Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis anak Nita Dewanti mengimbau orang tua mewaspadai tanda fase preshock pada anak penderita demam berdarah dengue (DBD) yang menjadi awal masuknya stadium lanjut DBD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Stadium preshock atau menuju syok di mana pada stadium ini anak-anak penderita DBD akan mengalami penurunan tekanan darah, anaknya semakin lemas, atau bahkan bisa terjadi syok," ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan fase pra-syok merupakan tanda anak memasuki stadium ketiga penyakit DBD yang disebabkan nyamuk aedes aegypti ini. Pada kondisi ini, tekanan darah anak akan melemah dan denyut jantung juga akan lebih cepat yang disebut dengan takikardia. Jika anak masuk pada fase ini, pemberian cairan harus tercukupi, baik dari pemberian minum maupun infus, agar tidak terjadi stadium 4, yaitu staduim syok.
"Jika sudah memasuki stadium syok harus dipantau ketat karena biasanya sudah masuk ICU dan harus dipantau ketat, cairan juga harus tepat tidak boleh berlebih tidak boleh kurang," ujarnya.
Empat stadium
Nita mengatakan demam berdarah dengue terdiri dari empat stadium, diawali dengan stadium pertama, gejalanya tidak begitu berat seperti penyakit virus lain atau hanya demam saja. Namun, jika berlanjut ke stadium kedua akan muncul bintik merah sebagai tanda pendarahan di kulit.
"Bintik merah itu salah satu perdarahan di kulit, anak juga bisa mimisan dan yang paling ditakutkan adalah ada pendarahan di saluran pencernaan atau di otak," kata Nita.
Selain DBD, penyakit yang juga sering mengintai anak adalah campak yang disebabkan virus golongan paramyxovirus. Virus ini biasanya akan menyebabkan gejala seperti demam dan lemas pada anak, lalu pada hari ketiga biasanya akan timbul ruam-ruam merah di kulit seperti bintik-bintik kecil yang disebut rash morbilliform.
Pada campak biasanya juga disertai gejala seperti pilek dan batuk. Bahkan kondisi yang lebih berat bisa menjadi bronkopneumonia atau peradangan paru-paru.
"Campak bisa terjadi sepanjang tahun dan sifatnya sangat menular. Jadi, sangat mudah sekali anak-anak tertular dari temannya, kakak atau adiknya bisa," tegasnya.