Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ormas FIAN Minta Pemerintah Tidak Paksakan Belalang dan Ulat Sagu Masuk Menu Makan Bergizi Gratis

Organisasi masayarakat sipil mengkritik usulan belalang dan ulat sagu menjadi alternatif menu program makan bergizi gratis.

31 Januari 2025 | 06.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang guru di SDN 06 Bengkong membagikan makan bergizi gratis kepada siswa, Jumat 24 Januari 2025. TEMPO/Yogi Eka Sahputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi masyarakat sipil bernama Food Indonesia and Agriculture Network (FIAN) mengkritik usulan belalang dan ulat sagu menjadi alternatif menu program makan bergizi gratis (MBG). Menurut lembaga yang menjunjung pemenuhan hak atas pangan dan nilai gizi itu, usulan soal serangga jadi menu MBG perlu dikaji lebih serius.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Apakah sudah pernah ada uji coba pangan tersebut kepada siswa sekolah supaya bisa diterima dan tidak ditolak?" ucap Koordinator Nasional FIAN, Marthin Hadiwinata kepada Tempo pada Rabu, 29 Januari 2025. Sebab, menurut Marthin, bisa jadi belalang dan ulat sagu ditolak siswa karena sehari-hari tidak mengonsumsi kedua serangga tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jangan sampai dalam program MBG, pemerintah memaksakan menu pangan tetapi tidak melihat konteks budaya pangan lokal setempat," ujar Marthin. Ia mewanti-wanti pemerintah mempertimbangkan menggunakan belalang dan ulat sagu merupakan pangan lokal di sebuah daerah sebagai bagian dari menu MBG. 

Selain memperhatikan kesesuaian budaya pangan, Marthin ingin pemerintah juga mengkaji nilai gizi di balik belalang dan ulat sagu. Marthin menyatakan, jika memasukkan pangan lokal tapi tidak memeriksa kecukupan gizi, itu bisa menjadi masalah di kemudian hari. Ia juga menyayangkan bila menu yang disebut dengan alternatif pangan lokal itu masih dilengkapi makanan ultra proses yang tidak menyehatkan.

Di sisi lain, Marthin menyoroti program MBG yang dinilai tertutup dan tidak transparan. Marthin menilai MBG gagal sejak awal perencanaan karena tidak pernah melibatkan publik apalagi produsen pangan skala kecil. Ia khawatir hanya segelintir katering dan pengusaha makanan yang dekat dengan pemerintah, yang dilibatkan menjadi mitra MBG. 

Sebelumnya Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut serangga bisa menjadi alternatif sumber protein dalam program makan bergizi gratis. Ia menjelaskanmenu MBG dirancang berdasarkan potensi lokal, sehingga daerah tertentu dapat memanfaatkan serangga yang sudah umum dikonsumsi oleh masyarakat setempat. "Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga (seperti) belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein," kata Dadan dalam pemaparannya di Rapimnas Perempuan Indonesia Raya, Sabtu, 25 Januari 2025.

Dadan menekankan, variasi menu MBG menunjukkan Badan Gizi Nasional tidak memberlakukan standar menu secara nasional, tetapi lebih berfokus pada penetapan standar komposisi gizi secara nasional. 

Sukma Kanthi Nurani berkontribusi pada penulisan berita ini. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus