Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembatasan mobilitas masyarakat selama pandemi Covid-19 menjadi peluang bagi perusahaan kurir dan logistik. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mencatat terjadi lonjakan pengiriman barang hingga 80 persen untuk kategori bahan makanan, sayur dan buah. Sementara, untuk jasa logistik, terutama last mile delivery atau kurir, naik rata-rata 30 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal inilah yang dirasakan startup logistik, Paxel. COO Paxel, Zaldy Ilham Masita, mengaku bersyukur industri logistik termasuk dalam 11 sektor yang dikecualikan dan tetap beroperasi selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meski operasional terus berjalan, Paxel tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Langkah pencegahan dimulai dengan penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi kurir yang bertemu langsung dengan pelanggan.
"Sejak Februari kami sudah melakukan persiapan dengan memberi masker N95 untuk kurir karena kami yakin logistik akan tetap berjalan seperti biasa. Dan betul, ketika PSBB dimulai logistik merupakan salah satu sektor yang diberikan pengecualian untuk tetap beroperasi," ujarnya.
Berbagai peralatan dan fasilitas kebersihan juga disediakan di kantor pusat, kantor cabang, dan titik operasional, seperti alat cek suhu tubuh, masker, hand sanitizer, cairan disinfektan, serta tempat #cucitangan dengan air mengalir. Karyawan atau pelanggan yang datang akan diarahkan untuk mencuci tangan terlebih dulu sebelum masuk ke dalam kantor.
Penyemprotan disinfektan dilakukan di area-area di mana sering digunakan oleh karyawan maupun pelanggan, termasuk pada semua paket. Langkah pencegahan juga dilakukan dengan menjaga kesehatan para kurir yang terus mengemban amanah pengiriman semua paket pelanggan di tengah situasi saat ini.
"Setiap hari karyawan operasional akan diperiksa suhu tubuhnya oleh koordinator masing-masing. Jika menunjukkan gejala sakit meski bukan Covid, karyawan harus istirahat di rumah. Kami juga menyiapkan hand sanitizer untuk dibawa oleh kurir dan menyediakan tiga masker kain setiap bulan," jelasnya.
Untuk back office, sampai saat ini perusahaan masih memberlakukan kerja dari rumah (WFH). Namun, sejak PSBB dilonggarkan, kantor dibuka kembali untuk memfasilitasi karyawan yang ingin bekerja dari kantor.
"Kami tidak mewajibkan karyawan back office bekerja di kantor. Bagi karyawan yang ingin ke kantor, kami selalu mengimbau agar tidak menggunakan transportasi umum, jika tidak memiliki kendaraan pribadi kami sarankan untuk WFH," tegasnya.
Zaldy mengatakan ketika WFH pertama kali diberlakukan, pihaknya mengaku merasa kesulitan untuk memastikan produktivitas karyawan selama bekerja dari rumah. Pasalnya, tidak semua karyawan terbiasa bekerja secara online. Karyawan yang biasa bekerja secara offline, seperti tim pemasaran dan keuangan butuh adaptasi terhadap teknologi yang digunakan selama WFH.
"Butuh waktu 2-3 bulan sampai mereka bisa beradaptasi," katanya.
Paxel juga membentuk tim sukarelawan Covid-19 untuk melakukan pengawasan terhadap karyawan dan meng-update informasi terkait Covid-19. Tim tersebut terdiri dari perwakilan seluruh departemen dan kantor cabang yang bertugas melakukan cek acak kepada seluruh kantor cabang dan titik operasional serta menyediakan APD seperti disinfektan dan hand sanitizer.
"Ketika ada kurir atau anggota keluarga yang terindikasi Covid-19, kami minta mereka untuk isolasi mandiri. Selama isolasi mandiri tersebut, tim Satgas ini akan mensuplai bahan makanan kepada mereka," terang Zaldy.
*Ini adalah konten kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.