Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Bayi Tak ’Biru’

Jumlah penyakit jantung bawaan pada bayi makin meningkat. Pencegahan yang paling bisa dilakukan adalah menjaga kesehatan si ibu.

5 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESAL kemudian selalu tidak berguna. Mungkin pesan seperti inilah yang hendak disampaikan Direktur Pelayanan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta, Anna Ulfah Rahayoe, dua pekan silam. Menurut Anna, jumlah bayi dengan penyakit jantung bawaan makin meningkat. Ribuan bayi yang lahir ”biru”—salah satu tanda adanya kelainan jantung—meninggal di bawah usia satu bulan karena tak tertangani. Tak kurang juga yang salah diagnosis: si jabang bayi dikira terkena gangguan pernapasan.

Seperti biasa, memang tidak tersedia data konkret tentang peningkatan jumlah bayi yang lahir dengan kondisi jantung tak normal. Namun, menurut dokter spesialis anak dan konsultan kardiologi anak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Sri Endah Rahayuningsih, kenaikan angka penyakit jantung bawaan seiring dengan meningkatnya angka kelahiran bayi pada suatu negara. Sembilan dari seribu bayi Indonesia yang lahir atau sekitar 40 ribu bayi setiap tahun mengidap penyakit tersebut. ”Cara paling sederhana untuk menguranginya, ya, kurangi angka kelahiran. Tak ada jalan lain, program keluarga berencana kembali digiatkan,” katanya kepada Tempo, Selasa pekan lalu.

Apa yang dikatakan Sri, seperti juga informasi yang diberikan Rumah Sakit Harapan Kita, intinya adalah agar ada persiapan dan perencanaan bila pasangan ingin punya anak. Ini mungkin terdengar klise, tapi pemeriksaan kesehatan, baik si perempuan maupun laki-laki, sebelum memutuskan memiliki keturunan terbukti efektif mencegah risiko penyakit pada bayi.

Banyak faktor yang menjadi penyebab penyakit jantung bawaan. Dunia kedokteran pun masih menghadapi misteri besar. Namun tetap yang bisa ditengarai dengan jelas sebagai pemicunya adalah faktor kesehatan ayah dan ibu, keturunan, serta campuran antara kesehatan dan keturunan. Satu-satunya penyebab yang bisa dikendalikan dan dicegah adalah faktor kesehatan—dan gaya hidup—orang tuanya, terutama si ibu.

Sedangkan risiko akibat faktor keturunan—kelainan jantung pada si ibu atau pihak keluarga—adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Wanita penderita kelainan jantung bawaan mempunyai kemungkinan 50 persen melahirkan bayi penderita jantung bocor. Abnormalitas kromosom juga berhubungan dengan kasus penyakit tersebut.

Menurut Sri, penyakit jantung bawaan pada bayi terjadi karena gangguan pembentukan jantung semasa janin dalam kandungan. Pembentukan jantung dimulai pada usia kehamilan empat minggu dan mencapai hampir sempurna pada usia kehamilan 12 minggu.

”Yang perlu dilakukan adalah mengusahakan agar kehamilan terjadi pada saat kedua orang tua dalam kondisi sehat. Jika perlu, lakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah atau hamil,” ujar dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya itu. Dengan demikian, jika ada, penyakitnya bisa diobati sebelum hamil dan risiko penyakit bawaan bisa diperhitungkan.

Apa saja faktor risiko itu? Menurut Sri, yang paling kentara adalah usia. Sikap waspada diperlukan jika pasangan sudah berusia di atas 35 tahun. Harus ada pertimbangan ekstra dan cara menjaga kesehatan yang baik bila ingin hamil di usia tersebut.

Obesitas si ibu juga harus diperhatikan sebagai faktor risiko. Memang, berbagai penelitian masih menunjukkan inkonsistensi apakah obesitas menjadi penyebab.

Selain itu adalah apakah si ibu menderita diabetes. Penyakit yang terkait dengan kadar gula ini berbahaya bagi si orok karena mempengaruhi sistem metabolisme ibu. Bila metabolisme terganggu, pertumbuhan janin juga terancam.

Adapun faktor lingkungan yang dianggap turut berperan dalam terjadinya kelainan jantung adalah infeksi virus Rubella pada ibu hamil dalam tiga bulan pertama. Obat antidepresi seperti litium dan obat epilepsi juga diduga mempunyai andil dalam menimbulkan cacat jantung. ”Selain itu, kontak dengan bahan kimia atau radiasi,” ujar doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran bidang cardiac human genetic ini.

Yang juga berbahaya adalah kebiasaan merokok si ibu. Bahkan, menurut penelitian, kesukaan mengisap nikotin dan tar sebulan sebelum hamil pun merupakan hal yang sangat berisiko menjadi penyebab bayi lahir biru. Pun merokok bak kereta pada masa awal kehamilan hingga empat bulan sangat membahayakan si janin.

Mengapa merokok dianggap sebagai biang kerok? Plasenta, yang menyuplai oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi, terganggu dengan asap rokok yang masuk ke rongga ibu mengandung. Hal itu bisa menyebabkan kelahiran prematur atau sindrom kematian tiba-tiba pada bayi.

”Tersangka” lain adalah alkohol. Konsumsi minuman beralkohol si ibu dapat meracuni si jabang bayi dalam kandungan. Tak hanya cacat jantung, anak juga terancam lahir dengan Down syndrome, kelainan pada otak.

Selain itu, menurut Sri, penyakit jantung bawaan bisa dideteksi sejak bayi masih dalam kandungan, dengan ekokardiografi atau ultrasonografi (USG). ”Dapat dilakukan pada usia kehamilan tujuh bulan oleh dokter ahli jantung anak,” ujarnya.

Memang penting meningkatkan kesadaran orang akan ancaman penyakit jantung bawaan. Penyakit ini masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar bayi baru lahir. Ya, sesal kemudian tak berguna.

Ahmad Taufik

Berbagai Kelainan Jantung Bawaan

Kelainan jantung pada bayi beragam. Ada yang perlu ditangani dengan cara intervensi, ada pula yang tidak perlu dioperasi. Misalnya ventricular septal defect, adanya defect atau lubang kecil pada sekat yang memisahkan bilik kiri dan kanan jantung. Lubang tersebut dapat mengecil atau menutup spontan tanpa obat-obatan atau intervensi.

Di Indonesia beberapa kelainan jantung bawaan sudah dapat ditangani dengan tindakan kardiologi, misalnya pada atrial septal defect—adanya lubang pada sekat pemisah serambi kiri dan kanan. Lubang tidak ditutup dengan operasi tetapi dengan memasukkan semacam ”penambal” melalui pembuluh darah di lipatan paha.

Secara garis besar penyakit jantung bawaan dapat dibagi dalam tipe ”biru” (sianosis) dan yang tidak ”biru” atau asianosis.

Tipe tak ”biru”

Ventricular septal defect (VSD):
Bocornya dinding otot yang membagi bilik kiri dan kanan bawah jantung.

Atrial septal defect (ASD):
Bocornya dinding otot yang membagi bilik kiri dan kanan atas jantung.

Patent ductus arteriosus (PDA):
Pembuku kecil di antara arteri yang menjauh dari sisi kiri jantung, dan arteri yang menjauh dari sisi kanan jantung, yang biasanya menutup segera setelah kelahiran, tetap terbuka.

Coarctation of the aorta (coarct):
Penyempitan pembuluh darah utama yang menjauh dari jantung.

Tipe ”biru”

Tetralogy of fallot (TOF):

  • Penyakit jantung bawaan sianosis ini paling banyak ditemukan.
    Cirinya:
    • Ada lubang yang cukup besar pada dinding otot yang membagi bilik kiri dan kanan bawah jantung (ventricular septal defect).
    • Terjadi penyempitan pada atau di bawah katup pulmonalis.
    • Posisi pembuluh darah besar jantung tepat di atas ventricular.
    • Ada penebalan dinding otot bilik kanan jantung.
  • Pelbagai kelainan ini mengakibatkan sebagian besar darah yang mengalir dari bilik kanan jantung, yang seharusnya masuk ke paru untuk dibersihkan, ternyata malah menerobos masuk ke bilik kiri jantung melalui lubang yang ada. Akhirnya darah kotor terdistribusi ke seluruh tubuh.

    Transposition of the great arteries (TGA):
    Kelainan pada arteri besar. Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi tertukar.

    Atresia pulmonalis:
    Tertutupnya lubang atau saluran pada pembuluh darah besar yang membawa darah yang tidak mengandung oksigen dari serambi kanan bawah jantung ke paru.

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus