Anak Orang Rimba berada di tempat hunian sementara mereka di lahan perkebunan kelapa sawit warga, Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Senin, 19 November 2018. Antropolog Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Robert Aritonang menyebutkan, perubahan ekosistem hutan mengakibatkan pergeseran nilai di Komunitas Adat Terpencil ini. ANTARA/Wahdi Septiawan
Anggota kelompok Orang Rimba membawa air untuk keperluan minum di tempat hunian sementara mereka di lahan perkebunan kelapa sawit warga, Pamenang, Merangin, Jambi, Selasa, 20 November 2018. Pergeseran nilai ini ditandai dengan perubahan prematur dari kebiasaan berburu menjadi pengemis, pemulung, dan pengumpul brondol kelapa sawit. ANTARA/Wahdi Septiawan
Anak Orang Rimba berada di tempat hunian sementara mereka di lahan perkebunan kelapa sawit warga, Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Senin, 19 November 2018. Data KKI menyebutkan, kelompok Orang Rimba di provinsi itu menyebar di lima kabupaten meliputi Sarolangun, Merangin, Tebo, Batanghari, dan Bungo dengan jumlah total 5.235 jiwa. ANTARA/Wahdi Septiawan
Kelompok Orang Rimba berada di tempat hunian sementara mereka di lahan perkebunan kelapa sawit warga, Pamenang, Merangin, Jambi, Selasa, 20 Novmber 2018. Kelompok adat ini mau tak mau mulai mengubah cara hidupnya dari bercocok tanam di hutan secara berpindah-pindah menjadi menetap. ANTARA/Wahdi Septiawan
Perumahan Orang Rimba berada di tengah perkebunan kelapa sawit warga, Tabir, Merangin, Jambi, Selasa, 20 November 2018. Perumahan senilai Rp 25 juta per unit tersebut telah ditempati oleh puluhan kepala keluarga (KK) Orang Rimba setempat sejak awal 2018 dengan cara membeli secara tunai dan cicil kepada seorang warga pemilik kebun yang sekaligus menjadi penampung hewan buruan Orang Rimba tersebut. ANTARA/Wahdi Septiawan.