaian hingga evaluasi, ditemukan kereta tanpa rel itu disebut belum dapat berfungsi dengan baik, khususnya pada system autonomous.
Ia mengungkapkan bahwa hal ini sesuai dengan diskusi antara OIKN dan lintas kementerian dan lembaga dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Dukungan Percepatan Penyelenggaraan Uji Coba dan Unjuk Kerja (Proof of Concept) Trem Otonom di Ibu Kota Nusantara, OIKN bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan penilaian kereta tanpa rel di IKN.
Bakal dikembalikan ke Cina
Ali Berawi menyebut, melihat hasil bahwa kereta itu belum beroperasi dengan baik, maka pihaknya akan meminta Norinco mengembalikan kereta ke China.
Adapun, kereta tersebut merupakan hasil kerja sama antara Otorita IKN dan Norinco, dengan partisipasi dari CRRC, produsen sarana perkeretaapian terkemuka asal China.
"Jika tidak maka sesuai dengan perjanjian MoU untuk PoC, kita akan meminta pihak Norinco untuk mengembalikan trainset di IKN ke China," kata Ali dilansir dari Antara, Rabu, 13 November 2024.
Negara tidak dirugikan
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Budi Rahardjo mengatakan bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan apabila hasil evaluasi dari OIKN yang menilai bahwa uji coba kereta otonom dipandang belum memenuhi standar.
"Jika, kemudian ART dipandang belum memenuhi standar evaluasi dari OIKN, tidak ada masalah, karena negara juga tidak dirugikan," kata Budi dalam keterangan di Jakarta, Rabu, 13 November 2024 seperti dikutip dari Antara.
Budi menyebut negara tidak akan dirugikan dari hasil uji coba kereta otonom di IKN, dikarenakan pembiayaan uji coba ditanggung oleh vendor ART. "Menurut hemat kami kita semua sepakat bahwa untuk IKN kita mencari yang terbaik," kata dia
Mode transportasi ramah lingkungan
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa ART merupakan transportasi massal yang ramah lingkungan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kami optimistis trem otonom dapat beroperasi dengan baik di IKN dan menjadi percontohan bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menerapkan transportasi massal modern yang cerdas dan ramah lingkungan,” kata Menhub dalam keterangan di Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2024.
Trem otonom akan beroperasi menggunakan tenaga listrik yang bersumber dari baterai. Hal tersebut diharapkan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dan pemakaian energi, juga sejalan dengan konsep dan prinsip IKN sebagai kawasan kota cerdas, hijau, serta berkelanjutan.
“Trem otonom akan melakukan pengisian daya (charging) setelah mobilisasi tamu pagi dan sebelum mobilisasi tamu sore. Posisi trem otonom saat pengisian daya kami pastikan tidak akan mengganggu pergerakan dan lingkungan sekitar karena tidak menimbulkan suara maupun kebisingan dari sarana tersebut,” sebut Menhub.
Biaya murah
Presiden Jokowi mengatakan, salah satu kelebihan dari penggunaan trem otonom adalah biaya yang relatif murah. Sebab, pengoperasian trem otonom tidak berbasis rel dan cukup menggunakan jalan yang sudah ada, sehingga tidak membutuhkan pembangunan infrastruktur.
“Trem otonom kira-kira harganya Rp70-an miliar satu unit rangkaian. Kalau kita mau membangun MRT itu per kilometernya Rp2,3 triliun, kalau kita mau membangun LRT itu kurang lebih Rp700 miliar per kilometer. Bedanya di situ. Problemnya sekarang ini memang hampir di semua kota jalannya kurang lebar. Sehingga tidak semua kota bisa memakai ART,” kata Jokowi seperti dilansir dari Antara pada Selasa, 13 Agustus 2024.
Walhi kritik klaim ramah lingkungan ART di IKN
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meragukan klaim ramah lingkungan yang disematkan pada kereta otonom tanpa rel yang akan meluncur di jalanan inti IKN. "Untuk memindahkan orang, keluarga, dan pembangunan saja sudah tinggi emisinya" kata Manajer Kampanye Tata Ruang dan Infrastruktur, Dwi Sawung kepada Tempo, Selasa, 30 Juli 2024.
Dia menganggap perencanaan kereta otonom IKN tersebut tidak matang. Menurut Sawung, pemerintah belum menjelaskan jenis konsumen yang disasar oleh proyek sepur tanpa rel tersebut. Transportasi itu kemungkinan untuk mobilitas pegawai dan akses pemukiman dan perkantoran. Namun, bisa saja untuk kebutuhan lain.
"Kalau belum jelas, tidak bisa diklaim lebih rendah emisinya," tutur dia.
Jalur sudah rampung
Budi Karya mengatakan pembangunan jalan yang juga merupakan jalur kereta otonom tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART) di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah selesai.
“Terima kasih kepada Kementerian PUPR yang telah menyelesaikan pembangunan Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Barat di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN, salah satunya untuk jalur ART. Insya Allah, dengan jalur yang sudah ada, ART bisa diuji coba pada bulan Agustus nanti,” kata Budi di Penajam Paser Utara, Senin, 3 Juni 2024.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI | HATTA MUARABAGJA | IRSYAN HASYIM
Pilihan editor: Kereta Otonom Tanpa Rel IKN Dikembalikan ke Cina, Apa Alasannya?