Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

3 Metode Khitan yang Perlu Orang Tua Ketahui sebelum Menyunatkan Anaknya

Pilihan metode khitan tergantung pada keahlian tenaga medis.

30 Mei 2023 | 09.08 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Petugas medis dari Rumah Sunat dr Mahdian bersiap mengkhitan di rumah pasien di Gaga, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten, Jumat 8 Mei 2020. Selama masa pandemi COVID-19 penyedia layanan khitan tersebut melakukan praktik langsung ke rumah pasien dengan menggunakan standar alat pelindung diri (APD) lengkap untuk mendukung pemerintah dalam mencegah penyebaran virus corona. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sunat biasanya dilakukan oleh dokter anak, dokter kandungan, ahli bedah, atau ahli urologi. Ada beberapa teknik untuk melakukan sunat. Pilihan teknik yang digunakan tergantung pada keahlian tenaga medis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Indonesia, ada beberapa metode khitan yang umum digunakan\, di antaranya: 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Metode Konvensional

Dikutip dari umy.ac.id, metode konvensional merupakan metode standar yang banyak digunakan tenaga dokter maupun mantri (perawat) hingga saat ini. Peralatan sunat metode konvensional merupakan penyempurnaan dari metode dorsumsisi.

Kelebihan metode ini adalah menggunakan pembiusan lokal dan benang sehingga risiko infeksi dan pendarahan relatif lebih kecil. Selain itu cocok untuk semua umur dan biayanya terjangkau. Kekurangannya yaitu membutuhkan tenaga ahli dalam prosesnya dengan lama waktu pengerjaan antara 15-20 menit.

2. Metode Cauter

Metode cauter merupakan sirkumsisi yang penggunaan alat yang disebut dengan elektrocauter. Alat ini berupa pisau dengan kawat pijar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik dengan koagulasi cauter ditetapkan antara 25-50 Watt.

Kelebihan metode ini yaitu meminimalkan pendarahan dan tidak perlu dijahit untuk penghentian pendarahan karena luka telah tertutup serta cukup kuat. Selain itu, metode sunat ini berjalan dengan cepat, mudah menghentikan perdarahan yang ringan, dan cocok untuk anak di bawah usia 3 tahun karena pembuluh darahnya masih kecil.

Kekurangan metode cauter yaitu menimbulkan bau yang menyengat seperti daging panggang serta dapat menyebabkan luka bakar. Selain itu, metode ini membutuhkan energi listrik sebagai sumber daya sehingga jika ada kebocoran alat dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi pasien maupun operator.

3. Metode Laser

Metode sunat laser yang diklaim pertama di Indonesia menggunakan teknologi Optical Microwave Amplification by the Stimulated Emission of Radiation (MASER) dari Jerman. 

Teknologi ini dinilai memiliki risiko komplikasi yang minimal dan tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Dengan waktu tindakan kurang dari tiga menit, tanpa jahitan, perdarahan relatif minimal, hingga hampir tanpa perdarahan, sunat dengan metode laser disebut tanpa rasa nyeri dan proses penyembuhan pun lebih cepat.

Pada kondisi normal, luka bisa sembuh selama 3-5 hari, terutama bila tak ada inflamasi berlebihan. Jika perawatan pascasunat tidak baik, misalnya bagian yang disunat terkena debu atau kotor serta disentuh-sentuh, penyembuhan bisa lebih lama.

Namun, pada umumnya anak yang sudah dikhitan dengan metode ini bisa langsung beraktivitas pada hari berikutnya. Setelah sunat, disarankan untuk kontrol kembali agar tenaga medis bisa memeriksa bekas luka khitan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus