Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Prospek investasi di industri nikel untuk tahun ini pun diperkirakan kurang baik karena kelebihan pasokan dan menurunnya konsumsi.
Penurunan harga nikel akan menghambat pertumbuhan pendapatan emiten pertambangan logam untuk beberapa waktu ke depan.
Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto memperkirakan harga nikel terus mengalami tekanan pada 2024. Ia mengaku pihaknya sudah mengantisipasi dengan menurunkan biaya produksi.
JAKARTA — Harga nikel global diprediksi terus melemah pada 2024. Prospek investasi di industri nikel untuk tahun ini pun diperkirakan kurang baik karena kelebihan pasokan dan menurunnya konsumsi.
“Akan terjadi oversupply nikel terbesar sepanjang sejarah sehingga harga yang sudah turun 30 persen tahun lalu hampir pasti akan turun lagi,” kata pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, kepada Tempo, 13 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun lalu, harga nikel dunia menurun. Data London Metal Exchange (LME) menunjukkan penurunannya bahkan lebih dari 40 persen dan menjadi yang terburuk dalam sejarah. Pada Oktober 2023, laman London Metal Exchange mempublikasikan kelebihan pasokan nikel dan lonjakan produksi di Indonesia.
Dalam data tersebut dipaparkan, surplus didominasi di nikel kelas dua. Namun nikel kelas satu juga bergerak menuju kelebihan pasokan mulai tahun ini karena permintaan turun dan pasokan meningkat. Stainless steel atau baja tahan karat disebut mendominasi penggunaan nikel dunia. Adapun baterai merupakan penggunaan terbesar kedua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pabrik pengolahan nikel PT Vale Indonesia di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. TEMPO/Nita Dian
Meski perkembangan industri baterai pesat, Budi mengatakan penggunaan nikel Indonesia sebagian besar untuk stainless steel dan kebutuhan non-baterai listrik. Permintaan nikel untuk mobil listrik, menurut dia, juga tidak banyak.
“Market mobil dunia sedang oversupply dan negara-negara Eropa sedang menahan subsidi mobil listrik, terutama yang berasal dari Cina, sehingga demand nikel untuk baterai mobil pun menurun,” ujarnya. Menurut Budi, produsen baterai mobil listrik saat ini juga sedang mempelajari teknologi solid-state battery yang lebih ramah lingkungan dan murah.
Menurut Budi, dalam produksi baterai mobil listrik, kini sudah banyak produsen yang tidak menggunakan nikel dan kobalt sama sekali walaupun tetap memakai litium. Budi memberi contoh mobil Tesla yang diproduksi di Cina.
Selama ini Cina dan Indonesia mendominasi pasokan dan permintaan dunia dengan lebih dari 70 persen pangsa pasar. Namun pasar properti di Cina juga sedang menurun sehingga penggunaan dan kebutuhan nikel berkurang serta harga nikel dunia menurun.
Pendapatan Emiten Nikel Tergerus Penurunan Harga
Menurut 2024 Market Outlook dalam laporan Strategy Report yang disusul Samuel Sekuritas Indonesia pada 14 Desember 2023, penurunan harga komoditas akan menghambat pertumbuhan pendapatan emiten pertambangan logam untuk beberapa waktu ke depan.
“Kami yakin harga nikel global akan tetap tertekan pada 2024F-2025F karena melimpahnya pasokan, terutama dari Indonesia (akibat peningkatan kapasitas smelter nikel di Indonesia). Karena itu, kami memperkirakan harga nikel global akan turun menjadi US$ 18.500 per ton pada 2024 dan US$ 18.000 per ton pada 2025,” demikian tulis tim riset Samuel Sekuritas dalam laporannya.
Para analis Samuel Sekuritas juga memberi rating netral untuk sektor pertambangan secara keseluruhan. Selain diproyeksikan mengalami surplus, permintaan tembaga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang pesat seiring dengan peralihan global dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Pengolahan bijih nikel menjadi feronikel di Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra PT ANTAM Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Empat dari tujuh emiten pertambangan logam, yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), telah merilis laporan keuangan kuartal III 2023. Hampir semuanya melaporkan pendapatan yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya, terutama karena penurunan harga komoditas.
Beberapa emiten memprediksi masih adanya penurunan harga nikel dunia, seperti Vale Indonesia. Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto memperkirakan harga nikel terus mengalami tekanan pada 2024. Ia mengaku pihaknya sudah mengantisipasi dengan menurunkan biaya produksi.
“Saat ini harga nikel mencapai US$ 17-16 ribu per ton dan biaya produksi kami juga semakin turun, di bawah US$ 10 ribu per ton," kata Bernardus. INCO menargetkan produksi nikel sebesar 70,8 ribu ton pada 2024 atau naik tipis dari rencana produksi pada 2023 sebesar 70 ribu ton.
Adapun IHSG diperkirakan lebih fluktuatif pada 2024. Analis saham Samuel Sekuritas memprediksi investor memilih pendekatan wait and see menjelang pemilu pada semester pertama 2024. IHSG diprediksi berada di level 7.600 pada akhir 2024. Sedangkan pada akhir tahun lalu, IHSG ditutup di level psikologis 7.200.
ILONA ESTERINA PIRI | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo