Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Produsen Nikel Asal Cina Ini Bakal Bangun PLTS di RI Paling Lambat Tahun 2026

Produsen baja dan nikel asal Cina Tsingshan menargetkan bisa membangun fasilitas energi bersih berkapasitas 2000 MW di RI dalam 3-5 tahun mendatang.

11 Maret 2021 | 22.01 WIB

Pekerja memeriksa panel listrik tenaga surya di atap Masjid Istiqlal di Jakarta, Kamis, 3 September 2020. Panel surya tersebut digunakan untuk pencahayaan di area masjid dengan total daya sebesar 150.000 watt serta sebagai upaya mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien. ANTARA/Galih Pradipta
Perbesar
Pekerja memeriksa panel listrik tenaga surya di atap Masjid Istiqlal di Jakarta, Kamis, 3 September 2020. Panel surya tersebut digunakan untuk pencahayaan di area masjid dengan total daya sebesar 150.000 watt serta sebagai upaya mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien. ANTARA/Galih Pradipta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Produsen baja dan nikel asal Cina Tsingshan menargetkan bisa membangun fasilitas energi bersih berkapasitas 2000 MW di Indonesia dalam 3 hingga 5 tahun ke depan atau hingga tahun 2026. Pembangkit listrik tenaga surya dan angin serta fasilitas pendukung akan dibangun di kawasan industri Tsingshan dan Teluk Weda di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Nantinya, pabrik itu akan menyuplai listrik untuk produksi perusahaan bahan mentah yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik serta memastikan operasinya mengeluarkan nol emisi karbon dioksida. Tsingshan juga akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga air 5.000 MW di Indonesia untuk lebih memastikan pasokan energi bersih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada awal bulan ini, perusahaan mengumumkan akan memasok nikel matte, bahan baku utama untuk memproduksi nikel sulfat, ke pabrik peleburan kobalt domestik Huayou Cobalt dan produsen bahan energi baru CNGR.

PT Freeport Indonesia dan Tsingshan Steel sebelumnya dikabarkan akan membangun smelter tembaga berkapasitas 2,4 juta ton di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Invsestasi Septian Hario Seto mengatakan bahwa pembangunan smelter itu akan membutuhkan anggaran senilai US$ 2,5 miliar. Selama masa penjajakan dengan Tsingshan, pembangunan smelter di kawasan industri JIIPE, Gresik masih akan terus berjalan.

“Nanti akan masih negosiasi sementara akan tetap jalan Freeport akan tentukan. Di Weda Bay 2,4 juta ton besar sih. 2,4 juta ton input konsentrat,” ujar Septian dalam konferensi pers virtual pada awal Februari 2021 lalu.

Saat itu, Septian menjelaskan bahwa pemerintah tetap mematok target penyelesaian pembangunan smelter yang sama pada kerja sama antara Freeport dan Tsingshan yakni Desember 2023. Pihak Thingshan harus memberi kepastian kepada pemerintah terkait lini masa proyek itu nantinya.

Pemerintah, kata Septian, yakin perusahaan asal Cina itu bisa menyelesaikan proyek smelter itu tepat waktu jika mengacu pada pengalamannya di Morowali. “Desember 2023, sama target tidak berubah."

BISNIS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus