MOBIL Oil Inc. diam-diam akan membangun pabrik LPG (liquefied petroleum gas) di Arun, Aceh. Rencana investasi US$ 700 juta itu, tampaknya, jadi pembicaraan cukup penting antara presiden direktur Mobil Alexander Massad, pekan lalu, dan Presiden Soeharto. Rencana pembangunannya, yang akan mengambil bahan baku gas alam dari Arun, dimulai tahun depan, dan diharapkan selesai 1988. Mobil Oil bukanlah penanam modal baru di sini. Dari 64 sumur gas alamnya di Aceh, perusahaan ini setiap hari menyediakan 2,2 milyar kaki persegi gas yang diolah menjadi sekitar 41 ribu ton LNG. Dari situ, sekitar 100 ribu barel kondensat dihasilkan pula. Investasinya di sana sudah US$ 400 juta, dan akan ditambah US$ 134 juta untuk pengadaan suku cadang. Tak jelas benar apakah masuknya Mobil ke industri itu berkaitan dengan mundurnya Pertamina bersama sejumlah pabrikan penyalur gas di Jepang mendirikan pabrik serupa. Menurut koran The Japan Economic Journal, belum lama ini, rekan usaha Pertamina, yang dimotori Osaka Gas, mengurungkan niat itu gara-gara nilai kalori gas alam di Arun sebagai bahan bakunya turun sampai sekitar 5%. Pabrik patungan yang akan beroperasi mulai 1987 itu direncanakan menghasilkan LPG 2,8 juta ton. Pasarnya, tentu, Jepang. Negara yang sama, juga Korea Selatan dan Taiwan, akan jadi sasaran penjualan LPG dari Mobil. Perusahaan ini tidak khawatir pemasarannya akan macet karena produksi biasanya baru berjalan setelah kontrak pembelian diteken.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini