Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga menonton layar tancap di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, 19 September 2020. Layar tancap masih menjadi sebuah hiburan rakyat bagi warga pinggiran Jakarta yang berusaha bertahan di tengah gempuran teknologi digital khususnya di dunia perfilman. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Teknisi mengoperasikan proyektor layar tancap di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, 3 April 2021. Film lawas Indonesia dan film Bollywood menjadi menu andalan dalam setiap pertunjukan layar tancap. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abdul mengecek kondisi film 35mm untuk pemutaran film layar tancap di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, 3 April 2021. Segelintir komunitas penikmat film-film lawas seperti komunitas Persatuan Layar Tancap Indonesia (PLTI) mencoba melestarikannya dan menjajakannya berkeliling dari kampung ke kampung sebagai hiburan untuk warga. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Teknisi menggulung ulang film 35mm untuk pemutaran film layar tancap di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, 19 September 2020. Komunitas yang telah berdiri sejak 5 Desember 2013 tersebut saat ini telah memiliki 15 ranting yang tersebar di Jabodetabek, Karawang dan Cirebon bahkan anggotanya ada yang berasal dari luar negeri. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Tumpukan film-film lawas Indonesia berformat 35mm yang menjadi koleksi film milik Abdul di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, 3 April 2021. Di era keemasannya, layar tancap adalah primadona hiburan kaum urban, terutama pada dekade 1970 hingga 1990an. Pada umumnya gelaran bioskop keliling tersebut merupakan hiburan yang disediakan oleh tuan rumah dari sebuah hajatan seperti pernikahan, khitanan atau ulang tahun. Tak pelak hiburan rakyat itu menjadi kesempatan buat kaum muda untuk berkumpul dan bercengkerama. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Abdul membawa perlengkapan layar tancap dengan gerobak di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, 3 April 2021. Terancam mati perlahan, layar tancap mencoba bertahan hidup lewat nostalgia masa lalu dan juga menjadi bahasa perlawanan terhadap digitalisasi yang membekap dunia sinema dan hiburan saat ini. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini