Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Demam Berdarah Dengue atau banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai DBD, merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demam dengue cenderung menimbulkan gejala ringan, ditandai dengan demam secara tiba-tiba dan berbagai gejala yang tidak spesifik, termasuk sakit kepala bagian depan, nyeri retro-orbital, nyeri tubuh, mual dan muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam. Sementara Demam Berdarah Dengue biasanya dapat menyebabkan gejala yang berat seperti perdarahan kulit, termasuk yang paling umum terjadi adalah petekie dan purpura, bersama dengan perdarahan gusi, epistaksis, menoragia, dan perdarahan saluran cerna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter spesialis anak Nunki Andria Samudra mengatakan Demam Berdarah Dengue mengancam jiwa dan mengintai setiap orang. "Seseorang bisa terinfeksi DBD lebih dari sekali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah, bahkan bisa berujung pada kematian," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 18 Juli 2023.
Menurut data Kementerian Kesehatan, setiap hari, dua orang meninggal karena demam berdarah dengue. Untuk itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari saat nyamuk biasanya menggigit, yaitu waktu di mana kita paling aktif. Menurut Nunki, DBD bukan hanya masalah individu, tetapi masalah komunitas. Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah pemukiman perkotaan.
“Orang yang terinfeksi dengue tidak hanya berisiko terhadap kesehatannya sendiri, tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan kemudian dapat menularkan virus kepada orang sehat melalui gigitannya," katanya.
Ia mengingatkan bahwa virus dengue tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya. Nyamuk diperlukan untuk transmisi virus dengue. Jadi, para orang tua perlu waspada bila nyamuk pembawa virus dengue mengintai anak. "Perlu berhati-hati karena dapat menularkan kepada anak-anak kita. DBD sendiri terdiri dari tiga fase, yaitu: fase demam tinggi di 1-3 hari pertama; fase kritis, pada hari ke-4 dan 5; dan fase penyembuhan, yaitu di hari ke-6 dan 7. Waspada pada fase kritis, karena pasien dapat mengalami pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa,” kata Nunki.
Penyakit DBD memberikan dampak dan tekanan yang besar bagi para keluarga. Ketakutan dan kekhawatiran karena anak atau orang tua harus dirawat di rumah sakit menunjukkan betapa pentingnya setiap langkah pencegahan dalam menanggulangi permasalahan DBD. Langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus sangat membantu dalam meminimalkan risiko melalui pengendalian vektor nyamuk. Namun, cara inovatif lain untuk memberikan perlindungan lebih baik juga perlu dipertimbangkan, salah satunya melalui vaksinasi.
Nunki mengatakan saat ini, masih belum ada pengobatan yang khusus untuk menyembuhkan DBD. Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer). Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar risiko DBD parah dan kematian. Pencegahan inovatif vaksin DBD yang saat ini tersedia di Indonesia diperuntukkan bagi kelompok usia 6-45 tahun, dapat diberikan terlepas dari paparan DBD sebelumnya, serta dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat. "Vaksin DBD adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan. Dengan memberikan perlindungan ‘dari dalam’ kepada seluruh anggota keluarga, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko DBD parah dan perawatan di rumah sakit,” kata Nunki.
Sebelumnya, PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan talk show “Bye Bye DBD: 3M Plus dan Vaksin DBD Cara Terkini Terhindar dari Demam Berdarah” pada tanggal 28 Juli 2024 di Grand Atrium Kota Kasablanka. Acara ini bertujuan mengedukasi para orang tua dan masyarakat awam seputar bahaya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, gaya hidup, dan di mana seseorang tinggal.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht mengungkapkan menurut Badan Kesehatan Dunia, demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat utama di dunia, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terdampak. Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun. Anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja adalah yang paling terpengaruh, dan yang memprihatinkan, DBD adalah penyebab utama kematian anak-anak di Indonesia. "Bersama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, tetapi kita semua harus mengambil tindakan sekarang. Mari kita tingkatkan kesadaran, perkuat pengendalian nyamuk dengan menerapkan 3M Plus, dan manfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin, sebagaimana direkomendasikan oleh asosiasi medis,” katanya.
Andreas menambahkan timnya bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi medis, perusahaan, sekolah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperkuat pencegahan demam berdarah yang komprehensif dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat Indonesia. Hal ini salah satunya kami wujudkan melalui partisipasi dalam acara Mums Festival hari ini. "Bersama-sama kita dapat mencapai tujuan Indonesia yaitu nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” katanya.
Acara talk show “Bye Bye DBD: 3M Plus dan Vaksin DBD Cara Terkini Terhindar dari Demam Berdarah” turut menghadirkan influencer muda, Chikitta, yang membagikan pengalamannya seputar beban penyakit akibat DBD. Selain itu, untuk semakin meningkatkan kesadaran akan DBD, diselenggarakan juga lomba mewarnai bagi anak-anak usia 6-7 tahun sebelum sesi talk show, serta tersedia booth edukasi seputar DBD yang dapat diakses oleh para pengunjung mall dari tanggal 26-28 Juli 2024.
Pilihan editor: 6 Fakta yang Harus Diketahui Tentang DBD