Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Rizal Ramli: Kok Menteri Keuangan Kaya Orang Bohong Bilang Belum Resesi

Ekonom senior Rizal Ramli mengkritik cara komunikasi pemerintah dalam menjelaskan kondisi ekonomi terkini di tengah masa pandemi corona.

21 Agustus 2020 | 16.47 WIB

Rizal Ramli. TEMPO/Subekti
Perbesar
Rizal Ramli. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta – Ekonom senior Rizal Ramli mengkritik cara komunikasi pemerintah dalam menjelaskan kondisi ekonomi terkini di tengah masa pandemi corona. Rizal mengatakan secara teknis, negara telah memasuki resesi, namun pemerintah berupaya menjelaskan hal yang berbeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Saya lihat ada kebiasaan berbohong. Menular rupanya penyakit itu. Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani) mengatakan kita belum resesi. Ini kok bisa Menkeu kayak orang bohong bilang belum resesi,” tutur Rizal dalam diskusi virtual dengan RMOL, Jumat, 21 Agustus 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Rizal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I yang sebesar 2,97 persen sudah mengalami kontraksi 2,41 persen dibandingkan dengan kuartal IV 2019. Kemudian pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi lagi-lagi terkontraksi -5,32 persen atau minus 4,19 persen ketimbang kuartal I 2020.

Sedangkan pemerintah menyebut Indonesia belum mengalami resesi. Hal ini mengacu pada pertumbuhan ekonomi secara year on year yang terjadi pada kuartal I dan II. Pada kuartal I, pertumbuhan masih menorehkan catatan positif.

Lantas pada kuartal II, barulah pertumbuhan mengalami kontraksi karena PDB anjlok. Resesi pun diyakini baru akan terjadi seandainya pada kuartal III nanti, pertumbuhan ekonomi kembali minus.

Hal itu itu dinilai tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. “Rakyat sudah resesi beberapa bulan lalu. Makan susah,” tuturnya.

Di sisi lain, Rizal juga mengkritik narasi pemerintah yang acap membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Malysia dan Singapura yang mengalami kontraksi jauh lebih dalam. Pemerintah mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman era Kabinet Indonesia Kerja tersebut, situasi ini tak sebanding karena kesejahteraan penduduk di dua negara itu berkali-kali lipat jauh lebih tinggi dari Indonesia. “(Pendapatan per kapita) Kita US$ 4.000. Sedangkan Malaysia US$ 12 ribu dan Singapura US$ 57 ribu,” tuturnya.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus