Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Geliat Kerajinan Lokal Melawan Banjir Barang Impor

Pendiri Clayt Studio, Filene Krizia Tjitrawan, berbagi cerita membangun bisnis kerajinan tangan saat barang impor membeludak.

11 Mei 2025 | 15.00 WIB

Founder Clayt Studio, Filene Krizia Tjitrawan. Dok. Pribadi
Perbesar
Founder Clayt Studio, Filene Krizia Tjitrawan. Dok. Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Usaha lokal berbasis kerajinan tangan harus bekerja ekstra keras untuk bertahan di tengah banjir produk impor murah.

  • Bagi brand kecil seperti Clayt Studio, kekuatan bukan semata dari kapasitas produksi, tapi juga dari diferensiasi produk dan menjaga loyalitas konsumen.

  • Pemerintah diharapkan memfasilitasi lebih banyak art market dengan harga booth yang terjangkau.

DI tengah gempuran produk impor murah di pasar Tanah Air, usaha lokal berbasis kerajinan tangan harus bekerja ekstra keras untuk bertahan. Tak hanya soal selera konsumen yang semakin mudah berpindah, tapi juga karena persoalan distribusi bahan baku yang kian pelik.

Salah satu pelaku usaha yang tetap bertahan dalam arus deras itu adalah Clayt Studio, sebuah merek kerajinan tangan berbahan polymer clay yang dirintis saat masa pandemi.

Jenama asal Bandung, Jawa Barat, ini didirikan arsitek interior, Filene Krizia Tjitrawan, pada 2020. Clayt Studio berawal dari hobi Filene membuat kerajinan saat kerja dari rumah pada masa pandemi Covid-19.

Walaupun timnya hanya beranggotakan tiga orang, bisnis kecil ini tumbuh secara perlahan dari modal kecil hingga menghasilkan omzet puluhan juta rupiah per bulan. Produknya yang unik, seperti anting kanan-kiri berbeda bentuk dan kustomisasi miniatur tiga dimensi, menyasar pasar yang menghargai keunikan serta sentuhan personal.

Namun bertumbuh di tengah pasar yang tak ramah bukan perkara mudah. Polymer clay sebagai bahan utama masih harus diimpor dari Eropa. Sementara itu, komponen lain, seperti tusukan anting dan ring logam, banyak didatangkan dari Cina. Sejak regulasi impor diperketat dan ongkos bea-cukai melonjak, proses produksi pun kerap tertunda hingga dua bulan karena bahan tak kunjung datang.

Bagi brand kecil seperti Clayt Studio, kekuatan bukan semata dari kapasitas produksi, tapi juga dari diferensiasi produk dan menjaga loyalitas konsumen. Dalam wawancara dengan Tempo pada Kamis, 8 Mei 2025, di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Filene, yang juga Chief Executive Officer Clayt Studio, menceritakan perjalanan membangun fondasi bisnis yang solid dan bertahan lewat inovasi desain, storytelling brand, serta konsistensi kualitas produk. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus