Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, belum rampung. Padahal PLTB berkapasitas 72 megawatt ini ditargetkan beroperasi memasok listrik (commercial on date/COD) pada 21 November mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Harris, me-ngatakan kontraktor dari Vena Energy menginginkan agar COD lebih cepat dibanding target awal pada 2019. Vena Energy merupakan pengembang yang telah membangun PLTB ini sejak Juni 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebenarnya PLTB Tolo ini target awal COD-nya pada 2019, namun mereka bisa mempercepat hingga merencanakan COD November 2018," kata Harris kepada Tempo, kemarin.
Menurut dia, hingga akhir September, progres pembangunan lahan angin itu baru mencapai 96,7 persen. Dari 20 wind turbine generator (WTG), baru 11 yang telah terpasang. Namun hingga saat ini masih be-lum ada perubahan target COD yang ditetapkan. "Untuk sembilan WTG lainnya masih dalam tahap pre-commissioning," ujarnya.
Meski begitu, Harris me-ngatakan control building dan service building telah selesai konstruksi. Untuk penyaluran tenaga listrik, satu substation baru (substation Tolo) juga telah selesai dibangun. Selain itu, ada modifikasi pada substation PLN Jeneponto untuk menambah fungsi penyaluran. Di sana, dua unit transformator telah dipasang dengan kapasitas masing-masing 45 megavolt ampere.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero), Djoko Rahardjo Abumanan, mengatakan percepatan COD yang diminta oleh kontraktor sulit dipenuhi. Pasalnya, PLTB merupakan jenis pembangkit yang sumbernya tak selalu tersedia setiap saat atau intermittent. Karena itu, pembangkit angin harus memiliki dukungan dari pembangkit listrik lain agar bisa beroperasi.
Djoko mengatakan PLTB Tolo adalah pembangkit pendamping PLTA Poso Peaker di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. PLTA ini juga sebelumnya telah menjadi pembangkit pendamping bagi PLTB Sidrap yang lebih dulu beroperasi pada tahun ini. "Nanti pembangkit followers-nya dari PLTA Poso Unit 1 yang merupakan tambahan," kata dia.
Menurut Djoko, progres pembangunan PLTA Poso Unit I baru mencapai 30 persen. Pembangkit tenaga air ini ditargetkan selesai pada 2019. Dengan begitu, pengoperasian PLTB Tolo otomatis harus menunggu hingga PLTA ini siap beroperasi maksimal.
Djoko mengatakan, jika tak didampingi pembangkit followers, nantinya pembangkit listrik itu akan beroperasi dengan hanya bergantung pada satu sumber tenaga. Ia mencontohkan pembangkit intermittent lain, yakni pembangkit listrik tenaga surya di Kupang yang hanya bisa menyuplai listrik pada siang hari. Pada malam hari, listrik dari pembangkit ini tak bisa disalurkan karena tak adanya sinar matahari.
PLTB Tolo 1 Jeneponto akan menjadi pembangkit bertenaga angin terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap. Pembangkit ini memiliki kapasitas 72 megawatt, atau lebih kecil dibanding Sidrap sebesar 75 megawatt. Namun PLTB Tolo hanya memiliki 20 WTG dengan setiap kapasitas lebih besar dari Sidrap, yakni sebesar 3,6 megawatt.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2018-2027, energi baru terbarukan (EBT) ditargetkan mampu menyumbang 23 persen di bauran energi listrik nasional pada 2025. Angka ini menjadi yang terbesar kedua setelah pembangkit listrik dari batu bara dengan 54,4 persen. EGI ADYATAMA
PLTB Tolo Jeneponto
- Lokasi: Kampung Lengke-lengkese, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Sulawesi Selatan
- Kapasitas: 72 megawatt
- Jumlah turbin: 20 unit-masing-masing berkapasitas 3,6 megawatt
- Tinggi turbin: 133 meter
- Panjang blade: 63 meter
- Model turbin: Siemens DD On-shore 3.60 Megawatt Wind Turbine Generator
- Investasi: US$ 160,7 juta
- Groundbreaking: 2 Juli 2018
- Tarif listrik: US$ 10,89 cent per kWh
SUMBER: KEMENTERIAN ESDM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo