Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

10 Cara Siapkan Mental Anak Agar Lebih Kuat Hadapi Masalah

Tak melulu harus belajar bersikap baik atau sopan, perlu dikuatkan pula mental anak untuk siap menghadapi masalah.

30 Mei 2021 | 16.00 WIB

Ilustrasi orang tua dan anak pelukan (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi orang tua dan anak pelukan (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Tak melulu harus belajar bersikap baik atau sopan ,perlu dikuatkan pula mental anak untuk siap menghadapi masalah. Mental kuat diperlukan agar anak menjadi pribadi yang tangguh di masa depan. Dasar-dasar mental yang kuat pada seorang anak harus dibentuk sejak usia dini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Anak yang kuat mental adalah anak yang mampu menghadapi masalah yang terjadi pada dirinya, mampu bangkit dari keterpurukan, serta mampu menghadapi kerasnya kehidupan. Untuk itu, peran orang tua sangat diperlukan dalam menyiapkan mental pada anak. Dikutip dari berbagai sumber, berikut cara membuat anak menjadi kuat mental:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

1. Mendorong anak untuk mencoba hal baru

Sesuatu yang baru biasanya menimbulkan ketakutan apabila tidak dicoba, karena ketidaktahuan anak mengenai hal tersebut. Apabila tidak dibiasakan sejak kecil, anak akan menjadi mudah khawatir. Anda bisa mendorong anak mencoba berbagai permainan baru, rasa makanan baru, juga berjalan–jalan ke tempat baru. Biarkan anak bereksplorasi dengan bebas tetapi tetap aman.

2. Berikan kepercayaan pada anak

Yakinlah untuk memberi kepercayaan pada anak sesuai tingkat usianya. Cara mendidik mental anak dengan memberikan kepercayaan kepadanya akan membuat anak mudah merasakan percaya diri dan tanggung jawab. Mulailah dengan hal–hal kecil, misalnya mempercayai anak untuk mengambil makanan sendiri, makan sendiri, dan lainnya selama hal tersebut masih sanggup dilakukan anak jika anak sudah lebih besar.

3. Membiasakan berpikir kritis

Kemampuan anak untuk berpikir kritis harus dibina sejak dini, agar kelak anak tidak menjadi orang yang apatis. Dengan mampu berpikir kritis, maka anak dapat memutuskan mana hal yang sesuai dan baik untuknya. Ia akan tahu mana hal yang patut dilakukan, dan juga mana yang tidak. Untuk itu, biasakan mengajak anak berdiskusi dan menanyakan pendapatnya tentang berbagai masalah mulai dari yang kecil hingga yang besar.

4. Tetap berpikir logis

Menanamkan cara berpikir logis penting agar anak dapat menyadari sejauh mana batasan yang harus dipatuhinya dalam bertindak. Misalnya, mengingatkan jika anak mulai mencoba sesuatu yang membahayakan dirinya atau orang lain, dan memberikan penjelasan logis mengapa hal tersebut menjadi berbahaya. Jelaskan mengenai sebab dan akibat dari berbagai keputusan anak untuk melakukan sesuatu hal.

5. Jangan menakut–nakuti anak

Seringkali ketika orang tua kesulitan melarang anak untuk melakukan sesuatu maka akan menakut–nakuti anak agar menurut. Misalnya, jika anak sulit mengikuti aturan maka orang tua mengatakan akan ada polisi yang menjemput anak nakal atau ada hantu yang akan menculik anak nakal. Hal itu justru membentuk pikiran negatif pada anak dan membuatnya takut untuk melakukan berbagai hal, bukannya mengerti pada sebab mengapa orang tua melarangnya.

6. Jangan katakan bahwa anak tidak bisa

Untuk mempunyai mental yang berani dan percaya diri, cara mendidik mental anak perlu dilakukan dengan kepercayaan dari orang tua. Percayalah bahwa anak bisa melakukan berbagai hal sesuai usianya, dorong anak untuk mencoba terlebih dulu. Jangan katakan bahwa anak tidak bisa selama hal itu tidak membahayakan atau merugikannya. Kepercayaan dari orang tua akan menambah keyakinan diri anak.

7. Jangan memaksa

Pemaksaan untuk melakukan sesuatu akan membuat anak trauma dan menghubungkan hal tersebut dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Sehingga kelak anak tidak mau mencoba apapun atau selalu merasa takut karena pernah dipaksa. Misalnya, anak yang tidak mau makan lalu dipaksa dengan menyuapkan makanan ke mulutnya. Anak akan menghubungkan kegiatan makan dengan sesuatu hal yang tidak menyenangkan, lalu ia menjadi sulit makan dan kurang punya selera terhadap makanan karena makan bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

8. Ajari anak tentang risiko

Membuat keputusan sendiri akan mudah jika anak paham mengenai konsekuensi dan risiko yang dia hadapi saat melakukan sesuatu. Anak akan mampu berpikir akibatnya jika ia melakukan sesuatu dan mampu memutuskan apakah hal itu baik untuk dilakukan atau tidak, dan apa dampaknya terhadap dirinya sendri dan orang lain. Misalnya ketika ia ingin memanjat pohon, anak akan bisa memperkirakan bahaya atau resiko yang akan dihadapinya bahwa ia bisa saja jatuh jika tidak berhati–hati.

9. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri

Insting sebagai orang tua tentunya adalah untuk melindungi anak kapanpun dia menghadapi kesulitan atau masalah. Akan tetapi terlalu melindungi bisa membuat anak menjadi tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orang tua untuk menyelesaikan masalahnya. Orang tua perlu menahan diri untuk ikut campur terhadap setiap kesulitan anak. Turun tangan baru diperlukan jika melihat anak sudah tidak sanggup menangani masalahnya sendiri, misalnya ketika berebut mainan dengan teman atau saudaranya sudah menjurus kepada hal yang berbahaya dan melibatkan kontak fisik.

10. Berikan pujian pada anak

Untuk menambah kuatnya mental anak, berikan kepercayaan anak bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu dan melatih kemandiriannya, orangtua perlu memberikan pujian atas apa yang sudah berhasil anak lakukan. Cara mendidik mental anak dengan pujian yang secukupnya tentu akan membuat anak merasa percaya diri bahwa ia bisa berusaha dan berhasil dalam usahanya.

WINDA OKTAVIA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus