Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH orang berbondong-bondong memasuki Studio 1 CGV Pacific Place, Jakarta Selatan, Jumat, 6 September 2024. Petang itu, mereka datang bukan untuk menonton film, melainkan bertemu dengan penulis webtoon atau komik digital All of Us Are Dead asal Korea Selatan, Joo Dong-geun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kursi-kursi di studio itu hampir terisi penuh. Menurut data Korean Cultural Center Indonesia (KCCI), sebanyak 200 orang hadir dalam jumpa penggemar Joo Dong-geun. Acara tersebut merupakan rangkaian dari pameran komik Korea bertajuk “K-Comics World Tour in Indonesia” yang digelar KCCI bersama Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea serta Korea Creative Content Agency Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tepat pada pukul 18.30 WIB, pembawa acara memberi salam dan memandu kegiatan. Para penggemar pun bersorak ketika Joo menyapa mereka. Selama satu setengah jam penulis webtoon dari Negeri Ginseng itu berbincang dan bermain kuis dengan para penggemarnya.
Satu di antara ratusan penggemar Joo yang sangat antusias adalah Farrashafa Aisyah. Perempuan 25 tahun yang akrab disapa Farras itu berpartisipasi dalam sesi kuis. "Karakter apa yang pertama kali berubah menjadi zombi?" ucap pembawa acara.
Penulis Webtoon All of Us Are Dead, Joo Dong Geun bersama penggemar di CGV Pacific Place, 6 September 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Ada seorang pemuda yang menjawab lebih dulu. Tapi jawabannya salah. Farras pun menjadi satu-satunya yang mengangkat tangan dan menjawab dengan benar. "I-sak," katanya menyebut nama salah satu tokoh All of Us Are Dead.
Joo lantas menghampiri Farras dan memberikan hadiah karena ia berhasil menjawab pertanyaan dengan benar. Hadiah itu berupa poster All of Us Are Dead dengan tanda tangan asli Joo. Pria 41 tahun itu juga menuliskan pesan hangat dalam bahasa Korea yang artinya "Mari kita berbahagia".
Komik digital All of Us Are Dead mengambil latar sekolah menengah atas di Kota Hyosan yang menjadi kacau karena merebaknya virus zombi. Virus tersebut menginfeksi guru dan siswa, lalu menyebar ke seluruh sekolah. Para pengajar dan murid yang masih hidup harus berjuang melawan zombi demi bertahan hidup.
Webtoon bergenre zombi itu sangat populer dan telah diadaptasi menjadi drama yang tayang di platform streaming Netflix pada 28 Januari 2022. Serialnya pun meledak dan mencuri perhatian pemirsa dengan menempati peringkat pertama di Netflix seluruh dunia.
Menukil dari situs Netflix, All of Us Are Dead menduduki posisi puncak di daftar serial berbahasa non-Inggris selama dua pekan berturut-turut sejak hari perdana penayangannya dengan 236,23 juta jam tayangan.
Sebelum muncul serialnya, Farras lebih dulu mengikuti jalan cerita webtoon tersebut pada 2018. Ia membacanya melalui platform komik digital Line Webtoon Indonesia. Di negara asalnya, manhwa (istilah untuk menyebut komik buatan Korea Selatan) itu dirilis secara resmi pada 2009-2011.
Selain All of Us Are Dead, ada beberapa manhwa bergenre fantasi yang membuat Farras menjadi penggemar komik Korea. Misalnya webtoon Untouchable yang berkisah tentang vampir yang menjadi pintu masuk Farras mengenal komik daring Korea.
Karakter komik Webtoon Entertainment di Times Square ketika peluncuran IPOdi New York, Amerika Serikat, 27 Juni 2024. Reuters/Mike Segar
“Aku ikuti dari awal. Wah, seru juga manhwa Korea, ternyata kayak gini. Terus masuk juga ceritanya," tutur perempuan yang tinggal di Tangerang Selatan, Banten, itu.
Farras menuturkan, garis cerita komik Korea cukup berbeda dibanding komik pada umumnya. Bahkan, dalam genre yang serupa, seperti komedi romantis, setiap penulis manhwa memiliki ciri khas tersendiri.
Sebelum mengenal komik Korea, Farras adalah penggemar manga atau komik Jepang. Meski masih membaca beberapa judulnya, ia mengaku sudah jarang membeli komik cetak.
Menurut Farras, ada beberapa perbedaan antara manga dan manhwa. Ia menjelaskan, panel atau kotak berisi ilustrasi dan teks yang membentuk alur cerita pada manga terlalu padat. Sedangkan manhwa menggunakan panel yang lebih besar.
“Jadi, kalau enggak suka baca satu halaman komik penuh, baca manhwa lebih nyaman,” ucap Farras.
Farras menambahkan, komik Korea juga lebih mudah diakses karena tersedia secara legal lewat platform komik digital. Sedangkan untuk membaca komik Jepang diperlukan waktu berbulan-bulan menunggu versi terjemahannya dirilis di Indonesia. Walhasil, Farras terpaksa membacanya melalui situs ilegal.
Ninis juga hampir setiap hari membaca webtoon. Bila ada jadwal rilis episode terbaru komik yang sedang diikuti, ia tak akan melewatkannya. Perempuan 33 tahun itu membaca komik digital ketika ada waktu senggang. Genre dan tema favoritnya antara lain drama, romantis, kehidupan sekolah, dan kerajaan.
Webtoon bertema kerajaan, The Second Marriage. Webtoon
Ninis antara lain mengikuti komik digital Korea Untouchable dan Secret of Angel, juga beberapa karya penulis lokal. "Awalnya sebenarnya lebih suka baca karya penulis lokal di Line Webtoon, tapi lama-lama akhirnya baca juga dari penulis Korea dan lainnya," kata warga Bogor, Jawa Barat, itu.
Ninis mengungkapkan, daya tarik komik Korea terletak pada visualnya yang berwarna dan terasa nyata. Ceritanya juga cukup seru kendati ada beberapa yang klise. Selain itu, beberapa komik digital Korea inovatif dengan menambahkan elemen suara dan musik. Karena itu, webtoon tak hanya memberi suguhan visual, tapi juga auditori.
Visual dan cerita komik digital Korea yang menarik juga menjadi alasan utama Monika tertarik membacanya. Ada puluhan judul yang sudah ia baca hingga tamat. Di antaranya How to Fight, Weak Hero, Blue, Strangers from Hell, The Man, Super Secret, dan Seasons of Blossom.
Beberapa komik yang ia baca diadaptasi ke drama, tapi Monika mengaku tidak begitu tertarik menontonnya. Menurut dia, cerita dalam drama adaptasi kerap berbeda dengan versi komik. Itu sebabnya ia lebih senang membaca webtoon. "Esensinya jadi beda," ujar perempuan yang gemar membaca webtoon sejak 2015 ini.
•••
WEBTOON berasal dari gabungan kata “web” dan “toon” (dari “cartoon”) yang artinya komik yang diterbitkan di situs web. Format komik digital ini umumnya berupa satu strip vertikal panjang.
Melansir keterangan pameran “K-Comics World Tour in Indonesia”, webtoon muncul seiring dengan kemajuan media digital, berevolusi bersama lingkungan Internet. Saat ini komik tersebut terintegrasi dengan berbagai industri untuk menciptakan nilai tambah baru.
Pertumbuhan webtoon menjadi bagian penting industri komik Korea dan makin mendapat perhatian di pasar global. Di Indonesia, komik Korea memang digandrungi. Salah satu platform yang berperan penting dalam distribusi komik ini adalah Line Webtoon.
Lead Line Webtoon Indonesia Ghina Fianny mengatakan komik digital menawarkan kemudahan akses dan distribusi konten yang mampu menjangkau pembaca hingga di pelosok Indonesia. "Hal ini membuat komik digital cenderung diminati pembaca," kata Ghina dalam pernyataan tertulis.
Webtoon bertema kerajaan, The Second Marriage. Webtoon
Kepopuleran webtoon atau komik digital asal Korea mulai berkembang di antara pembaca komik Indonesia. Karena itu, Ghina menambahkan, platform komik digital seperti Line Webtoon mampu menghadirkan konten yang selalu segar bagi pembaca di Indonesia.
Menurut Ghina, kebanyakan pembaca di Line Webtoon Indonesia mencari genre romantis, diikuti drama dan kerajaan. "Salah satu judul terfavorit saat ini adalah Serena yang sudah dibaca lebih dari 65 juta kali,” ujarnya.
Menurut artikel berjudul "Analisis User Experience pada Aplikasi Line Webtoon" di Jurnal Konstelasi yang dipublikasikan Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada 2022, terdapat 35 juta pengguna Line Webtoon di seluruh dunia dan sebanyak 6 juta di antaranya berasal dari Indonesia.
Webtoon bertema fantasi, Omniscient Reader. Webtoon
Pesatnya pertumbuhan komik Korea juga tak lepas dari andil pemerintah Korea Selatan. Direktur Korean Cultural Center Indonesia Kim Yong-woon menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah Korea Selatan tentang seni dan budaya, terutama webtoon dan animasi, memegang prinsip mendukung tapi tidak mengintervensi. “Kami menghormati kebebasan kreatif,” tutur Kim.
Bentuk dukungan pemerintah Korea antara lain pembinaan bagi para seniman serta pembangunan infrastruktur penyokong webtoon dan animasi. Selain itu, pemerintah Korea berkolaborasi dengan pihak swasta, seperti Naver Corporation, untuk memajukan industri komik digital mereka.
Komik Korea, Kim menambahkan, mulai mendunia pada 2000-an. Sebab, sejak akhir 1990 hingga awal 2000, infrastruktur Internet di Korea berkembang cepat. Pemerintah Korea juga membantu para seniman webtoon memasuki pasar global sehingga karya mereka dapat menjangkau kalangan pembaca yang lebih luas.
Webtoon bertema fantasi, Omniscient Reader. Webtoon
Pengamat komik Hikmat Darmawan mengatakan periode naiknya pasar manhwa di Asia atau secara internasional bermula pada 2010-2011. Saat itu Hikmat sedang meneliti manga di Jepang. Ia melihat di masa itu komik Korea sudah masuk ke pasar Jepang. "Setelah itu saya meneliti di Bangkok, manhwa sudah mulai masuk," ujar Hikmat, yang pernah meriset globalisasi subkultur manga di Jepang, Thailand, dan Indonesia.
Hikmat juga mendapati pasar komik Jepang mulai khawatir karena anak muda di negara tersebut mulai memilih membaca manhwa. "Itu yang saya kira sama dengan yang terjadi di pasar Indonesia," ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tergila-gila Komik Korea"