Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

3 Dampak Negatif Game RolePlay yang Viral di Media Sosial

Dampak negatif game RolePlay menurut asisten Pastor, yaitu mempromosikan tindak kekerasan, dukung ilmu sihir, dan tumbuhkan pandangan ateisme.

19 Juni 2023 | 17.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi livestreaming game. Foto : EV

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Game RolePlay (RP) tengah digandrungi anak muda khususnya dari kalangan pengguna media sosial. Pasalnya, permainan tersebut menawarkan kesempatan untuk berperan menjadi orang lain sesuai keinginan masing-masing orang, mulai dari artis hingga tokoh politik. Sayangnya, penggunaan gim yang berlebihan sering kali menimbulkan kecanduan. Lantas, apa saja dampak negatif game Roleplay. 

Apa itu RolePlay?

Dilansir dari TechTarget, RP adalah sebuah permainan yang mewadahi peserta untuk berperan sebagai karakter, umumnya dalam latar fantasi atau fiksi ilmiah. Beberapa contoh gim bergenre RolePlay, yaitu Star Wars, Dungeons and Dragons (D&D), dan Battletech yang dapat mewujudkan interaksi pengguna dalam dunia imajiner. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, ada pula Ultima Online Neverwinter Nights yang populer di awal pengembangan MMORPG. Pengembangnya, yaitu Blizzard sukses menarik atensi pelanggan hingga dimainkan oleh lebih dari 6 juta orang. Meski memiliki alur cerita yang kompleks, minat terhadap RolePlay terus bertambah karena dinilai menyenangkan. 

Dampak Negatif Game RolePlay

Mengacu pada publikasi wayoflife.org yang ditulis oleh seorang asisten Pastor bernama Vince Londini, berikut efek buruk permainan RolePlay untuk kehidupan terutama dari aspek psikologi. 

1.    Promosi Kekerasan

Permainan peran disebut sering mempromosikan dan mengagungkan kekerasan. Terlepas dari elemen-elemen, seperti simulasi yang terkandung dalam gim, pada intinya, RolePlay dianggap menjadi media untuk mempraktikkan kegiatan membunuh atau mengalahkan lawan demi memperoleh kekayaan maupun pengalaman. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Game simulasi pertempuran disimulasikan dengan hati-hati dan teliti. Biasanya, setiap pukulan dari masing-masing karakter dihitung dan dicatat untuk memengaruhi skor. Pemain mendikte setiap langkah dan aksi yang dibuat oleh karakternya untuk mencoba melakukan hal-hal terbaik. Setelah menang, karakter akan memperkaya diri-sendiri untuk menghadapi pertempuran di level berikutnya. 

2.    Dukung Sihir

Hampir setiap merek RolePlay melibatkan ilmu ‘sihir’ untuk memainkan efek imajiner dari mantra dan kemampuan magis. RP fiksi ilmiah dan horor akan memberikan pengalaman telepati serta efek lainnya yang serupa. Mantra digunakan pemain untuk menumpas lawan di luar kemampuan karakter sebagai jalan pintas. 

Sihir pada gim RP muncul dalam berbagai bentuk, seperti ramuan, tongkat, jimat, gelang, cincin, pakaian, maupun perhiasan lainnya. Sebagai seseorang yang menganut kepercayaan agama, Vince Londini menilai bahwa menikmati game bermain peran dengan kekuatan magis dapat menumbuhkan pikiran buruk atau dengan kata lain mempercayai hal-hal spiritual dalam koridor negatif. 

Sebagaimana salah satu ayat dalam Alkitab Galatia 5:20-21, disebutkan apabila penyembahan berhala, sihir, kebencian, ajaran sesat, dan semacamnya sangat dilarang oleh Tuhan. Tidak hanya di Kristen, hampir semua agama sangat menentang ilmu guna-guna, seperti Al-Quran surat An Naml ayat 65, yang berbunyi “Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit maupun di bumi yang mengetahui perkara gaib, kecuali Allah.” 

3.    Tumbuhkan Pandangan Ateisme

Lebih lanjut, menurut Vince Londini, ketergantungan terhadap permainan RolePlay mampu menghilangkan pemikiran tentang realitas keagamaan. Dengan demikian, pemain lebih mudah untuk mengabaikan agama atau ibadah yang sama saja dengan anti-Tuhan (ateisme). Mengabaikan Tuhan dianggap serupa dengan mengutuk atau menyerang Sang Pencipta. 

Meski tidak berbahaya dan tidak dilarang secara aturan, dampak negatif game RolePlay juga berkaitan erat dengan godaan untuk selalu memainkannya. Keinginan untuk membayangkan skenario masa depan dan membandingkannya dengan situasi dunia nyata sama halnya menghina ketetapan Tuhan. Dengan kata lain, RP berpeluang untuk membuat pikiran seseorang teralihkan dari realita. 

Maka dari itu, ia mengimbau setiap orang untuk mencermati kebiasaan dalam mencari hiburan. Konsumsi sesuatu hal berbau fiksi dan fantasi seperti game RolePlay berkesempatan besar untuk mengganggu kehidupan spiritualitas. 

MELYNDA DWI PUSPITA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus