Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga batu bara terus meroket seiring dengan lonjakan permintaan komoditas itu di pasar global. Teranyar, batu bara diperdagangkan pada level US$ 239,25 per metrik ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bursa ICE Newcastle mencatat harga batu bara untuk kontrak Februari tersebut pada Selasa, 8 Februari 2022. Harga komoditas tersebut naik 3,25 pon ketimbang perdagangan sebelumnya US$ 236 per metrik ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan untuk kontrak Maret 2022, harga batu bara menguat dan dihargai US$ 224,75 per metrik ton. Harga komoditas itu tercatat menguat 8,75 poin dari hari sebelumnya.
Tradingeconomic bahkan mencatat perdagangan batu bara pada level US$ 241 per metrik ton pada hari yang sama. Situs itu menyebutkan bahwa terkereknya harga emas hitam dipicu oleh krisis energi internasional dan berkurangnya pasokan batu bara terus terus berlanjut.
Meroketnya harga batu bara ini tak lepas dari kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia. Walaupun Indonesia sudah membuka kembali izin ekspor, tetapi persetujuan hanya diberi kepada perusahaan yang telah memenuhi ketentuan domestic market obligation (DMO).
Sementara Prancis telah memberi izin produsen listrik untuk menggunakan lebih banyak komoditas tersebut selama Januari – Februari. Negara itu berdalih kebijakan tersebut untuk memastikan pasokan listrik aman.
Di dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan (HBA) mencapai US$ 188,38 per metrik ton pada Februari 2022. Harga acuan itu naik US$ 29,88 per metrik ton dibandingkan Januari yaitu US$ 158,5 per ton.
"Kenaikan HBA bulan Februari 2022 disebabkan oleh tingginya permintaan komoditas batubara global," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM dalam keterangan resmi, Selasa, 8 Februari 2022.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi kenaikan HBA adalah adanya kendala pasokan gas alam di Eropa. Sebagian besar negara-negara Eropa beralih ke batu bara demi memenuhi pembangkit listrik.
Agung menjelaskan, naiknya HBA juga dipengaruhi keputusan pemerintah Indonesia yang sempat melarang ekspor batu bara selama 1-31 Januari 2022. Kebijakan itu diambil untuk mengatasi kekurangan pasokan batu bara pembangkit listrik di dalam negeri.
HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kilokalori per kilogram GAR, total kelembaban 8 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.
Nantinya, harga tersebut bakal digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara selama satu bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut.
Adapun dua faktor turunan yang memicu pergerakan HBA yaitu, penawaran dan permintaan. Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok hingga teknis di rantai pasok, seperti kereta, tongkang, maupun terminal pemuatan.
Selain itu, faktor turunan yang mempengaruhi permintaan batu bara dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti gas alam cair, nuklir, dan air.
BISNIS | ANTARA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.