Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Saham Emiten Industri Dasar Diprediksi Masih Menarik pada 2019

Kinerja saham-saham emiten industri dasar dan kimia naik 24,01 persen atau menjadi yang tertinggi.

3 Januari 2019 | 10.33 WIB

Layar menunjukkan waktu hitung mundur dalam pembukaan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Layar menunjukkan waktu hitung mundur dalam pembukaan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja saham-saham emiten industri dasar dan kimia naik 24,01 persen atau menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya sepanjang tahun lalu. Penguatan diproyeksi masih akan berlanjut pada tahun ini, meski tidak setinggi pada 2018.

Baca juga: Awal 2019 IHSG Dibuka Menguat Seiring Optimisme Pasar

"Pada intinya, industri dasar masih menarik, tetapi mungkin tidak seatraktif 2018, karena masih ada sektor lain. Di tahun politik masih banyak sektor yang lebih atraktif seperti keuangan. Semoga saja industri dasar bisa menjadi salah satu sektor yang memberikan return," kata analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo, Rabu, 2 Januari 2019.
 
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip pada Rabu, 2 Januari 2019, saham emiten industri dasar dan kimia diikuti sektor pertambangan menguat 11,45 persen. Sementara itu, sektor keuangan dan industri lain-lain masing-masing menguat 3,05 persen dan 0,96 persen.

Selebihnya, kinerja sektor pertanian, industri barang konsumsi, properti, real estat dan konstruksi, infrastruktur dan transportasi, perdagangan dan jasa, serta sektor manufaktur masih berada di zona merah.
 
Berdasarkan data kinerja emiten industri dasar, beberapa kelompok emiten yang menjadi saham penggerak indeks adalah emiten kertas, unggas, dan semen. 
 
Wisnu menjelaskan kinerja emiten kertas yang positif didorong oleh meningkatnya permintaan dari Cina, yang menguasai 26 persen dari total konsumsi kertas dunia, sehingga mengerek harga bubur kertas. 
 
Di sisi lain, Cina tengah mengalami defisit produksi kertas sehingga mengharuskan lebih banyak impor untuk menutup defisit. Ini menguntungkan Indonesia sebagai produsen kertas terbesar, selain Brasil. 
 
"Pendorongnya adalah PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP), PT Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW)," kata Wisnu, Rabu. 
 
Adapun kinerja emiten unggas yang atraktif didorong harga broiler dan bibit ayam yang naik. Pada kuartal II 2018, laba emiten unggas tumbuh tinggi karena sentimen puasa dan Lebaran sehingga mendorong konsumsi.
 
Di samping itu, emiten unggas diuntungkan ketersediaan jagung dari domestik sebagai bahan baku pakan sehingga dapat meminimalisasi risiko fluktuasi rupiah.

"Itu kenapa kinerja mereka bisa naik karena dapat bahan makanan lebih murah juga," kata Wisnu. 
 
Untuk emiten semen, kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) pada kuartal III 2018 membaik dibandingkan dengan kuartal II 2018 yang didorong pertumbuhan penjualan yang positif setelah ekspansi ke Asean. Naiknya harga saham SMGR sepanjang tahun lalu didorong sentimen rencana akuisisi terhadap PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). 
 
Dia menilai emiten kertas masih menarik karena laba masih berpeluang tumbuh tinggi seiring dengan masih adanya peluang permintaan kertas dari Cina dan harga pulp yang masih berpotensi naik. Untuk 2019, Wisnu lebih melirik TKIM dengan target price Rp 16.000 per lembar dan INKP dengan target price Rp 15.000 per lembar. 
 
Emiten unggas juga dinilai masih menarik karena diyakini dapat menangkal risiko kenaikan bahan baku dengan menyerap jagung dalam negeri, meski lebih selektif. Untuk 2019, Wisnu merekomendasikan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dengan target price Rp 2.500 per lembar dan PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) dengan target price Rp 1.600 per lembar. 
 
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menyatakan sejumlah katalis mendorong emiten industri dasar mendapat apresiasi dari pasar sepanjang tahun lalu. Di antaranya, pertumbuhan signifikan emiten unggas seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan JPFA memotori fundamental turut naik, INKP dengan valuasi emiten kertas yang masih cukup murah serta konsisten dalam memberikan laba, dan harga minyak dunia yang relatif cukup bagus di pengujung tahun sehingga menguntungkan bagi emiten seperti PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). 
 
Dia menilai sektor industri dasar dan kimia masih cukup bagus pada tahun ini, meskipun rata-rata pertumbuhannya diproyeksi tidak setinggi tahun lalu. Saham-saham yang direkomendasikannya adalah yang memiliki valuasi yang masih murah seperti JPFA, INKP, dan TKIM. 
 
Di pasar modal, pada awal perdagangan hari ini, Kamis, 3 Januari 2019, saham TKIM dibuka di level Rp 11.050, saham INKP dibuka di level Rp11.450, dan JPFA di level Rp2.190.

BISNIS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus