Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom asperger merupakan gangguan perkembangan saraf yang tergolong spektrum autisme. Kondisi sindrom itu mempengaruhi kesulitan bersosialisasi dan mengembangkan keterampilan sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Individu yang mengalami sindrom asperger cenderung memiliki minat yang sedikit, rutinitas kaku, menunjukkan perilaku berulang. Walaupun begitu, individu yang mengalami sindrom asperger memiliki kecerdasan rata-rata. Bahkan bisa di atas rata-rata di salah satu bidang tertentu, dikutip dari Verywell Mind.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merujuk Nationwide Childrens, anak asperger mengalami keterbatasan interaksi sosial, sulit terlibat percakapan, dan tak memahami emosi secara tepat. Ekspresi wajah pun minim. Ketika berbicara ucapannya terdengar tak biasa, terkadang cenderung datar, tenang, bernada meninggi, keras.
Sulit memahami komunikasi nonverbal, seperti gerak, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah. Namun, mudah menghafal informasi dan fakta yang disukai.
Mengatasi sindrom asperger
Mengutip Healthline, ada beberapa jenis terapi untuk mengatasi sindrom asperger.
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini membantu mengidentifikasi pola pikir. Terapi itu juga berguna mengatasi kecemasan dan depresi.
2. Terapi wicara
Terapi wicara membantu mengevaluasi dan mengatasi masalah bahasa dan komunikasi. Seseorang yang mengalami asperger yang menjalani terapi wicara berkemungkinan membantu kontrol suara.
3. Pelatihan keterampilan sosial
Pelatihan ini bermanfaat mengatasi masalah terkait interaksi sosial. Keterampilan yang diajarkan berkisar percakapan hingga memahami isyarat sosial dan bahasa nonharfiah. Seperti bahasa gaul dan ekspresi yang umum digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
4. Terapi fisik dan okupasi
Terapi ini untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dan koordinasi. Ini juga membantu anak-anak asperger mengatasi masalah sensorik.
Penyebab sindrom asperger
Mengutip Psychology Today, penyebab sindrom asperger belum sepenuhnya diketahui secara pasti. Penelitian saat ini masih merujuk kombinasi kompleks unsur biologis dan lingkungan. Misalnya komponen genetik yang diturunkan keluarga dan adanya kelainan otak.
Perbedaan itu kemungkinan besar tersebab perpindahan tak normal sel embrio selama perkembangan janin. Pengubahan rangkaian otak yang mengontrol pikiran dan perilaku. Faktor lingkungan tertentu juga meningkatkan risiko. Misalnya ibu mengalami infeksi selama kehamilan, diabetes selama kehamilan, dan paparan obat valproat di rahim.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.