Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

6 Kebiasaan Orang Jepang yang Membuat Panjang Umur

Mengintip rahasia orang Jepang yang mampu bertahan hidup hingga berusia lebih dari 100 tahun. Mulai dari pola hidup sehat hingga bersikap positif.

1 Oktober 2024 | 20.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi menyebutkan bahwa satu dari 1.450 penduduk Jepang memiliki usia lebih dari 100 tahun dengan 88,4 persen di antaranya merupakan perempuan. Okinawa adalah kepulauan di Jepang yang termasuk satu dari lima Zona Biru di dunia di mana terdapat banyak orang berusia seratus tahun di daerah tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Okinawa, jumlah orang yang berusia 100 tahun per 100.000 penduduk pada 2015 mencapai hampir dua kali lipat daripada Jepang secara keseluruhan, yaitu 81 orang dibandingkan 48 orang. Lantas, mengapa banyak orang Jepang yang panjang umur? 

Kebiasaan Orang Jepang yang Membuat Panjang Umur

Melansir laman World Economic Forum, berikut beberapa rahasia orang Jepang yang panjang umur: 

1. Makan untuk Kesehatan

Orang-orang lanjut usia (lansia) di Okinawa percaya bahwa tubuh manusia dianggap sebagai kuil, sehingga tidak boleh dicemari. Mereka minum alkohol dalam jumlah terbatas dan umumnya tidak banyak merokok. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka juga orang yang sangat aktif secara fisik dengan memperhatikan keseimbangan antara asupan kalori dan kegiatan untuk membakar lemak. 

Pola makan lansia di Okinawa sebagian besar berbasis tanaman, sehingga tidak padat kalori. Mereka makan lebih dari satu kilogram sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan, seperti kacang kedelai. 

Alih-alih mengonsumsi roti, sumber karbohidrat utamanya mereka peroleh dari ubi jalar yang mempunyai kadar glikemik rendah. 

Mereka juga memakan tanaman-tanaman yang kaya akan antioksidan flavonoid, sehingga dapat membantu mempertahankan kesehatan secara keseluruhan dan memperlambat proses penuaan. 

Orang-orang tua di Okinawa, Jepang juga mempraktikkan hara hachi bu, yaitu makan hanya sampai terasa kenyang sekitar 80 persen. 

2. Bersikap Positif dan Temukan Tujuan Hidup

Para lansia di Jepang yang berusia lebih dari 100 tahun mempunyai sikap positif. Mereka umumnya bersikap optimis dan menjalani hidup dengan santai atau tanpa beban. Mereka sangat suka bersenang-senang dalam beraktivitas. 

Mereka juga percaya dengan suatu konsep yang disebut sebagai ikigai, yang berarti tujuan hidup. Misalnya, seorang pria berusia 102 tahun di Jepang mengaku memiliki ikigai berupa dua ekor sapi jantan. 

Dia menemui dua ekor hewan ternaknya itu setiap hari untuk merawat mereka sebagai bagian dari alasan untuk tetap bertahan hidup. 

3. Tetap Terlibat secara Emosional

Di Okinawa, tidak ada kata pensiun. Para orang tua akan selalu melakukan kegiatannya setiap hari, seperti bertani atau beternak. 

Aktivitas-aktivitas itu membantu mereka dalam menemukan kepuasan hidup serta mengurangi biaya perawatan kesehatan, karena tetap aktif secara fisik dan mental sepanjang hidup. 

4. Bergabung dengan Kelompok Sosial

Lansia di Okinawa, Jepang mempunyai keluarga besar dan komunitas sosial yang kuat. Hubungan mereka sangat erat dan semuanya saling mengenal. Mereka juga secara rutin menggelar pertemuan sosial yang disebut sebagai moai. 

Dalam kegiatan moai, para perempuan mengobrol tentang berbagai hal, meminum teh hijau bersama, dan menikmati sedikit hidangan penutup. 

Sementara para pria mungkin merokok dan minum alkohol. Hal itulah yang menjadi penyebab mengapa para perempuan di Okinawa jauh lebih panjang umur dibandingkan pria. 

5. Kurangi Stres

Orang Okinawa mempunyai kepekaan waktu yang lambat atau tidak tergesa-gesa, tetapi mereka akhirnya mampu menyelesaikan sesuatu. 

Akibatnya, mereka berkepribadian yang tahan stres serta mampu membekali diri dengan cara menghadapi tragedi dan rasa sakit. 

6. Kuatkan Spiritualitas

Para lansia di Okinawa, Jepang memiliki tingkat spiritualitas terhadap agama atau kepercayaan yang tinggi. Setiap tahun, mereka mengunjungi leluhur, berpiknik, dan berbicara dengannya seolah-olah masih hidup. 

Mereka menjaga hubungan tersebut dari generasi ke generasi, sehingga menimbulkan kesinambungan. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus