Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEATER OPERA Sembelit karya N. Riantiarno kembali, muncul cita rasa reformasi. Naskah ini akan disajikan dengan nuansa yang berbeda dari yang dipentaskan setahun silam. Pada masa itu kekuasaan totaliter rezim Soeharto sangat kuat dan Opera Sembelit versi prareformasi diterjemahkan dengan persoalan warga yang sukar mengemukakan pendapat dan sulit buang air besar. Dalam benak kreatif Nano, pada saat itu terjadi Sembelit Nasional. Tapi, setelah Soeharto sudah lengser, drama ini diterjemahkan kebalikannya: "mencret nasional". Orang boleh berbicara apa saja, tahanan politik kelas kakap dilepas dan lahirlah bermacam tabloit. Pada saat ini rakyat mulai belajar berdemokrasi dan belajar bercuriga. Pemerintah juga belajar bercuriga, tapi tetap menggunakan pola rezim lama. Tak aneh kalau pengamanan terhadap Sidang Istimewa MPR luar biasa ketat. Aparat keamanan membuat barikade pagar beraliran listrik, karena khawatir rakyat menyerbu dan menggagalkan "pesta" para elite politik yang berpretensi sebagai wakil rakyat itu. "Ini kan lebih paranoid dan tidak relevan dengan kata reformasi," ujar Nano. Dengan naskah yang sudah direvisi ini, bagian-bagian yang terlalu cerewet dipadatkan, sehingga terasa lebih pas untuk era yang disebut Nano sebagai "mencret nasional". Tempat | : |
Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta |
Waktu | : |
16, 17, 18 November 1998, Pukul 20.00 |
| THE COMEDY of Errors karya pujangga William Shakespeare pernah dimainkan Teater Koma dengan judul Opera Salah Kaprah pada 1984. Tapi dalam rangka 50 tahun British Council, The Comedy of Errors dipentaskan oleh grup teater Inggris yang terkenal, Watermill. Tempat | : |
Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta |
Waktu | : |
20 November 1998, Pukul 20.00 | 21 November 1998, Pukul 14.00
MUSIK | CONCERTO Koln merupakan sebuah ensambel musik klasik yang berusaha menggali dan memperkenalkan kembali karya-karya yang tak dikenal atau jarang dipergelarkan. Kelompok yang berdiri pada 1985 itu memang banyak menggali dan menghidupkan musik orkestra dan opera abad ke-17 dan ke-18. Anggotanya memiliki spesialisasi memainkan instrumen dari periode masa silam. Mereka memanfaatkan gagasan artistik dari setiap pemain. Kelompok ini bermain tanpa konduktor untuk menciptakan suasana ensamble yang intim, seperti pergelaran musik kamar. Musisinya merupakan alumni berbagai konservatorium musik di Eropa. Pada pergelaran yang diselenggarakan Goethe Institut ini Concerto Koln memainkan empat komposisi, yakni karya Antonio Rosetti (1750-1792) Simfoni B-Dur, karya Joseph Haydn (1732-1809) Konser untuk cembalo dan orkes D-Dur, karya Joseph Martin Kraus (1765-1792) Ouverture dari Olympie, dan karya Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) Simfoni g-moll KV550. Tempat | : |
Ballroom The Regent Hotel, Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta |
Waktu | : |
20 November 1998, Pukul 19.00 |
TARI | JOACHIM Schlomer, koreografer tari asal Jerman, menerjemahkan impresinya tentang Lisbon dalam bahasa gerak tari pada karya terbarunya Lisbon Project: A Fish in the Jacket. Koreografi ini bergerak di seputar pertanyaan: "Dari mana kita? Ke mana kita pergi". Menurut Schlomer, karya ini tidak secara konkret menggambarkan kembali Kota Lisbon, tapi lebih merupakan pelukisan fiktif tentang Lisbon yang diilhami oleh impresi subyektif. Muncul dari satu ide yang romantis: jalan-jalan kecil di seputar kota, kehidupan di jalanan atau kafe-kafe, Kota Lisbon diselimuti saudade yang sulit dijelaskan--bak pancaran cinta yang tak terbalas--tapi terasa dalam atmosfer depresi yang menyelimuti kota itu. Schlomer termasuk generasi ketiga koreografer teater tari Jerman, yang mengambil alih kepemimpinan Tanztheater Basel pada 1996-1997. Pada saat itu pula tercipta Proyek Lisbon. Tempat | : |
Gedung Kesenian Jakarta, Jalan Gedung Kesenian 1, Jakarta |
Waktu | : |
21 dan 22 November 1998, Pukul 20.00 |
PEMBACAAN PUISI | PENGGEMAR puisi sekarang lebih banyak menikmati syair karya Si Burung Merak W.S. Rendra lewat buku yang sudah banyak diterbitkan. Begitu pula karya puisi para penyair sekaliber Taufiq Ismail atau Sutardji Calzoum Bachri. Generasi terdahulu masih beruntung mengalami tradisi pembacaan puisi oleh penyairnya sendiri. Maka, untuk memenuhi hasrat generasi sekarang, Dewan Kesenian Jakarta menampilkan Rendra, Taufiq Ismail, dan Sutardji dalam satu panggung pembacaan puisi. Tempat | : |
Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta |
Waktu | : |
24 November 1998, Pukul 20.00 | |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo