Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Insiden saat pendakian gunung terjadi di awal tahun 2025, Deko Avriansyah, 21 tahun ditemukan tewas saat mendaki Gunung Dempo. Deko yang berasal dari Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu itu dikabarkan mendaki gunung Dempo dan akan menghabiskan malam tahun baru di sana. Insiden yang menimpa Deko menambah daftar insiden pendakian gunung di awal tahun 2025.
Rekan pendakian Deko menginformasikan bahwa korban naik ke puncak Dempo dalam kondisi sehat pada 31 Desember 2024 untuk menghabiskan malam tahun baru. Pada 2 Januari 2025, korban kemudian merasa sakit. Deko mengalami gejala hipotermia setelah sampai puncak. Rekan korban turun untuk meminta bantuan ke Pos Balai Registrasi atau Brigade Gunung Dempo dan menghubungi BPBD Kota Pagaralam.
"Korban meninggal dunia diduga karena mengalami hipotermia karena pada saat awal mendaki dalam keadaan sehat," jelas Anjas dalam informasi menurut Antara. Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Besemah di Pagaralam sebelum dibawa kembali kepada keluarganya.
Saat ini, jasad Deko dievakuasi dan dikembalikan kepada pihak keluarga. Proses evakuasi berlangsung rumit karena kondisi cuaca yang buruk selama awal tahun.
Proses Evakuasi Berlangsung 10 Jam
Dilansir dari Antara, Balai Registrasi Gunung Merapi Dempo (Brigade) telah melakukan proses evakuasi terhadap pendaki yang tewas di puncak Gunung Dempo Pagaralam, Sumatra Selatan.
Relawan Brigade Dempo Kevin mengatakan bahwa jalur resmi untuk mendaki ke puncak Dempo adalah jalur Kampung 4 dan jalur Rimau. Jalur Rimau menjadi jalur yang dipilih untuk proses evakuasi gabungan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
“Evakuasi masih dilakukan oleh tim gabungan bersama BPBD dan relawan, Brigade di jalur Rimau, yakni jalur khusus untuk evakuasi dalam keadaan darurat,” ujar Kevin saat dikonfirmasi terkait kebenaran adanya seorang pendaki yang tewas di puncak gunung.
Proses evakuasi mulai dilakukan pukul 01.00 WIB dini hari pada 2 Januari 2025. Proses evakuasi memakan waktu selama 10 jam. Anjas Hariansyah Hariansyah selaku Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Pagaralam mengatakan proses evakuasi rumit karena jalur Gunung Dempo curam dan miring sekitar 45-70 derajat. Kondisi tersebut kian dipersulit dengan kondisi tanah berpijak yang menjadi licin berlumpur selama musim hujan dan muncul kabut tebal.
"Kami menggunakan sistem estafet untuk menjaga keselamatan dan stamina tim," ungkap Anjas tidak lama setelah evakuasi selesai dilakukan.
Anjas juga menginformasikan ada 46 orang petugas yang ditugaskan dalam pencarian, yakni 35 anggota BPBD, 11 relawan, dan 3 tim medis. Para petugas ditempatkan di beberapa titik sepanjang jalur pendakian untuk mendukung evakuasi secara estafet.
BPBD Memulangkan Jasad Korban kepada Keluarga
Korban pendakian yang tewas akhirnya dipulangkan kepada keluarganya di Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Menurut informasi Antara, Anjas membenarkan informasi tersebut. “Ya, pendaki Gunung Dempo yang tewas pada pukul 01.45 dini hari sudah kami pulangkan ke pihak keluarganya setelah kami melakukan evakuasi.” "Kami turut berduka cita atas peristiwa ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan dapat diberikan ketabahan dan kesabaran atas peristiwa ini," ungkap Anjas.
Rohmawati berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Pentingnya Pendaki Gunung Mewaspadai Hipotermia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini