Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Anak Moody, Ini Penyebab dan Solusinya

Moody pada anak kerap terjadi, simak penyebab dan solusi yang bisa diberikan.

26 Oktober 2017 | 07.35 WIB

TEMPO/ Santirta M.
Perbesar
TEMPO/ Santirta M.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Ussy Sulistiawaty mengatakan anak ketiganya, Shakeela Eleanor Ameera atau akrab dipanggil Elea, sering mengalami moody atau perubahan suasana yang tiba-tiba. Ussy menilai Elea adalah anak yang 'jago kandang'. "Di sekolah aktif, tapi saat berada di lingkungan baru, Elea cenderung menjadi pendiam,” kata Ussy saat ditemui di MNC Studio, Kebon Jeruk, Jakarta akhir pekan lalu.

Moody ternyata memiliki banyak penyebabnya. Berikut adalah penyebab dan solusi menghadapi anak-anak yang rentan dengan perubahan suasana seperti dilansir Parents.com.

1. Mereka belum bisa mengkomunikasikan kemauan dan keinginan mereka dengan baik.
Anak yang berumur 1 – 6 tahun masih rentan mengalami perubahan yang drastis. Terkadang orang tua tidak langsung mengetahui apa yang diinginkan anaknya. Solusi dari hal itu adalah dengan memperluas kosakata anak, sehingga dia bisa memberi tahu maksud yang dia inginkan. Baca: Jika Anak Mulai Memilih-milih Teman, Bagaimana Sikap Orangtua?

2. Mereka belum memahami konsep waktu
Sewaktu-waktu orang tua yang memiliki balita mungkin mengalami ketika anaknya haus dan segera memberi tahu orang tuanya. Namun, jika minuman tak kunjung datang, suasana hati mereka bisa langsung berubah. Ketika mereka belum benar-benar memahami konsep waktu, fokus mereka akan mudah teralihkan. Saat mereka cemas karena minumannya tak kunjung datang, solusinya adalah berikan hiburan kecil yang cukup menarik.

3. Mereka memilki masalah dalam mengontrol emosi.
Saat seorang anak sudah senang dengan kegiatannya, maka akan sangat susah untuk membuatnya berhenti. Bahkan kegiatan mandi pun bisa memakan waktu yang lama ketika mereka sudah keasyikkan bermain air. Konsekuensi dari hal itu adalah mereka belum bisa menyadari bahwa ada banyak hal menyenangkan lainnya yang harus dilakukan saat dia keluar dari bak mandi. Anak bisa didengarkan cerita tentang asyiknya bermain bersama temannya. Baca: Anak Jadi Saksi Bullying, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua

Yang bisa orang tua lakukan adalah memahami perasaannya dan memberi tahu secara perlahan. Meski memakan waktu lebih, kelak mereka akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kata-kata dan perasaan terhubung. Dengan begitu, mereka bisa membantu dirinya merasa lebih baik.

4. Mereka memiliki masalah saat harus melanjutkan satu aktivitas ke aktivitas selanjutnya.
Transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya terjadi karena anak-anak memiliki fokus yang dalam pada saat melakukan satu kegiatan. Anak-anak memiliki pemahaman tentang urutan. Mereka menyadari bagaimana satu tindakan mengikuti berikutnya. Saat akan melakukan perubahan kegiatan pada anak-anak, orang tua dapat mengingatkan akan kegiatan tersebut sebelumnya.

Misalnya, saat mandi orang tua bisa mengatakan, "Sekarang kita mencuci rambut dan kemudian membilasnya. Setelah kita membilasnya, kita keluar dari bak mandi." Hal seperti itu akan memudahkan tiap transisi kegiatannya. Bahkan juga akan membantu saat menangani transisi yang lebih besar, seperti saat memasuki kegiatan sekolah.

5. Mereka hanya mau melakukan kegiatan yang mereka inginkan
Ketika mereka mencoba melakukan sesuatu, terkadang mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki kemampuan fisik atau mental untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Lebih buruk lagi, mereka disambut dengan ucapan, "Jangan!" dari orang tuanya. Keingintahuan yang menyenangkan berubah menjadi air mata dalam hitungan detik. Baca: Orang Tua Wajib Perhatikan Ini agar Anak Tak Jadi Pelaku Bully

Solusinya, orang tua bisa memberikan pilihan yang masuk akal untuk mereka. Saat mereka ingin mengenakan pakaian renang untuk jalan-jalan di siang hari, keluarkan dua pakaian yang sesuai dengan cuaca dan biarkan dia memilih yang mana yang ingin dia kenakan. Jika dia ingin mencampur dan mencocokkan dan menciptakan fashion, biarkan mereka.

6. Mereka mudah lelah dan cepat merasa lapar
Idealnya, orang tua bisa rencanakan waktu yang tepat untuk mereka tidur di siang hari. Hal yang bisa dilakukan juga adalah selalu siap dengan kudapan sehat. Jika mereka tidak banyak makan di siang hari, orang tua bisa memberi makanan ringan yang sehat sebagai dorongan energi agar tak meraung-raung kemudian.

JENNY WIRAHADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus