Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo) memperkirakan harga batu bara masih akan tinggi di pasar internasional, karena kesenjangan antara tingginya permintaan dengan minimnya pasokan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wakil Sekertaris Jenderal Aspebindo Bhirawa Wicaksana menjelaskan perkiraan tersebut didasari atas masih panjangnya potensi krisis energi yang terjadi di Eropa. Terutama kibat berkepanjangnya konflik geopolitik di beberapa wilayah, khususnya antara Rusia dan Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kita prediksi (harga batu bara) belum akan turun dalam waktu dekat," kata Bhirawa dalam diskusi soal BLU DMO Batu Bara di Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.
Konflik Rusia dan Ukraina ini memicu tingginya harga batu bara karena perusahaan Rusia yang memasok energi dalam bentuk gas bumi ke Eropa diputus. Kondisi ini menyebabkan negara-negara kehilangan pasokan energi sehingga mereka mencari sumber pasokan dengan kembali ke batu bara.
"Akhirnya Eropa yang kita lihat ibaratnya green energy-nya bagus, balik lagi ke batu bara. Mau nyari ke mana, Rusia enggak bisa, akhirnya demand semakin tinggi," ujar Bhirawa.
Di sisi lain, hubungan bilateral antara Cina dan Australia kata dia juga masih memanas. Padahal, Australia merupakan salah satu pemasok utama batu bara ke Cina, akibatnya Cina harus mencari sumber energi batu bara lainnya.
"Cina dan Australia masih ada konflik. Biasanya Australia juga ekspor ke Cina, akhirnya permintaan batu bara sedang tinggi-tingginya meskipun indeks mulai turun," ujar Bhirawa.
Data Bloomberg sebelumnya mennjukkan harga batu bara Newcastle untuk kontrak teraktif Agustus 2022 naik 0,57 persen atau 2,35 poin ke US$ 416 per ton. Sementara iru, Harga Batu Bara Acuan (HBA) Agustus 2022 di dalam negeri kembali naik sebesar US$ 2,59 per ton dari bulan sebelumnya ke posisi US$ 321,59 per ton.
Kenaikan ini mencatatkan tren positif harga batu bara sepanjang tahun 2022. Pada Januari 2022, HBA ditetapkan sebesar US$ 158,50 per ton, naik ke US$188,38 per ton di Februari. Selanjutnya Maret menyentuh angka US$ 203,69 per ton, April sebesar US$ 288,40 per ton, Mei berada di level US$ 275,64 per ton, dan Juni US$ 323,91 per ton.
ARRIJAL RACHMAN | BISNIS
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.