Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Riset: Belanja Online Meningkat Pesat di Tengah Pandemi Covid-19

ADA Indonesia melihat adanya perubahan perilaku konsumen di tengah pandemi Covid-19.

14 April 2020 | 05.02 WIB

Pengemudi ojek menunjukan pesanan belanja daring di pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 10 April 2020. Layanan belanja online dan siap antar tersebut bertujuan untuk membatasi lalu lalang orang di pasar dan juga sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. ANTARA
Perbesar
Pengemudi ojek menunjukan pesanan belanja daring di pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 10 April 2020. Layanan belanja online dan siap antar tersebut bertujuan untuk membatasi lalu lalang orang di pasar dan juga sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - ADA Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang data dan artificial intelligence (AI), menganalisis perubahan konsumen akibat Covid-19. ADA mengatakan ada dua perilaku konsumen yang timbul, yaitu The Adaptive Shopper dan Working-from-home Professional

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Perubahan ini dilihat dari penggunaan aplikasi belanja dan produktivitas sepanjang bulan Maret 2020. “Data ADA menunjukkan, kedua jenis aplikasi ini paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan menengah dan atas,” kata Kirill Mankovski, Managing Director ADA Indonesia dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, 13 April 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertama, The Adaptive Shopper. Sejak pembatasan jarak diumumkan, penggunaan aplikasi belanja mengalami kenaikan hingga 300 persen. Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, juga aplikasi khusus jual-beli barang bekas. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada tanggal 21-22 Maret, hingga lebih dari 400 persen.

“Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,” ujar Kirill.

Kedua, Working-from-home Professional. Bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, working-from-home sama seperti bekerja pada situasi normal. Mereka tetap melakukan pekerjaan, kolaborasi, komunikasi, dan meeting seperti biasa. Hanya saja, semua pekerjaan dilakukan di rumah dengan bantuan aplikasi produktivitas.

Data ADA mencatat adanya peningkatan penggunaan aplikasi produktivitas selama bulan Maret, terutama setelah imbauan social distancing diumumkan. Penggunaan aplikasi produktivitas naik hingga lebih dari 400 persen pada pertengahan bulan Maret lalu. Aplikasi yang paling banyak digunakan adalah aplikasi screen recorder dan anti-virus.

“Setiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap situasi krisis, seperti pandemi,” Kirill memberikan komentarnya. “Ini yang menyebabkan perbedaan crisis persona di Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya. Kami melihat, masyarakat Indonesia cepat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya, dan berusaha untuk tetap produktif,” kata Kirill.

Kirill mengatakan, kedua perilaku baru ini timbul akibat adanya penurunan kunjungan dari masyarakat Jakarta ke beberapa lokasi. Pertama, aktivitas di area Central Business District berkurang 53 persen hingga pekan ketiga Maret 2020. Lalu, jumlah kunjungan ke luar kota seperti Bandung dan Yogyakarta turun 35 persen. Sementera ke Bali turun 33 persen. Terakhir, kunjungan ke mall besar turun 50 persen.

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus