Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengapa Calon Pengantin Butuh Bimbingan Pranikah

Berbagai lembaga swasta menggelar kelas bimbingan pranikah. Apa bedanya dengan yang digelar KUA?

3 Januari 2025 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi konseling pranikah. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kementerian Agama mewajibkan bimbingan pranikah sebagai syarat mendapatkan buku nikah.

  • Selain materi penyuluhan di KUA, calon pengantin mendapat materi tambahan di kelas bimbingan pranikah swasta.

  • Selain kelas gratis seperti Sekolah Pranikah IPB, ada kelas berbayar seperti Jemput Jodoh di Tasikmalaya dan Pembelajar Indonesia di Jakarta Utara.

APA hal yang paling menjadi pikiran pasangan yang hendak menikah? Jawabannya tak jauh-jauh dari persiapan resepsi, katering, tenda, undangan, dan seterusnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal, menurut Tin Herawati, pembina Sekolah Pranikah Institut Pertanian Bogor (IPB), bukan itu. Ada sepuluh hal yang harus dipersiapkan orang yang hendak menikah, yaitu umur, finansial, fisik, mental, emosi, sosial, moral, interpersonal, keterampilan hidup, serta keterampilan intelektual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Persiapan tersebut yang dibahas dalam Sekolah Pranikah IPB, kelas bimbingan bagi pasangan yang hendak menikah. Kursus ini digagas dua departemen di perguruan tinggi itu, yaitu Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) serta Ilmu Ekonomi Syariah (Eksyar) pada 2020. Ada sedikitnya enam lembaga yang menyediakan kelas bimbingan serupa. Dari Pembelajar Indonesia di Pluit, Jakarta Utara; Sekolah Pranikah Salman ITB di Bandung, Jawa Barat; sampai Deen Academy di Sleman, Yogyakarta.

Keberadaan mereka menjadi kian penting setelah Kementerian Agama mewajibkan bimbingan pranikah sebagai syarat menikah per akhir Juli 2024. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 2 Tahun 2024 tentang Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin, tanpa mengikuti kelas bimbingan pranikah, calon pengantin mustahil mendapatkan buku nikah. Penyuluhan untuk calon pengantin dapat diikuti di kantor urusan agama (KUA) setempat dan di lembaga swasta sebagai pelengkap materi.

Pembina Sekolah Pranikah Institut Pertanian, Bogor, Tin Herawati, saat ditemui di IPB, Bogor, Jawa Barat, Kamis, 2 Januari 2025. TEMPO/Ihsan Reliubun

Kelas Sekolah Pranikah IPB diselenggarakan setiap Sabtu dan Ahad secara online serta gratis. Satu kelas bisa diisi hingga 400 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Materinya mencakup pola pengasuhan anak, manajemen keuangan, menjaga kesehatan reproduksi, dan penyiapan finansial menuju pernikahan. "Materi awal itu penting, soal kesiapan menikah," kata Tin kepada Tempo, Kamis, 2 Januari 2025.

Ketua Departemen IKK Fakultas Ekologi Manusia IPB tersebut mengatakan persiapan pertama adalah umur. Batas usia minimal ideal menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan adalah 19 tahun—baik untuk laki-laki maupun perempuan. "Menikah terlalu muda akan berpengaruh pada kesehatan rahim perempuan," kata Tin. "Jangan sampai ada yang menikah di usia anak."

Berikutnya, masing-masing persiapan pranikah dibahas satu per satu di kelas yang berlangsung selama satu hingga 1,5 jam. Masing-masing persiapan saling berkorelasi, salah satunya finansial dan mental. Misalnya, seorang laki-laki sebelum menikah tergolong mapan, tapi saat menikah terkena pemutusan hubungan kerja. "Pasangan itu harus siap mental," kata Tin.

Sebaliknya, Tin melanjutkan, setelah menikah, karier suami melejit dan memiliki materi berlimpah. Namun, karena mental dan moralnya tak kuat, dia berselingkuh.

Pembekalan ini dibutuhkan agar pasangan memiliki gambaran kehidupan mereka dan cara-cara mengatasi masalahnya. "Supaya perencanaan berkeluarga itu menjadi lebih baik, harmonis, dan tidak berujung perceraian," ujar Tin.

Jemput Jodoh, kelas bimbingan pranikah yang berbasis di Tasikmalaya, Jawa Barat, mendapati masalah yang sama, yaitu calon pengantin terlalu berfokus mempersiapkan hari pernikahan atau resepsi. "Namun melupakan hari selanjutnya," kata Alya Kananda, pendiri Jemput Jodoh, kepada Tempo. Ujung-ujungnya pasangan itu melangkah ke babak baru dalam hidup mereka sonder keilmuan, kemampuan finansial, dan manajemen emosi.

Suasana sesi tanya jawab dalam seminar pranikah yang diselenggarakan oleh Jemput Jodoh. Dok.Jemput Jodoh

Materi bimbingan pranikah Jemput Jodoh meliputi komunikasi suami-istri, finansial, seks, persiapan kehamilan, hingga penampilan. Ada juga materi bersih-bersih diri atau self cleansing yang membahas penyembuhan luka lama atau beban masa lalu. "Biar enggak jadi PR dalam pernikahan," kata Alya, alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.

Peserta dikenai tarif Rp 399-499 ribu untuk kelas tatap muka dan Rp 99-240 ribu untuk kelas online. Kursus singkat ini didasari data Badan Pusat Statistik 2023 yang menyebutkan lima penyebab utama perceraian di Indonesia, yaitu perselisihan dan pertengkaran panjang, faktor ekonomi, kepergian satu pihak, kekerasan dalam rumah tangga, serta mabuk.

Di Jakarta, ada kelas bimbingan pranikah yang diselenggarakan oleh Pembelajar Indonesia. Mereka menyediakan layanan konseling bagi calon suami-istri soal cara membangun hubungan rumah tangga yang sehat. Pendiri Pembelajar Indonesia, Deny Hen, 47 tahun, mengatakan pertikaian biasanya terjadi karena pola komunikasi dilakukan secara agresif atau menyalahkan pasangan.

Cara mengenali komunikasi agresif, kata Deny, mudah. "Diawali dengan kata 'kamu'," ujar dia. Karena itu, mereka mengarahkan peserta untuk tidak menyalahkan pasangan dan mengganti subjek "kamu" menjadi "saya". Misalnya, ketimbang menyalahkan pasangan dengan mengatakan, "Kamu, kok, enggak jemput saya sih?" Lebih baik mengatakan, "Saya kecewa karena tidak dijemput."

Konseling secara privat berlangsung dalam sembilan kali pertemuan secara tatap muka dengan biaya Rp 4,9 juta, termasuk asesmen psikologi. Menurut penulis buku The Great Marriage: 6 Terobosan Menuju Pernikahan yang Sehat dan Bahagia tersebut, pemeriksaan psikologis memberi gambaran kemungkinan masalah yang timbul berdasarkan karakter masing-masing pasangan.

Euis Sunarti, guru besar bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga IPB, mengatakan kebanyakan masyarakat Indonesia memandang kesiapan menikah sebatas ekonomi, yaitu keterampilan bekerja dan menghasilkan uang. Padahal, dia melanjutkan, perubahan sosial-ekonomi menuntut adaptasi keterampilan manajemen, termasuk cara mendidik anak.

Karena itu, kata Euis, membangun keluarga tidak cukup bermodalkan insting atau pengalaman rumah tangga orang tua. Pengajar Departemen IKK Fakultas Ekologi Manusia IPB tersebut mengatakan berkeluarga harus disiapkan secara matang. Satu caranya melalui bimbingan pranikah. "Keterampilan berkeluarga menjadi wajib dimiliki bagi setiap orang yang akan berkeluarga," ujarnya.

Euis memilih menggunakan terminologi kesiapan berkeluarga ketimbang kesiapan menikah. Alasannya, keluarga lebih sistemis, sebagai unit sosial terkecil untuk membangun manusia berkualitas. "Sedangkan peristiwa menikah hanya satu titik untuk memasuki gerbang berkeluarga," katanya.

•••

MATERI yang diberikan lembaga swasta ini berbeda dari bimbingan pranikah yang digelar KUA. Alya Kananda dari Jemput Jodoh mengatakan, dari pengalamannya, dia hanya mendapat wejangan dari penghulu setelah menjalani ijab kabul.

Pendiri Pembelajar Indonesia, Deny Hen, menjelaskan perbedaan materi yang mereka sampaikan dengan yang ada pada Kursus Persiapan Perkawinan dan Kelas Pranikah di gereja Katolik serta Protestan. Pembahasan di gereja, kata dia, bersandar pada kitab suci, sedangkan mereka berdasarkan riset dan psikologi.

Sebanyak 16 pasang calon pengantin mengikuti bimbingan pranikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, Juli 2024. Dok.Kemenag Batam

Tin Herawati mengatakan bimbingan pranikah yang mereka selenggarakan hampir mirip dengan yang berlangsung di KUA. Namun materi yang mereka sampaikan lebih beragam, yaitu tujuh materi. Dari membangun ketahanan dalam keluarga, manajemen keuangan, hingga gizi pranikah. Sementara itu, KUA umumnya menyampaikan lima materi, termasuk soal pengasuhan.

Perbedaan lain adalah soal peserta. KUA membatasi penyuluhan bagi pasangan yang mendaftar paling lama sepuluh hari sebelum hari pernikahan dan telah terdaftar di KUA. Adapun Sekolah Pranikah IPB terbuka bagi siapa pun. Tin akan mengajukan permohonan ke Kementerian Agama untuk menyamakan status kelas mereka dengan bimbingan perkawinan KUA. "Supaya lebih banyak orang yang mendapat bimbingan pranikah," katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Lulus dari IAIN Ambon. Menggemari petualangan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus